Bab 36

15.8K 1.2K 86
                                    

Assalamu'alaikum semuanya, apa kabar?

Udah lama ya aku gak up, maaf ya, bukannya gak mau lanjut, tapi aku emang bener-bener bingung nyusun alurnya.

Makasih banyak buat kalian yang masih nunggu cerita ini, jangan lupa nabung buat peluk Kahfi nanti ya.

Insyaa Allah bakalan terbit cerita ini, dan di versi novel nanti kalian bakal ketemu sama Kahfi dan Huda kicik.

Enjoy gais

{HAPPY READING}

(❁´◡'❁)

Hari sudah mulai siang, Huda dan Kahfi berpamitan kepada kedua orang tua Halwa dan yang lainnya untuk pulang terlebih dahulu. Setelah berpamitan, kedua pasangan halal itu keluar dari ruangan Naura dengan tangan Kahfi yang melingkar posesif di pinggang sang istri.

Di sepanjang lorong rumah sakit, Huda membalas sapaan orang yang menyapanya, sedangkan sang suami hanya memasang wajah datar dan enggan melihat sekitar.

"Mas, kita jalan-jalan yuk, dedek bayi yang mau," ujar Huda dengan raut wajah penuh harapan.

"Mau kemana, hm?" tanya Kahfi sambil membukakan pintu mobil untuk istrinya itu.

Huda masuk dengan hati-hati, tangan Kahfi memegangi kepala Huda agar tak terkena bagian atas pintu mobil. Di rasa Huda sudah masuk dengan selamat, Kahfi pun memutari mobil dan masuk menyusul istrinya tadi.

"Mau jalan kemana sayang?" tanya Kahfi lagi.

"Kemana aja, yang penting jalan-jalan sama Mas Afi," jawab Huda.

"Pantai mau?"

"Boleh, sekalian liat sunset, ya."

"Oke, kita kepantai ya," ujar Kahfi seraya mengusap lembut pipi chubby sang istri.

Kahfi menyalakan mesin mobilnya, perlahan ban mobil pun berputar meninggalkan pekarangan rumah sakit. Di sepanjang perjalanan hanya ada suara Kahfi melantunkan sholawat sambil mengusap lembut perut Huda, walaupun belum terlalu terlihat kehamilannya, tapi entah kenapa Kahfi selalu ingin mengusap perut istrinya itu.

Bait demi bait sholawat Kahfi lantunkan, dengan suara serak basak khasnya membuat Huda yang mendengarkannya pun hanyut dalam suasana. Mata Huda mulai memberat, ia mencoba menurunkan sedikit sandaran kursi mobil dan mulai memejamkan matanya.

Kahfi belum menyadari jika istrinya sudah terlelap, ia masih saja melantunkan sholawat dengan mata yang fokus kearah jalan. Sampai akhirnya mereka bertemu lampu merah, Kahfi pun menoleh ke samping berniat mengajak Huda makan terlebih dahulu.

Saat melihat istrinya yang tertidur lelap, Kahfi hanya bisa tersenyum tipis. Ia mengusap lembut kepala istrinya itu dan mengambil sorban di bangku belakang, kemudian ia selimutkan sorban itu ke tubuh mungil istrinya.

"Cantik banget sih," gumam Kahfi seraya mencubit pelan hidung sang istri.

Tak lama lampu yang tadi berwarna merah kini berubah menjadi hijau, Kahfi pun mulai menjalankan kembali mobilnya dan menjadi tempat makan terdekat untuk membeli makan siang untuk mereka berdua jika sudah sampai di pantai nanti.

Sekitar dua puluh menit, Kahfi mendapati rumah makan yang lumayan lengkap. Ia pun turun dari mobil dan segera membeli makanan kesukaannya dan sang istri.

Tak butuh waktu lama, pesanan Kahfi pun sudah siap. Kahfi langsung kembali menuju mobil dan meletakkan makanan yang ia beli tadi di kursi belakang, menyadari sang istri yang masih terlelap Kahfi pun kembali mengurungkan niatnya untuk membangunkan gadisnya itu.

PILIHANKU KAMU (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang