Langit semakin gelap, lampu di sepanjang jalan mulai berkedip menyala, terlihat sangat indah.
Mobil melaju di jalanan satu per satu. Banyak orang lalu lalang, berjalan ke arah tempat tujuannya masing-masing. Hanya Gulf yang duduk termenung di sana, tidak tahu harus pergi kemana.
Udara merayap melewati celah-celah sweaternya menyapu kulitnya, sangat dingin rasanya. Gulf memeluk termos makan di lengannya, semakin membungkuk, melangkah pelan di jalanan seperti anak anjing yang ditinggalkan tuannya.
Gulf tidak tahu berapa lama ia berjalan, berapa lampu merah telah ia lewati, daerah tersebut adalah pusat perkantoran, dengan banyak restoran kelas tinggi yang terlihat sangat mahal, dan Gulf tidak akan pernah berani memasukinya. Hanya Tharn yang pernah mengajaknya ke tempat seperti ini dua kali.
Siang tadi ia hanya memakan roti kering, dan sekarang perutnya terasa sangat lapar, perlahan mulai merasa sakit. Akhirnya ia duduk di kursi pinggir jalan. Membuka termos makannya.
Lapis pertama adalah sup jamur, lapis kedua adalah fillet daging sapi lada hitam, potongan kecil kentang sosis goreng vinegar berada di lapisan ketiga.
Semua ia siapkan untuk Tharn.
Yang kini mulai agak dingin.
Tharn sudah pasti tidak akan memakannya.
Gulf menuangkan sup ke dalam nasi, mengaduknya dan memakannya dalam suapan penuh. Sebelum ia berhasil menelannya, air matanya kembali mengalir, jatuh ke wadah makannya, membuat percikan kecil.
Saat melanjutkan makan, tiba-tiba ia tersedak, terbatuk dan termos makan di pangkuannya jatuh berhamburan. Semua makanannya pun jatuh berceceran. Perlahan ia menutup wajahnya, duduk disana, menangis seperti orang bodoh.
Dia memang seseorang yang bodoh.
Tidak ada bedanya dengan anjing liar, siapapun yang baik padanya, ia akan mengikutinya. Dengan bodohnya menyerahkan pikiran, hati, dan tubuhnya. Hanya tau mengikuti tuannya, meski dilukai ia tidak tahu cara membencinya, hanya berpikir bahwa dirinya tidak cukup baik, karenanya Tharn tidak menyukainya.
Di waktu yang sama, di sebuah restoran perancis kelas tinggi di Bangkok.
Dua orang duduk di dekat jendela, letak restoran di lantai 25 cukup tinggi untuk melihat pemandangan malam gemerlap kota. Ia tahu pemuda di depannya sudah hampir menghabiskan makanannya, kemudian mengeluarkan kartu dari sqku setelan jasnya dan meletakkannya di depan Type.
Kau baru saja kembali ke Bangkok, pasti ada banyak hal yang perlu kau beli. Di kartu ini ada lebih dari 100juta. Pakailah ini dulu, jika kurang kau bisa mengatakannya padaku.
Type menggenggam sendok dessertnya, mendongak terkejut, ia tidak menyangka Tharn akan seroyal itu padanya. Dalam hati ia mencibir, tapi di luar ia menolaknya.
"Bagaimana bisa seperti ini, kau membiayai studiku, aku sudah sangat bersyukur, aku tidak punya alasan untuk mengahabiskan uangmu lebih banyak lagi."
Tharn tersenyum, menggenggam tangan Tharn di atas meja, kemudian berkata lembut. "Kau adalah kekasihku, sangat wajar aku mengeluarkan uang untukmu, terimalah atau aku akan marah.."
Type menunjukkan wajah kesulitan. "Tapi.."
"Kau kini adalah artis yang telah menandatangani kontrak dengan perusahaanku, dan aku bosmu, aku harus lebih menjagamu bukan? Jika kau benar-benar tidak ingin menerimanya kau bisa mengembalikannya kelak saat benar-benar memiliki penghasilan berlebih."
Dibandingkan dengan anak magang yang kaya raya namun belum terlalu bisa diandalkan dulu, saat ini Tharn sudah memiliki perusahaan besar sendiri, yang sudah resmi terdaftar di pasar modal, seseorang yang tampan dan bisa menjadi ladang emasnya, juga sudah memiliki perasaan padanya selama bertahun-tahun, juga selalu lembut dan perhatian. Benar-benar kekasih yang sempurna. Mustahil jika seseorang seperti Type tidak tergerak, pipinya pun kini memerah. Mengatakan, "hmmm... baiklah, segera setelah aku menghasilkan uang, aku akan mengembalikannya kepadamu dengan cepat."
"Terimakasih." Tambahnya.
Mengambil reaksi Type ke dalam hatinya, senyum di mata Tharn semakin dalam. Hatinya pun merasa sangat bahagia. "Aku lebih menyukai kau mengatakan tiga kata lainnya daripada yang telah kau ucapkan."
Type mengerti yang diinginkan Tharn. Tapi ia tidak ingin menurutinya. Mengedipkan matanya, dan berkata dengan licik. "Aku beruntung memilikimu."
"Hmm..kau pintar." Tharn tersenyum manja. Dan semakin merasa bahw pemuda didepannya sangat berbeda, dengan si bodoh yang ada di rumahnya, yang hanya hidup dari beberapa ratus ribu tiap bulannya, sangat murahan dan tidak berharga.
Setelah makan malam, Tharn menemani Type mengepak barang-barangnya di hotel. Membawanya ke apartemen mewah di pusat kota bangkok. Hunian terbaik yang sangat luas untuk ukuran apartemen dengan harga hampir 2 Miliar. Tharn sudah menyiapkan untuk mengalih namakan pemiliknya kepada Type dalam dua hari.
Untuk orang-orang yang disayanginya, ia tidak pernah pelit.
Dekorasi di dalamnya adalah interior paling terkenal dan mewah saat ini, Type tentu akan puas, setelah melihat-lihat beberapa saat, Ia terlihat sangat senang.
Saat keduanya selesai menata barang-barang Type, hari sudah mulai malam, dan saat Tharn berpamitan untuk kembali, Type menahannya, "Bukankah kau akan tinggal disini bersamaku?"
Tharn sangat terkejut, "Kau mau?"
"Kenapa tidak? Kita bisa tidur di kamar yang berbeda." Type tersenyum.
Tharn sangat bersemangat dalam hatinya. Saat mereka baru saja bersama, Type sangat menolak seks sebelum menikah. Dan menyimpulkan kalau belum bersedia juga untuk tinggal bersamanya. Jika Tahu Type akan seperti ini, ia akan lebih awal mendepak Gulf keluar dan membawa Type ke Villanya.
Sekarang, si bodoh itu sepertinya akan menjadi masalah.
Menyembunyikan pemikirannya, Tharn dengan halus menolak dan beralasan, tunggulah sejenak, rumah di sebelah villaku sendang melakukan renovasi. Aku takut kau akan terganggu. Saat pembangunannya sudah selesai, aku akan menjemputmu untuk tinggal disana.
"Baiklah." Type tersenyum, dan tiba-tiba memeluk leher Tharn, kemudian mencium pipinya.
Sebelum berkendara pulang, hati Tharn sangat bahagia. Bunga yang ditanamnya bertahun-tahun akan mekar sebentar lagi, hari-hari ia bisa memetiknya semakin dekat, tidak ada yang membuatnya puas lebih dari ini.
Mood baiknya tidak bertahan lama, segera setelah sampai rumah ia menemukan villanya kosong, wajahnya seketika kecewa.
Si bodoh itu, keberaniannya semakin menjadi-jadi, jika Gulf tidak mendengarkannya lagi lebih baik ia tidak usah pulang sama sekali.
Tbc!
Thanks for loving Gulf :')
Vote&Komennya ditunggu!
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Fool Gulf
FanfictionGulf tidak seperti layaknya anak laki-laki lain, ia sedikit lebih lamban dalam banyak hal. Meski begitu ia mandiri dan bisa menghidupi dirinya sendiri dengan bekerja menjadi pelayan di suatu kafe kecil. Entah suatu kemalangan atau keberuntungan ia b...