BAB 38

13.8K 1.2K 248
                                    

Hai, apa kabar?

Maaf ya, kemarin aku gak bisa up karena keadaan mata aku yang gak memungkinkan buat nulis dan kelamaan stay HP.

Terimakasih juga buat kalian yang masih nunggu cerita ini up, dan maaf buat kalian yang bosen karena nunggu up lama banget.

Vote dulu ya, biar bisa cepet lanjut part selanjutnya. Yang vote aku do'ain dapat jodoh spek Gus wattpad, yang gak vote gak dapat jodoh spek Gus wattpad pokoknya gamau tau.

Oke, langsung baca aja deh, vote dan komen, oke?

(HAPPY READING)

(❁'◡'❁)

Bel istirahat santri putra sudah berbunyi, semua santri yang tadi tengah belajar, kini mulai berhamburan keluar untuk mengisi perut mereka ke kantin pesantren. Tak berbeda jauh dengan para santri, para asatidz pun mulai melangkahkan kaki mereka keruangan asatidz.

Berbeda dengan Kahfi dan kedua sahabatnya itu, mereka memilih untuk pulang kerumahnya karena Huda tadi mengirimkan pesan kepadanya agar pulang sebentar.

"Tumben Huda nyuruh kamu pulang," celetuk Haikal saat di perjalanan menuju rumah Kahfi.

"Tadi katanya dia ada masak kue, makanya nyuruh kita buat nyobain," ujar Kahfi. "Kebetulan ada Halwa juga," lanjutnya.

Haikal hanya mengangguk-anggukkan kepalanya saja, setelah itu tidak ada lagi pembicaraan antara tiga laki-laki itu, mereka hanya diam sesekali membalas salam para santri kepada mereka.

Sesampainya di rumah, Kahfi langsung masuk bersama kedua sahabatnya dan tak lupa untuk memberikan salam. Di ruang tamu terlihat sepi, ketiga laki-laki itu mencoba untuk melangkah kedapur mengecek Huda dan Halwa yang ada di sana.

Saat sampai di dapur, mereka hanya mendapati Halwa yang sedang sibuk mengadoni kue yang ada di dalam wadah. Kahfi pun mengerutkan keningnya bingung, ia berpamitan kepada kedua sahabatnya dan menyuruh mereka untuk menunggu di ruang tamu saja.

Kahfi segera menaiki tangga menuju kamarnya, membuka pintu kamar tersebut dan mencoba mencari dimana keberadaan sang istri.

"Mas," panggil Huda dari arah balkon.

"Sayang, kamu gak papa?" tanya Kahfi seraya memegang kedua bahu istrinya itu.

"Huda gak papa kok, Mas kapan datang?" tanya Huda seraya mencium tangan suaminya itu.

"Baru aja, tadi sama Khalil juga Haikal. Kenapa Halwa di tinggal sendiri, hm?" tanya Kahfi seraya mengelus pucuk kepala istrinya.

"Mas, kita masuk dulu yuk," ajak Huda yang membuat Kahfi semakin bingung.

Namun Kahfi tetap mengikuti Huda dari belakang, mereka duduk di atas kasur dengan Huda yang memberikan secarik kertas yang ia temukan di balkon kamarnya tadi.

"Apa ini sayang?" tanya Kahfi.

"Mas buka aja, tadi Huda nemu di balkon," ujar Huda.

Perlahan Kahfi mulai membuka surat tersebut, matanya seketika membulat sempurna saat membaca tulisan berwarna merah yang ada di sana. Ia menatap Huda dengan tatapan khawatir, segeralah ia mendekap tubuh istrinya itu dan mencoba untuk memenangkannya.

"Mas, sebenarnya dia ini siapa? Kenapa selalu meneror Huda kaya gini?" tanya Huda yang berada di dalam dekapan sang suami.

"Ssttt, kamu gak perlu takut, insyaa Allah semuanya akan baik-baik aja," ujar Kahfi mencoba menenangkan.

PILIHANKU KAMU (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang