Bab 17

28.9K 2.3K 633
                                    

⚠DILARANG BAWA-BAWA CERITA LAIN DI CERITA INI, JANGAN SAMAKAN CERITA INI DENGAN CERITA LAIN. INI MURNI HASIL PEMIKIRAN SAYA, JIKA ADA KESAMAAN NAMA TOKOH ATAU YANG LAIN, ITU HANYA KETIDAKSENGAJAAN SEMATA. TOLONG BIJAK DALAM MEMBACA, JIKA TIDAK SUDAH SILAHKAN SKIP!⚠

Hai aku up lagi nih, gimana chapter kemarin? Apakah seru?

Apakah kalian kangen dengan aku? Atau cuma kangen dengan Huda dan Kahfi? Jahat banget sih kalau gak kangen aku😔

Gimana rasanya di gantung hampir satu bulan??

Share cerita ini ketemen-temen kalian ya, supaya rame🙃

Note : typo bertebaran di mana-mana, tandai yang typo.

(HAPPY READING)


(❁'◡'❁)

Di bandara, suasana sedih menyelimuti keluarga Kahfi. Semua anggota keluarga memeluk Maulana, yang sebentar lagi akan pergi untuk menimba ilmu. Tangisan demi tangisan saling bersahutan, apalagi Latifah yang sedari tadi tak henti menitikkan air mata.

Baru saja Kahfi menyelesaikan pendidikannya di Cairo Mesir, sekarang Maulana juga ingin menimba ilmu di sana. Ia akan kembali dipisahkan dengan anak laki-laki nya, bukan hanya satu atau dua tahun, tapi lima tahun.

"Ummi, do'ain Lana ya, semoga Lana bisa menyelesaikan pendidikan Lana di sana dan bisa jadi kaya abang," ujar Maulana seraya memegang kedua tangan Latifah dengan mata yang berkaca-kaca.

"Ummi selalu mendoakan anak-anak ummi, Ummi cuma minta kamu jaga kesehatan disana ya."

"Pasti Ummi, Lana juga sebisa mungkin selalu kasih kabar ke Ummi."

Latifah tersenyum, kemudian ia peluk tubuh anak laki-laki nya itu. Air mata yang tadi Maulana tahan, ini jatuh sudah saat ia memeluk tubuh Ummi nya itu.

Maulana menangis di dalam dekapan Latifah, melihat itu Kahfi dan Hasan hanya tersenyum tipis. Maulana memang tidak bisa jauh dari Latifah, maka dari itu berat rasa nya ia meninggalkan sang Ummi.

"Udah, jangan nangis," ucap Kahfi seraya menepuk pelan bahu Maulana.

"Gak nangis," elak Maulana sambil menyapu sudut matanya.

"Gak nangis tapi mata berair," ujar Kahfi seraya terkekeh pelan.

"Diam!" ucap Maulana sambil menatap abangnya itu.

"Siap-siap sana, tiga puluh menit lagi pesawatnya terbang," ujar Kahfi. "Jangan lupa kasih kabar kalau sudah sampai, jangan sampai Ummi nyari-nyari kabar kamu nanti," lanjutnya.

"Iya Bang, Lana pamit, tolong jaga Ummi sama Hilmah," ucapnya seraya mencium tangan Kahfi.

"Pasti abang jagain, Abang juga masih tinggal di rumah Ummi, jadi kamu tenang aja."

Maulana tak menjawab, ia berjalan menuju Ummi dan Abi nya bermaksud untuk berpamitan. Setelah itu ia segera melangkah menjauh dan menuju ruang tunggu, tangisan Hilmah semakin kencang saat melihat raga abangnya yang sudah hilang.

Kahfi berusaha menenangkan Hilmah, namun gadis kecil itu tetap memberontak untuk menyusul Maulana.

"Hey, dengerin abang," ucap Kahfi seraya memegang kedua bahu Hilmah.

"Bang Lana mau sekolah, Bang Lana juga gak akan lupain Hilmah kok. Hilmah gak boleh nangis, nanti Bang Lana marah sama Hilmah," ujar Kahfi mencoba memberi pengertian kepada Hilmah.

PILIHANKU KAMU (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang