Bab 23

21.4K 1.7K 120
                                    

⚠Cerita yang aku tulis ini murni karya aku sendiri, kalau misalkan ada terdapat kesamaan nama tokoh, kejadian dan lainnya, itu hanya ketidak sengajaan semata. Jadi tolong, bijak dalam membaca dan berkomentar⚠

Bagi yang gak suka, silahkan skip aja ya. Jangan menebar komen buruk, jadi kalau gak. suka bisa di skip.

Typo bertebaran di mana-mana, tandai yang typo.

Jangan lupa follow, vote dan komen

(HAPPY READING)

(❁'◡'❁)

Suasana malam di Pondok Pesantren Al Hafidz terlihat begitu ramai dari malam biasanya, semua santri kompak bergotong royong mempersiapkan hari wisuda santriwati tahfidz lusa.

Sedangkan santriwati yang akan mengikuti wisuda lusa, sibuk membantu persiapan yang lain. Termasuk Huda dan Halwa, kedua gadis itu dengan telaten memasukkan makanan kedalam kotak, untuk tamu yang berhadir nanti.

Kahfi sudah meminta istrinya itu untuk istirahat saja, tapi menurut Huda jika ia hanya berleha-leha, maka semua badannya akan terasa sakit. Maka dari itu, sejak sore tadi ia terus merengek agar Kahfi memberikannya izin untuk membantu membungkus makanan.

Tamu yang di undang hanya keluarga dari santriwati yang akan mengikuti wisuda, kerabat dekat keluarga ndalem dan suami atau istri para pengajar di sini saja.

Semua makanan sudah selesai di bungkus, jam pun sudah menunjukkan pukul 20:30. Huda berpamitan kepada Halwa untuk menghampiri suaminya, sedangkan Halwa memilih untuk kembali ke kamarnya saja, dari pada ia menjadi nyamuk antara sahabatnya itu.

Huda berjalan santai menuju ndalem, tadi pas Kahfi mengantarkannya ke aula, laki-laki itu mengatakan jika ia menunggu Huda di ndalem. Dapat ia lihat, Kahfi tengah asik mengobrol bersama Haikal di teras, tanpa Khalil. Dimana laki-laki itu? Pikir Huda.

Biasanya mereka bertiga selalu bersama, tapi sekarang, kenapa Khalil tidak ikut mengobrol bersama Kahfi dan Haikal. Dan setahu dirinya juga, tidak ada kelas tambahan malam ini.

Enggan berfikir panjang, Huda langsung melangkahkan kakinya menghampiri sang suami. "Afi," panggil Huda.

Gadis itu berdiri tepat di depan suaminya, Kahfi yang menyadari kedatangan istrinya pun tersenyum tipis dan membawa Huda duduk di pangkuannya.

"Udah selesai?" tanya Kahfi.

"Udah, cemilan yang di bungkus gak banyak, makanya cepat selesai," jawab Huda sambil menyandarkan kepalanya di dada bidang suaminya itu.

Haikal yang melihat kebucinan itu hanya mampu menghela napas pelan seraya memutar bola matanya malas, sungguh ia muak dengan tingkah sahabat dan adik sesusunya itu.

Sedangkan Kahfi hanya terkekeh pelan melihat wajah tertekan sahabatnya itu, tangannya terangkat mengusap punggung kecil gadisnya itu.

"Gimana ujiannya tadi?" tanya Haikal kepada Huda.

"Lancar, dan alhamdulillah bisa menjawab semua soal," jawab Huda dengan sumringah. "Oh iya, kemarin kata Bang Hai, kalau Huda berhasil lulus mau beliin Huda hadiah kan?" imbuh nya saat mengingat janji Haikal tempo lalu.

Haikal menggaruk tengkuknya yang tak gatal, laki-laki itu melirik sekilas kearah Kahfi. Sahabatnya itu menatapnya dengan tatapan datar andalannya.

"Hadiahnya jangan yang kemarin deh ya, yang lain aja," tawar Haikal. Dirinya jadi was-was karena tatapan dingin sahabatnya itu.

"Emang hadiah apa?" tanya Kahfi dengan tangan yang masih setia mengusap punggung istrinya.

"Kemarin Bang Hai janji, mau ngasih Huda es krim semua rasa. Jadi besok Bang Hai harus tepatin semua janjinya kan?" tanya Huda kepada Kahfi dengan wajah polosnya.

PILIHANKU KAMU (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang