Bab 35

16.4K 1.4K 256
                                    

⚠Cerita yang aku tulis ini murni karya aku sendiri, kalau misalkan ada terdapat kesamaan nama tokoh, kejadian dan lainnya, itu hanya ketidak sengajaan semata. Jadi tolong, bijak dalam membaca dan berkomentar⚠

Bagi yang gak suka, silahkan skip aja ya. Jangan sibuk menyamakan cerita aku degan cerita orang. Enjoy gais<3

Sini, absen dulu ayangnya Kahfi, haikal dan Khalil.

Typo bertebaran di mana-mana, tandai yang typo.

Jangan lupa follow, vote dan komen

(HAPPY READING)

(❁´◡'❁)

Pagi ini keadaan rumah Muhsin dan Dinda sangat ramai, pasalnya ada tamu yang tak di undang tiba-tiba datang ke rumah mereka. Siapa lagi jika bukan Haikal dan Khalil, kedua laki-laki itu sedari tadi sibuk menganggu Huda yang sedang memasak sarapan.

Dinda yang melihat tingkah mereka hanya bisa menggelengkan kepalanya saja, di larang pun kedua laki-laki itu akan tetap menganggu Huda, jika seperti ini maka Kahfi lah yang bisa melarang mereka.

"BANG HAI, BANG KHALIL DIEM DEH!" kesal Huda.

Perempuan itu menghela napas lelah, sayuran yang sedari tadi ia potong belum selesai karena ulah dua laki-laki itu. Matanya menatap tajam ke arah Haikal dan Khalil, sedangkan yang di tatap hanya cengengesan seraya menaik turunkan sebelah alisnya.

"Huda aduin Mas Afi nih," ancamnya.

"Jangan dong, abis nanti kita berdua," ujar Khalil.

"Makanya diem, jangan ganggu Huda!"

"Masa kita cuma diem, kan gak seru," gumam Khalil.

"Apa?! Ngomong apa tadi?" tanya Huda garang.

"Engga engga, lanjutin aja masaknya," jawab Khalil seraya cengengesan.

Haikal tersenyum tipis, senang rasanya jika Huda bisa di sayang oleh kedua sahabatnya. Ia menepuk bahu Khalil, mengisyaratkan agar pergi dari dapur sebelum benda yang di tangan Dinda melayang ke arah mereka karena sudah mengganggu Huda.

Mereka berdua berjalan menuju teras samping, duduk di kursi yang ada di sana sambil menikmati sejuknya angin pagi yang menerpa permukaan kulit mereka.

"Gimana keadaan Naura?" tanya Haikal memecahkan keheningan antara mereka berdua.

"Naura sudah sadar, tadi malam saya di kasih kabar sama orang tua Halwa. Tapi gak tau pasti gimana keadaannya, saya belum ada ke rumah sakit," ujar Khalil dengan senyuman tipis yang terukir di bibirnya.

Senyum tipis yang menggambarkan kebahagiaannya, setelah berbulan-bulan menunggu Naura sadar, dan akhirnya yang di nantikan pun tiba.

Tadi malam saat dirinya baru selesai melaksanakan sholat Isya, orang tua Halwa menelponnya dan memberitahu jika Naura sudah sadar. Dan yang membuat dirinya semakin bahagia adalah, gadis itu yang langsung mencari dirinya saat baru membuka matanya.

Tapi di lain sisi Khalil juga sedih, bagaimana jika gadis itu tahu kalau kedua orang tuanya sudah tidak ada? Apa gadis itu bisa menerima takdir ini? Khalil hanya takut jika Naura menyakiti dirinya sendiri saat tahu fakta ini.

Sedangkan di dalam rumah, Kahfi baru saja turun dan langsung menghampiri sang istri yang sedang sibuk di dapur. Tangan kekarnya memeluk erat pinggang Huda dari belakang, sambil menumpukan dagunya di bahu sang istri.

Huda yang tahu siapa pelakunya hanya diam dan tersenyum tipis, tangannya masih sibuk mengaduk sayuran yang ada di wajan. Membiarkan suaminya yang memeluknya sambil mengendus-endus lehernya yang tertutup hijab itu.

PILIHANKU KAMU (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang