Bab 2

28.1K 2.1K 94
                                    

Hai semua, up lagi nih...

Gimana komentarnya tentang cerita ini?

Sebelum baca, vote dan follow dulu ya.

{HAPPY READING}

(❁´◡'❁)

Di kamar bernuansa hitam putih, seorang laki-laki baru saja membaringkan tubuhnya setelah melewati banyaknya kesibukan di hari ini. Karena cuaca hujan tadi pagi, jadilah semua kegiatan pondok di alihkan ke siang hari.

Sistem pembelajaran Pondok Pesantren Al Hafidz, jika jam 08:00-12:30 itu jam sekolah santri laki-laki. Dan jika jam 14:00-17:30 adalah jam sekolah santriwati. Jadilah, dari selesai sholat dzuhur tadi semua santri bergotong royong membersihkan lingkungan pesantren dan baru selesai sekitar jam 14:50.

Mata laki-laki itu mulai terpejam, namun sayup-sayup ia mendengar sang Ummi yang terus memanggil namanya. Dengan sedikit malas laki-laki itu bangun dari tidurnya dan menghampiri sang Ummi yang berada di lantai bawah.

Ia turun dengan menggunakan sarung berwarna hitam polos dipadukan dengan kaos lengan pendek dengan warna yang senada, laki-laki itu berjalan menuruni satu persatu anak tangga dan mencari di mana keberadaan sang Ummi.

Saat melihat Ummi nya yang berada di dapur, laki-laki itu bergegas melangkah menuju dapur dengan mata yang masih mengantuk. "Kenapa Ummi?" tanya Kahfi dengan lemah.

Latifah yang asik mengaduk adonan untuk membuat kue pun langsung membalikkan badannya menghadap putra sulungnya itu, ia menggelengkan kepalanya pelan saat melihat wajah lelah Kahfi.

"Capek ya? Kalau capek istirahat aja, nanti Ummi minta bantuan Hilmah aja," tutur Latifah tak enak. "Maaf ya Ummi ganggu istirahat kamu," lanjutnya,

Kahfi tersenyum manis ke arah sang Ummi, "gak papa Ummi, Ummi mau minta tolong apa?"

"gak usah Nak, kamu istirahat lagi aja gih. Nanti Ummi minta Hilmah ngambil loyang kue di dapur pesantren," ujar Latifah.

"Gak papa, Ummi. Biar Kahfi aja yang ngambil, Hilmah udah balik ke kelas," ucap Kahfi. Kemudian ia berjalan menuju dapur pesantren.

Entah sadar atau tidak, ia masih memakai koas rumahan. Kahfi berjalan santai sambil menikmati angin siang yang cukup membuatnya sejuk, saat sampai di dapur pesantren ia segera masuk dan meminta mba ndalem di sana untuk mencarikan loyang kue yang di maksud Latifah tadi.

Setelah mendapatkan apa yang ia cari, Kahfi langsung bergegas pulang karena baru menyadari jika ia masih menggunakan kaos rumahan. Setelah sampai di rumah, Kahfi langsung memberikan loyang kue tadi dan langsung berpamitan untuk kembali ke kamar untuk beristirahat sebentar sebelum adzan ashar.

Muhammad Kahfi Al Hafidz, putra sulung dari pasangan Hasan dan Latifah. Laki-laki tegas dan penyayang, dengan tinggi 185 cm, berkulit putih, hidung yang mancung, dan bola mata yang berwarna hitam pekat.

Kahfi di kenal sebagai Gus paling tegas di pondok pesantren, ia tidak segan-segan menghukum santri maupun santriwati jika melanggar peraturan pesantren, tanpa terkecuali. Bahkan adik-adiknya pun pernah menjalani hukuman darinya.

Ia mempunyai satu adik laki-laki bernama Muhammad Maulana Al Hafidz, dan satu adik perempuan bernama Nur Hilmah Al Hafidz. Ketiga saudara ini sama seperti yang lain, tidak ada kata akur jika sedang berkumpul.

Kahfi yang baru saja menginjak usia 20 tahun, usia yang menurut kedua orang tuanya sudah matang untuk menikah. Ia sebenarnya sudah mempunyai calon, santriwati juga di pesantren nya. Tapi Kahfi masih belum yakin untuk langsung melamar perempuan incarannya itu.

PILIHANKU KAMU (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang