Bab 40

15.1K 1.1K 213
                                    

Hai, apa kabar? Pilihanku kamu up lagi nih.

Minta tolong buat pencet bintang dulu ygy, karena vote dan jumlah yang baca beda jauh begete, kan gak asik.

Tandain yang typo yaw, dan tolong yang gak suka cerita ini skip aja, gak usah caper disini:)

(HAPPY READING

(❁'◡'❁)

Jam 21:30 Kahfi dan Huda baru saja menyelesaikan sholat isya, tadi sebelum sholat mereka sudah makan malam bersama. Kini kedua pasangan suami-istri itu tengah bersantai di atas kasur mereka, dengan Kahfi yang menyandarkan punggungnya di sandaran kasur dan Huda yang bersandar di dada bidang sang suami.

Perempuan itu menggambarkan pola abstrak di dada suaminya, sambil diselingi cerita masa lalu mereka, lebih tepatnya masa kecil mereka berdua sebelum terpisah belasan tahun lamanya.

Kahfi dan Huda hanyut dalam cerita yang mereka bawa, tangan kanan Kahfi tak hentinya mengusap perut buncit sang istri.

"Eh," kaget Kahfi saat merasakan sebuah tendangan dari perut Huda.

"Kenapa?" tanya Huda sambil mendongakkan kepalanya.

"Mereka nendang, sayang," ucap Kahfi dengan raut wajah bahagia. "Sakit gak?" tanyanya.

"Sedikit, ngilu tapi Huda seneng mereka bisa nendang di dalam sana," jawab Huda sembari tersenyum manis.

"Sayang, aku mau ngobrol sama mereka," izin Kahfi seraya menatap penuh permohonan kepada istrinya itu.

Huda yang melihat itu di buat gemas, kenapa suaminya ini harus izin, toh ini adalah anaknya. Huda pun membenarkan posisi duduknya agar mempermudah Kahfi berbaring di pahanya.

"Sini," ujar Huda sambil menepuk pahanya, mengisyaratkan kepada sang suami agar berbaring di sana.

Kahfi menurut, ia berbaring dengan paha Huda yang menjadi bantalan. Setelah itu Kahfi memiringkan tubuhnya tepat menghadap perut buncit Huda, senyum laki-laki itu tak luntur sedari tadi, hal itu membuat Huda ikut tersenyum.

"Assalamu'alaikum anak-anak Abi, kalian kenapa tadi nendang perut Ummi? Hm?" tanya Kahfi seolah ada kedua anaknya di depannya.

"Kalian kangen Abi, ya? Maaf ya, hari ini Abi terlalu sibuk dan gak sempat ngajak kalian ngobrol. Nanti, kalau kalian berdua sudah lahir, Abi akan ajak kemana pun kalian mau, asal sama Ummi," ujar Kahfi dengan penuh semangat sambil mengusap perut buncit istrinya itu.

"Kemana aja?" tanya Huda.

Kahfi mendongakkan kepalanya, lalu mengangguk dan berkata, "iya, asal sama kamu juga."

"Masa baru lahir udah di ajak jalan kemana-mana."

"Gak papa, biar mereka seneng," sahut Kahfi seraya terkekeh pelan.

Huda hanya menggelengkan kepalanya pelan sebagai respon, setelah itu ia kembali mengusap rambut suaminya itu dan mendengarkan obrolan antara Abi dan anak di hadapannya.

Lumayan lama Kahfi mengobrol dengan si kembar, sampai tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 22:15. Melihat jam yang sudah hampir jam setengah sebelas, Huda pun mengajak suaminya untuk tidur.

"Mas, tidur yuk, kamu harus istirahat, tadi kan seharian banyak urusan."

"Ayok, sini sayang bobo," ujar Kahfi sambil membenarkan posisi tidurnya dan menepuk tempat sebelahnya.

Huda tersenyum tipis, lalu ia ikut berbaring di samping Kahfi dan mencari posisi ternyaman nya di sana. Sebelah tangan Kahfi ia gunakan sebagai bantalan Huda, dan sebelahnya lagi untuk mengusap surai lembut istrinya itu sambil membacakan surah maryam.

PILIHANKU KAMU (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang