Chapter 69 : Jangan Menangis

595 92 15
                                    

Gulf memalingkan muka menghindari tatapan Tharn, wajahnya memerah sedih.

Ia hanya takut, dengan tetap tinggal, akan mengganggu kehidupan keduanya.

Phi Tharn dan Type akan menikah, dan ia hanya menjadi orang ketiga.

Kini Tharn marah, kemarahannya sama sekali tidak berkurang, ia menunduk dan mengangkat tubuh Gulf, melangkah menuju sofa kulit di di ruang tengah, tidak jauh dari sana.

Gulf terkejut dalam hatinya, sebelum ia bisa bereaksi, Tharn entah bagaimana melemparnya ke sofa dengan kasar, ia mendengus, dan kemudian memblok mulut Gulf, seperti binatang buas yang bergairah, menggigit dan menciumnya dengan ganas, mata Gulf perlahan dibanjiri lapisan air, menekuk alisnya kesakitan, dan lengan lemahnya tidak berhasil mendorong orang yang kini merundungnya.

Sebelum nafasnya tercekik, Tharn tiba-tiba melepaskannya.

Karena perutnya kini besar, celana yang dipakainya cukup sesak, Gulf memakai sweatpant hitam longgar dengan elastis hari ini, tidak ada kancing, hingga sangat mudah untuk dilepaskan.

Lagipula itu bukan desain untuk orang hamil, tidak terlalu nyaman hingga meninggalkan bekas melingkar pada perutnya. Tharn melepas kaos yang dipakainya dengan kasar, seluruh tubuh Gulf meringkuk beringsut ketakutan, mata beningnya memantulkan wajah dingin dan garang milik Tharn.

"Phi Tharn.. tidak."

Ia tahu yang akan Tharn lakukan, kalau itu hari biasanya, mungkin tidak terlalu masalah baginya, tapi saat ini Phi Tharnnya sedang sangat marah, ia bisa menyakiti bayinya.

Detik berikutnya, kaki putih pucatnya direntangkan oleh Tharn, kemudian dilipatnya.

Tharn mencibirnya, "Apa seseorang sepertimu berhak untuk berkata tidak?"

"Apa akhir-akhir ini aku terlalu baik padamu, hingga kau lupa tempatmu?"

"Lupa apa dirimu?"

"Dimataku, selain asisten di rumah, kau hanya sebuah tempat tidur nyaman, mungkin terbaik, sama sekali bukan manusia."

"Apa kualifikasi yang kau miliki hingga berani berkata untuk pergi sebelum tuanmu bosan denganmu?"

Gulf menatap wajah memabukkan di atasnya, hatinya yang sudah patah, semakin hancur terbuka, keping demi keping.

Ternyata di mata Phi Tharn, ia bahkan bukan manusia.

Ya. Tentu saja, ia selalu memandangnya rendah selama ini.

Tubuhnya yang sudah lemah seketika kehilangan seluruh kekuatannya, dan Gulf tidak lagi melihat wajah di atasnya, dengan tidak nyaman menekuk alisnya kesakitan, membiarkan Tharn yang memperlakukannya serampangan, air mata pun mengalir dari ujung matanya.

Hubungan intim yang penuh kekerasan berakhir dua jam kemudian.

Tharn dengan nyaman meninggalkan tubuh Gulf, perlahan berdiri dan mulai berpakaian.

Moodnya perlahan membaik, meski hanya sedikit.

Mengancingkan bajunya dengan satu tangan, ia meraih pakaian yang berceceran di lantai dan melemparkannya pada wajah Gulf. "Jangan berpura-pura mati!"

"Cepat bangun dan memasak! Aku sangat lapar."

Bayi dalam perutnya hampir berusia lima bulan, Gulf tentu saja tidak semestinya, dan tidak mampu dilemparkan kesana kemari seperti ini, ia bahkan tidak memiliki kekuatan hanya untuk mengangkat satu jarinya saat ini. Ia meringkuk di sofa dan menekan perutnya yang perlahan terasa sakit, wajahnya teramat pucat.

Kemudian pakaian menampar wajahnya tiba-tiba, butuh beberapa detik hingga akhirnya ia bisa bereaksi. Ia meraihnya, melihat dengan tatapan kosong kepada wajah dingin laki-laki yang berdiri di ujung sofa.

Little Fool GulfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang