Bab 19

26.4K 1.9K 267
                                    

DILARANG BAWA-BAWA CERITA LAIN DI CERITA INI, JANGAN SAMAKAN CERITA INI DENGAN CERITA LAIN. INI MURNI HASIL PEMIKIRAN SAYA, JIKA ADA KESAMAAN NAMA TOKOH ATAU YANG LAIN, ITU HANYA KETIDAKSENGAJAAN SEMATA. TOLONG BIJAK DALAM MEMBACA, JIKA TIDAK SUDAH SILAHKAN SKIP!⚠

Hai aku up lagi nih, gimana chapter kemarin? Apakah seru? 

Nungguin gak?

Share cerita ini ketemen-temen kalian ya, supaya rame🙃

Note : typo bertebaran di mana-mana, tandai yang typo.

(HAPPY READING)

(❁´◡'❁)


Kini Huda tengah berbaring santai di kasur king size milik suaminya, ia berbaring sambil muroja'ah hafalannya. Di kamar, Huda sendiri karena Kahfi yang sedang ada rapat dengan para asatidz dan asatidzah, membicarakan tentang ujian kelulusan mereka nanti.

Setelah sholat maghrib tadi, Kahfi berpamitan kepada Huda untuk keluar dan menghadiri rapat. Awalnya Kahfi mengatakan hanya sebentar saja, tapi ini sudah selesai sholat isya, suaminya itu belum juga pulang.

Huda menghela napasnya pelan dan bangkit dari tidurnya, gadis itu duduk seraya meletakkan Al Quran yang ada di tangannya tadi ke atas nakas. Kemudian ia melepaskan pasmina yang terlilit cantik di kepalanya, ia meletakkan pasmina nya sembarang tempat.

Gadis itu sangat bosan jika hanya berdiam dikamar saja, ia ingin keluar tapi tidak diizinkan oleh sang suami. Huda pun memutuskan turun dari kasur dan melihat-lihat isi kamar Kahfi.

Ya walaupun dulu ia sudah pernah tidur disini, tapi waktu itu Huda tidak berani untuk melihat lebih jauh karena ia tidak tahu jika saat itu adalah acara akad nikahnya dengan Kahfi.

Saat membuka lemari, Huda menggelengkan kepalanya sambil mendengus kesal. Bagaimana tidak kesal, lemari suaminya itu sangat berantakan. Baju, sarung, kemeja dan sorban yang tidak disusun rapi alias ditaruh di sembarang tempat.

Karena ia tidak tau harus apa, jadilah Huda memutuskan untuk merapikan lemari suaminya itu, sekaligus menata baju-bajunya yang tadi sudah di bawakan oleh orang tuanya.

Dengan telaten Huda menyusun ulang bajunya dan Kahfi, dan beberapa perlengkapan mereka yang lainnya. Saat membuka pintu lemari yang disebelahnya, kening Huda berkerut saat melihat ada satu paperbag berwarna coklat muda.

"Ini apa ya?" monolognya sendiri.

Ia ingin membuka paperbag itu, tapi ia takut jika itu bukan punya suaminya. Namun, rasa penasaran lebih dominan dibandingkan rasa takutnya. Tangannya terangkat mengambil paperbag tadi dan membawanya ke kasur.

Setelah sampai di kasur, Huda duduk dan mulai membuka paperbag tadi. Lagi-lagi ia dibuat bingung saat melihat ada selembar baju dan hijab segi empat di dalam sana, untuk siapa Kahfi membeli ini, pikir Huda saat itu.

Ia mengeluarkan baju dan hijab tadi, membukanya dari plastiknya. Saat mengeluarkan hijabnya, ada secarik kertas yang juga ikut terjatuh. Huda mengambil kertas itu dan mulai membacanya, gadis itu tersenyum getir saat membaca surat yang ada di dalam plastik hijab tadi.

PILIHANKU KAMU (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang