Saat Type di rumah, Tharn akan selalu pulang untuk makan malam.
Saat Gulf masih memasak di dapur, ia mendengar suara dari pintu masuk, ia dengan cepat membersihkan tangan basahnya ke apron, menyapanya, melihat sosok tinggi di depannya dan berbisik.
"Phi T.. ah.. Tuan.. kau sudah kembali.."
"Hmm."
Tharn melepas jasnya dan memberikannya padanya, Gulf menerimanya dan kesulitan menggantungkannya.
Mungkin karena pagi tadi ia keluar saat udara benar-benar dingin, kini ia sepertinya demam, ia juga telah mengerjakan pekerjaan rumah sepanjang siang, seluruh tubuhnya terasa pening, ia juga merasa lemah, dan jas yang berat seketika jatuh saat Gulf mengangkatnya lebih tinggi.
"Ah.. maafkan aku." Gulf dengan gugup menunduk untuk mengambilnya, ia dua kali mencoba hingga akhirnya berhasil menggantungkannya.
"Ceroboh, kalau kau tidak bisa melakukan hal sesederhana ini, apa yang bisa kau lakukan?"
"Maaf.." Gulf membungkuk dan meminta maaf sekali lagi.
"Pergi dan ambilkan aku segelas air." Ucap Tharn kemudan duduk di sofa.
Gulf belum sempat melangkah dan mendengarkannya lagi.
"Bagaimana dengan Type?"
"Di.. atas, untuk.. ah apa.. kau ingin aku memanggilnya?.." Gulf bertanya dengan hati-hati.
Tharn melihat layar ponselnya, "Tidak perlu. Panggil dia saat makan malamnya sudah siap, berapa lama lagi?"
"Masih.. sebentar lagi." Jawab Gulf dengan berbisik.
"Bergeraklah lebih cepat."
"Tuan.. minum.. air minum.. minumlah." Saat Gulf meletakkan gelas air di depan Tharn, Tharn akhirnya memandangnya untuk sesaat, dan saat itu ia akhirnya menyadari kalau wajahnya lebih lebih pucat dari biasanya, dan terlihat sangat kelelahan.
Ia mengerutkan dahinya, dan bertanya dengan lembut, "Ada apa denganmu?"
Kenapa wajahmu terlihat sangat buruk?
Jika itu sebelumnya, saat keduanya masih bersama, Gulf mungkin akan bersandar di tubuh Tharn dan dengan mata merah dan suara halus mengatakan kalau ia sedang tidak baik-baik saja. Dan sekarang ini, ia takut hanya akan membuat masalah kalau mengatakannya.
Lagipula, meski Tharn memaksanya untuk tinggal, ia tidak pernah memperlakukannya dengan baik.
"Tidak apa, aku baik-baik saja, mungkin hanya kurang tidur semalam." Gulf tersenyum dan kembali ke dapur untuk bekerja.
Tharn tidak memperhatikannya dan kembali menunduk untuk menyelesaikan pekerjaannya.
Sudah setengah jam kemudian saat ke sepuluh lauk dan satu sup matang.
Di meja makan, Tharn dan Type duduk berdekatan, dan Gulf berdiri dengan apron beruang di dekat mereka seperti biasanya, dan saat sup di mangkuk mereka atau wine merah di gelas mereka habis, ia lah yang harus segera mengisinya kembali.
Gulf tidak pernah mengeluh dengan pekerjaannya, itulah, hari ini cukup melelahkan untuknya, matanya semakin gelap, dan ia bersandar di kabinet di belakangnya agar tidak terjatuh.
Bagaimanapun, jika terus seperti ini, ia bisa pingsan kapan saja. Tenggorokannya yang tercekat bergerak dua kali sebelum akhirnya mengumpulkan keberanian untuk bicara kepada orang yang saat ini sedang memberikan lauk pada mangkuk Type, berharap ia akan mengizinkannya pergi kembali ke kamarnya untuk beristirahat.
"Phi Tharn.."
Tharn menatapnya.
"Aku.. bisakah aku.." Gulf berbisik dengan suara bodoh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Fool Gulf
FanfictionGulf tidak seperti layaknya anak laki-laki lain, ia sedikit lebih lamban dalam banyak hal. Meski begitu ia mandiri dan bisa menghidupi dirinya sendiri dengan bekerja menjadi pelayan di suatu kafe kecil. Entah suatu kemalangan atau keberuntungan ia b...