Bab 24

22.9K 1.7K 192
                                    

⚠Cerita yang aku tulis ini murni karya aku sendiri, kalau misalkan ada terdapat kesamaan nama tokoh, kejadian dan lainnya, itu hanya ketidak sengajaan semata. Jadi tolong, bijak dalam membaca dan berkomentar⚠

Bagi yang gak suka, silahkan skip aja ya. Jangan sibuk menyamakan cerita orang lain, dan jangan terlalu terobsesi dengan satu cerita, hingga saat kalian baca cerita lain yang terdapat sedikit kesamaan langsung kalian simpulkan bahwa ceritanya plagiat.

Typo bertebaran di mana-mana, tandai yang typo.

Jangan lupa follow, vote dan komen

(HAPPY READING)

Hari yang di nantikan telah tiba, hari wisuda bagi santriwati tahfidz

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hari yang di nantikan telah tiba, hari wisuda bagi santriwati tahfidz. Semua santriwati yang mengikuti wisuda tengah mempersiapkan diri mereka masing-masing, mencoba rileks dan tenang.

Jam baru menunjukkan pukul 07:00, tapi suasana Pesantren sudah terlihat sangat ramai. Banyak orang tua dan kerabat dari santriwati yang berdatangan. Ada juga beberapa tamu yang sengaja di undang untuk menyaksikan acara wisuda santriwati Pondok Pesantren Al Hafidz.

Sebagaimana peserta wisuda lainnya, Huda pun juga tengah sibuk mempersiapkan dirinya. Gadis itu sibuk menata hijab yang ia pakai, sambil melantunkan sholawat.

Setelah semuanya dirasa sudah rapi, Huda membalikkan badannya berniat untuk merapikan tempat tidurnya. Namun saat baru saja membalikkan badannya, Huda langsung menubruk dada bidang sang suami.

Dengan gesit Kahfi menahan belakang istrinya itu agar tidak terjatuh, Huda mengusap pelan keningnya sambil mendongakkan kepalanya menatap sang suami.

"Afi dari kapan disini?" tanya Huda.

"Baru aja, tadinya mau meluk kamu, tapi kamu udah balik badan," ujar Kahfi seraya terkekeh pelan dan mengecup singkat kening gadis kecilnya itu.

"Gimana, Huda udah cantik belum?" tanya Huda sambil memutar-mutar badannya, dan memperlihatkan baju yang dibelikan Kahfi kemarin.

"Cantik, kamu selalu cantik kalau tampil apa adanya," ucap Kahfi dengan begitu tulus.

Seketika Huda langsung menutupi wajahnya, ia tahu sekarang pasti wajahnya itu sudah memerah. Melihat itu Kahfi hanya tertawa ringan, ia hampiri sang istri lalu membawanya kedalam dekapannya.

Tangan Huda melingkar manis di pinggang sang suami, membalas pelukan suaminya itu. Keduanya diam, pelukan hangat di pagi hari membuat hati mereka tenang.

Kahfi melonggarkan pelukan mereka, dan menangkup kedua pipi chubby istrinya itu seraya berkata, "pakai cadar mau?"

Kening Huda sedikit berkerut, ia bingung kenapa suaminya tiba-tiba meminta dirinya untuk memakai cadar. Melihat keterdiaman sang istri, Kahfi tersenyum tipis sambil mencuri kecupan di pipi kanan Huda.

PILIHANKU KAMU (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang