Gulf melihat wajah tampan dan tegas didepannya dalam cahaya redup. Perlahan matanya basah dan ia melepaskan tangannya."Besok pagi, kau akan naik bus, dan aku akan menjemput Type." Entah kenapa, Tharn tiba-tiba merasa bersalah lagi, yang tidak bisa ia hilangkan, merengut, kemudian berdiri pergi ke kamar mandi setelah bicara.
Duapuluh menit sudah berlalu saat Tharn keluar dari kamar mandi. Dan Gulf berbaring di ranjang dengan punggung mengahadap kearahnya, tidak bergerak, entah sudah tidur atau belum.
Setelah berpikir sejenak, ia naik ke ranjang dan ikut berbaring, melingkarkan lengannya pada pinggangnya dari belakang, tubuh langsing Gulf gemetar, dan Tharn yakin kalau ia masih terjaga.
Tharn terdiam sejenak, kemudian dengan suara rendah berkata.
"Aku tahu kondisi kesehatanmu lemah, kau juga memiliki bayi, dan besok kau tidak perlu ikut naik ke berbagai wahana bersama kami, kau bisa menunggu di luar."
"Type juga ingin menghabiskan waktu lebih banyak dengan kakaknya, lagipula, kau adalah satu-satunya keluarga yang masih dimilikinya."
Tharn hanya mengatakannya tanpa menunggu jawaban. Hingga beberapa saat kemudian ia merasakan tubuh langsing dalam pelukannya bergetar, disertai isakan lirih.
Tharn tertegun dan memeluknya lebih erat. Ia pun membujuknya dengan lembut. "Ini salahku, aku terlalu sibuk akhir-akhir ini, tidak memiliki waktu untuk pulang ke rumah, dan telah mengabaikanmu."
"Jangan terlalu memikirkannya."
"Jangan menangis, aku kembali, aku disini sekarang."
Saat Tharn berbicara dengan lebih dan lebih lembut lagi, ia tidak menyangka justru isakan Gulf semakin menjadi. Seperti sangat sedih dan kesakitan. Saat ini emosinya sudah mencapai batasnya.
Tharn mengambil nafas dalam, kemudian meraih pundaknya dan membalikkan badannya kearahnya, menghapus air mata yang keluar dari ujung matanya, dan menyindirnya.
"Tidak baik menangis seperi anak kucing."
"Jangan menangis, hm. Besok matamu akan sembab, dan orang-orang akan bertanya-tanya apa yang terjadi padamu."
Memberikan kata-kata manis secara pasif agresif adalah trik yang seringkali digunakan Tharn. Kelembutan hatinya saat ini adalah nyata, dan sikap dingin dan kerasnya yang seperti besi setelahnya kepada anak bodoh ini juga adalah keyataan yang kejam.
Gulf telah melalui lebih dari setengah bulan sendirian di ranjang yang luas dan dingin ini, dan hampir selalu merindukan Tharn tiap kali terbangun di malam harinya.
Hari ini Tharn akhirnya kembali, ia sangat senang, saat biasanya ia datang dengan wajah dan kata-katanya yang dingin, kali ini ia bersedia untuk membujuknya. Gulf yang sakit hatinya terbuai oleh kata-kata manisnya, namun pada akhirnya ia mengerti kalau Tharn memang bersedia membujuknya, namun itu gara-gara Type.
Meski Gulf bodoh, ada hal-hal yang dapat terlihat jelas meski oleh orang yang otaknya tidak normal sekalipun.
Contohnya, Tharn mengatakan kalau, ini salahku, aku sudah berbuat buruk, aku terlalu sibuk akhir-akhir ini, aku merasa bersalah telah nangabaikanmu, itu semua palsu, tiap kalimat sudah pernah diucapkannya berulangkali, awalnya Gulf masih terus percaya, tapi setelah sekian lama, ia akhirnya tidak berani menganggapnya serius, ia sadar, Phi Tharn tidak pernah memikirkannya dalam hatinya.
Tapi Gulf tetap saja menantikannya dengan bodohnya, karena Phi Tharn adalah orang terpenting dalam hidupnya selain adiknya.
Gulf sebenarnya masih ingin memohon kepada Tharn agar ia tidak pergi ke taman bermain besok. Tapi ia tahu Tharn tidak akan setuju. Jadi ia hanya meringkuk dalam pelukannya dan terisak, dengan hati-hati meraih pinggang kuatnya, dan memanggilnya dengan suara bodoh, "Phi Tharn.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Fool Gulf
FanfictionGulf tidak seperti layaknya anak laki-laki lain, ia sedikit lebih lamban dalam banyak hal. Meski begitu ia mandiri dan bisa menghidupi dirinya sendiri dengan bekerja menjadi pelayan di suatu kafe kecil. Entah suatu kemalangan atau keberuntungan ia b...