Dengan lampu kecil di nakas, anak muda yang berbaring di ranjang sudah tertidur, dan pergelangan tangannya di balik selimut telah dibalut dengan perban tebal. Seperti boneka keramik putih, wajah pucatnya terpantul oleh lampu.
Tharn duduk tidak jauh darinya, menatapnya dalam diam, bersyukur, beruntung bahaya telah lewat.
Ia merasa bersalah kepada Type, kalau saja ia tidak memutuskannya dengan tiba-tiba, dengan sifat alami yang dimilikinya, tentu ia tidak akan terpikir untuk bunuh diri dan dengan aktif akan melakukan pengobatan.
Bersikap tegas dan mandiri dengan harga diri tinggi di hadapannya, namun menyimpan semua kesedihannya sendiri, hal ini membuat Tharn lebih merasa berhutang lagi kepadanya.
Bagaimanapun, satu-satunya hal yang bisa dilakukannya ada melakukan yang terbaik untuk bisa menyembuhkannya, sedang janji yang diberikan kepadanya, hanyalah kata-kata kosong untuk membujuknya, dan mencegahnya melukai diri sendiri.
Saat terbangun esok harinya, ia akan menjelaskan kembali kepada Type dan ia pasti akan mengerti.
Ada juga hal tentang anak dalam perutnya, yang perlu ia tanyakan dengan lebih jelas.
Ia telah disibukkan beberapa waktu terakhir dan baru sempat membuka ponselnya untuk memanggil anak bodohnya, meski saat ini hampir jam 11 malam, Gulf pasti akan masih menunggunya di sofa lantai bawah, memeluk selimut dan meringkuk disana, saat menengar sedikit pergerakan di luar, ia akan bangun untuk menghampirinya.
Memikirkannya, Tharn tidak bisa menahan diri untuk mengangkat kedua ujung bibirnya.
Saat ia melihat panggilan tak terjawab dari nomor yang tidak dikenalnya, ia tertegun, entah sejak kapan ponselnya dalam keadaan silent, hingga tidak tahu ada yang menghubunginya.
Sudah sangat larut, ia tidak tahu itu siapa, dan dengan ragu-ragu ia menghubunginya kembali, sambungan dengan cepat terangkat, suara asing sangatwanita mencapai telinga Tharn, dari suaranya jelas tengah terbangun dari tidur, terdengar sangat lelah ia bertanya siapa di seberang sambungan.
Tharn merengut, "Bukannya kau yang menelponku lebih dulu?"
Ia pun tertegun sejenak, dan suaranya kemudian menjadi lebih jelas, "Oh aku wanita dari toko Phad Thai di jalan Yongchang! Ada anak muda yang tidak pergi juga setelah makan disana, duduk hingga jam sembilan hingga toko tutup, aku tidak menyangka saat keluar ia masih di depan toko, sudah sangat larut dan ia meringkuk kedinginan, saat aku bertanya apa yang terjadi, ia bilang sedang menunggu seseorang, sudah hampir jam sepuluh, dan ia juga lupa membawa ponselnya, aku meminjamkannya dan ia menghubungimu tiga kali tapi kau tidak mengangkatnya."
Hati Tharn pun serasa tenggelam, wajahnya seketika berubah, ia segera bertanya, "Lalu bagaimana? Kemana dia pergi?"
Wanita itu terkejut dengan nada tinggi Tharn, "Kau tidak mengangkatnya, ia bilang akan pulang ke rumah.."
Tharn segera memutus panggilan dan berlari keluar, di waktu yang bersamaan ia menghubungi asisten di rumahnya.
Saat ia mendengar kalau Gulf belum sampai di rumah hatinya tenggelam lebih dalam.
Bibi Wang tahu kalau kondisi Gulf cukup spesial, dan Tharn telah memberitahunya dari awal untuk menjaganya dengan baik, ikut dengannya jika pergi kemanapun.
Tapi hari ini Gulf keluar bersamanya, dan keduanya belum kembali. Bibi Wang tidak terpikir untuk bertanya, karena tentu sudah biasa kalau pasangan keluar berdua dan memutuskan untuk menginap di luar karena terlalu lelah untuk kembali, seorang asisten sepertinya tidak berhak untuk bertanya.
Ini semua salahnya karena tidak memberikan panggilan ke rumah dan menanyakan apakah ia sudah sampai dengan aman setelah meninggalkannya.
Sebenarnya, saat ia menunggu di luar ruang operasi ia memiliki waktu, tapi saat itu otaknya terlalu berantakan, dan tidak memikirkannya sama sekali, dan mengira Gulf akan dapat kembali sendiri, karena meski ia bodoh ia mampu menjaga dirinya sendiri, apalagi sekedar berkendara pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Fool Gulf
FanfictionGulf tidak seperti layaknya anak laki-laki lain, ia sedikit lebih lamban dalam banyak hal. Meski begitu ia mandiri dan bisa menghidupi dirinya sendiri dengan bekerja menjadi pelayan di suatu kafe kecil. Entah suatu kemalangan atau keberuntungan ia b...