Hati Tharn tertekan, ia pun berdiri dan menggenggam pergelangan tangannya lebih erat. "Ai Type, jangan lakukan ini."
Lorong rumah sakit sangat sepi dan hanya ada suara angin dari luar jendela.
Type menatapnya, disertai dengusan dengan air mata, dan menarik tangannya kembali dengan paksa. "Situasinya sudah menjadi seperti ini, apalagi yang kau harapkan dariku?"
"Kau ingin aku tetap menikahimu? Haruskah anak itu memanggilku paman atau ayah saat kita menikah nanti?"
Tharn merengut seketika. "Aku sudah mengatakan padanya kalau ia bersikeras mempertahankan anak itu, keluarga Kirigun tidak akan mengakuinya."
"Jadi kau akan membiarkan kakakku membesarkan bayi sendirian? Ia bahkan bukan orang normal, bagaimana bisa kau membiarkannya sendiri bersama seorang bayi?" Type terlihat tidak percaya kalau Tharn akan berkata seperti itu.
Tharn tahu ia benar-benar kalah kali ini, "Aku bisa memberinya uang dan.."
"Jangan pernah mengatakannya.." Type menginterupsinya pelan, tatapan sendunya beralih ke arah lain, air mata menetes ke pipinya.
"Nikahi dia."
"Lagipula wajah kita sama. Ia juga bisa memberimu anak, kau tidak rugi suatu apapun."
"Aku tidak ingin berada disini lagi, melihatmu membuatku terbayang kebersamaan kalian."
Ucapnya ketus, kemudian ia tiba-tiba menekuk kedua alisnya. Seluruh tubuhnya bergetar dan terisak, "Aku tidak bisa menerimanya Tharn, aku benar-benar tidak bisa."
"Cukup."
"Aku lega ada dirimu yang akan menjaga kakakku, kabari aku saat ia keluar dari ruang operasi nanti, aku ingin tahu keadaannya."
"Aku pergi dulu."
Type berbalik dan akan pergi.
Kepala Tharn pun penuh dengan pikiran, tentang harus memanggilnya ayah atau paman, selama ini ia berpikiran sempit, selalu memiliki kekasih disekitarnya, semua di keluarganya mencintainya, ia hanya perlu berkata lembut, dan orang-orang disekitarnya tidak akan bisa meninggalkannya.
Bagaimanapun perasaannya kini, daripada seorang pengganti, tentu yang lebih penting adalah pasangannya yang asli.
Situasi seperti benar-benar bukan hal yang Tharn inginkan, dan seketika hatinya dipenuhi oleh rasa bersalah, dan secara insting memeluk anak muda didepannya dari belakang, dan berkata dengan cemas, "Jangan pergi."
"Aku tidak bisa menikahinya, orang yang aku cintai adalah dirimu."
"Ai Type, aku tahu aku salah, tapi kau tidak bisa memberikan kesempatan kedua untukku, aku sangat sedih."
Type perlahan menutup matanya sejenak, setelah beberapa saat yang sunyi, ia pun berbalik, dan melingkarkan lengannya pada pinggang Tharn. Menekankan wajahnya pada dadanya, mengambil nafas dalam dan dengan tenang berkata.
"Keberadaan anak itu bukan hanya akan menjadi penghalang di antara kita, tapi juga akan menjadi beban untuk kakakku."
"Kau bujuk dia untuk menggugurkan bayinya, dan ia bisa melanjutkan hidupnya, dan bertemu dengan orang baik di masa depan."
"Bagaimana menurutmu?"
Tharn tidak menyangka Type akan membuat permintaan seperti itu.
Sebenarnya, ia juga merasa keberadaan anak itu akan menjadi masalah untuk keduanya, ia sudah berpikir dan melakukan seperti yang dikatakan Type saat ini, siapa sangka anak bodoh yang biasanya selalu menurut menjadi sangat keras kepala mengenai keberadaan bayinya, bahkan sampai memiliki masalah mental saat akhirnya kehilangan bayinya terakhir kali.
Tharn merasa kewalahan dan kepalanya sakit saat ini, kemudian berkata.
"Ia sepertinya memeliki perasaan padaku yang tidak seharusnya ada, itu akan membuatnya lebih sulit."
"Aku akan mengusahakannya."
"Tidak masalah, ada aku, aku adalah satu-satunya keluarga yang ia miliki di dunia, ia pasti akan mendengarkan perkataanku." Type selalu bersimpati kepada Gulf di depan Tharn.
"Kalau kau ingin memiliki anak, kita bisa memilikinya nanti."
"Hmm." Tharn berbisik, lega karena mengetahui Type sudah memaafkannya, tapi pikirannya kembali kacau saat mengingat Gulf yang masih terbaring di ruang operasi."
Apakah anaknya bisa diselamatkan atau tidak, masih belum pasti.
Tbc!
Jangan lupa Vote&Komen!
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Fool Gulf
FanfictionGulf tidak seperti layaknya anak laki-laki lain, ia sedikit lebih lamban dalam banyak hal. Meski begitu ia mandiri dan bisa menghidupi dirinya sendiri dengan bekerja menjadi pelayan di suatu kafe kecil. Entah suatu kemalangan atau keberuntungan ia b...