Bab 46

12.2K 911 202
                                    

Hai, jangan lupa nabung ya buat ikutan PO pilihanku kamu, nanti khusus yang ikut PO bakalan dapat pdf eksklusif amalan harian Kahfi Huda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai, jangan lupa nabung ya buat ikutan PO pilihanku kamu, nanti khusus yang ikut PO bakalan dapat pdf eksklusif amalan harian Kahfi Huda

Insyaa Allah PO nya akhir bulan ini, yang mau masuk GC khusus PO, link nya ada di saluran Instagram Aul_albirruyaaa ges semuaaaa.

Jangan lupa vote, komen dan share juga.

Bantu tandai yang typo yaaaa.

(HAPPY READING)

(⁠◔⁠‿⁠◔⁠)

Jam sudah menunjukkan pukul 21:00, operasi Huda baru dimulai satu jam yang lalu. Dinda sedari tadi tak berhenti menangis karena khawatir kepada anak perempuannya, dan Muhsin pun terus menenangkan istrinya itu.

Sebelum Huda memasuki ruang operasi tadi, mereka semua kembali mendapat kabar buruk tentang Kahfi. Laki-laki itu mengalami koma karena parahnya kecelakaan yang ia alami.

Di rumah sakit hanya ada kedua orang tua Kahfi dan Huda saja, sedangkan Haikal Khalil dan Halwa pamit pulang terlebih dahulu untuk mengurus kasus tabrak lari tadi sore.

Sekitar satu jam menunggu akhirnya dokter pun keluar dengan sarung tangan yang terdapat sedikit bercak darah, ia melepaskan sarung tangannya dan memanggil kedua orang tua Huda.

Dinda dan Muhsin pun langsung berdiri menghampiri dokter tadi. "Bagaimana keadaan anak dan cucu saya, Dok?" tanya Muhsin.

"Alhamdulillah, cucu kalian lahir dengan sehat dan tampan seperti ayahnya. Tapi mohon maaf sebesar-besarnya, kami tidak bisa menyelamatkan kembaran cucu kalian, dan karena kondisi Huda yang sangat lemah akibat kecelakaan, dengan berat hati saya mengatakan jika Huda mengalami koma," ucap dokter itu sambil menundukkan kepalanya merasa bersalah.

"Ya Allah, Huda, anak Ummi," lirih Dinda, tangisnya tak terbendung lagi.

Dinda sudah sangat lemas karena berita buruk yang ia terima hari ini, tak jauh berbeda dengan Latifah, wanita paruh baya itu sudah berkali-kali pingsan karena tak sanggup dengan cobaan yang menimpa keluarganya.

"Tolong urus jasad cucu saya dulu dok, besok akan kami bawa pulang untuk kami makamkan," ujar Hasan yang di angguki oleh dokter itu.

"Apa kami boleh melihat cucu kami?" tanya Hasan lagi.

"Boleh, saya minta suster untuk mengantarkan kalian, ya," ujar dokter itu seraya memanggil salah satu suster untuk mengantar kedua orang tua Huda dan Kahfi menemui cucu pertama mereka.

Saat sampai di depan ruangan cucu mereka, Dinda dan Latifah tak kuasa menahan air matanya saat melihat bayi mungil yang sedang tertidur lelap itu. Muhsin dan Hasan tersenyum bahagia melihat cucu pertama mereka lahir dengan sehat tanpa kurang apapun.

PILIHANKU KAMU (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang