Bab 43

13.6K 967 175
                                    

Hai kalian semua, apa kabar?

Masih inget kan sama cerita ini? Apa udah di hapus dair perpus? Maapin ya sekarang aku jarang up.

Typo bertebaran dimana-mana, tolong tandai ygy

(HAPPY READING)

(⁠◔⁠‿⁠◔⁠)

Hari-hari telah mereka lewati, bukti demi bukti pun mulai terkumpul. Pelaku peneroran sudah ada titik terang, bahkan beberapa hari ini Kahfi dan dua sahabatnya sering menciduk pelaku itu dan menggagalkan rencananya.

Hari ini tepat tujuh bulan kehamilan Huda, warga Pesantren tengah sibuk mempersiapkan acara untuk besok pagi. Ada yang sedang mendekor aula, ada yang membuat makanan, kue dan lain-lain.

Kahfi meminta kepada Abi nya agar acara dilaksanakan di aula saja, ia tidak ingin diadakan panggung karena kasian kepada santri yang akan membereskan nanti, apalagi mereka yang baru saja menyelesaikan ujian dadakan di kelas.

Di ndalem semua keluarga sedang berkumpul sambil mengobrol ringan, mereka semua berkumpul tanpa Huda dan Kahfi. Kedua pasangan suami-istri itu sedang berada di kamar karena baru saja pulang membeli martabak keinginan Huda.

Entah kenapa ngidam wanita itu lebih banyak diusia kandungannya yang sekarang, tidak seperti ibu hamil biasanya, yang kebanyakan ngidam diusia hamil muda.

Kini Huda dan Kahfi sudah mengganti pakaian mereka, setelah itu Kahfi segera mengajak istrinya utu untuk turun dan berkumpul bersama keluarga besarnya. Mereka berdua berjalan beriringan dengan tangan Huda yang melingkar manis di lengan kekar suaminya.

Saat hendak selesai menuruni anak tangga, bertepatan dengan dua orang santriwati yang membawa nampan berisi maka dan minuman. Saat melihat Ning dan Gus mereka hendak turun, kedua santriwati itupun berhenti tak jauh dari tangga sambil menundukkan kepala mereka.

"Ica, Siti, jalana aja gak papa kok," ujar Huda kepada kedua santriwati itu.

"Maaf Ning, Gus, kami permisi duluan ke depan buat antar minum," ucap sopan salah satu dari mereka.

Kahfi hanya menganggukkan kepalanya saja sebagai jawaban, setelah mereka berdua berlalu, barulah Kahfi dan Huda melanjutkan langkah mereka yang sempat terhenti beberapa saat itu.

Sesampainya di ruang keluarga, Huda menyalami satu persatu keluarganya yang baru saja datang, di susul dengan Kahfi yang hanya menyalami para laki-laki saja. Setelah itu Huda memilih duduk di tengah-tengah antara Dinda dan Latifah, sedangkan Kahfi memilih untuk duduk di samping Haikal.

Mereka semua hanyut dalam obrolan masing-masing, ada yang menanyakan bagaimana keadaan kandungan Huda, mencandai Haikal yang sebenar lagi akan menikah bahkan masalah teror yang menggangu rumah tangga Huda dan Kahfi pun jadi obrolan mereka.

"Jadi semuanya sudah terbukti kalau dia pelakunya?" tahya Muhsin.

"Iya Abah, sudah banyak bukti yang Kahfi dapatkan. Tapi, Kahfi hanya menemukan bukti kalau satu saja yang melakukan ini semua. Kahfi yakin masih ada orang lain yang ikut dalam masalah ini."

"Jangan terlalu gegabah, Nak, tetap hati-hati kalau kamu mau bertindak," nasihat Nenek Huda.

"Iya Nek, Kahfi juga selalu hati-hati," jawab Kahfi seraya tersenyum tipis.

"Sudah, ini hari bahagia kita semua, gak usah bicarain masalah ini dulu!" sahut Latifah yang sedikit sensitif dengan pembahasan mereka.

Kahfi terlihat terdiam, ia tahu jika Umi nya itu snagat khawatir akan keadaan rumah tangganya. Apalagi Huda yang sedang mengandung cucu pertamanya, wajar jika pembahasan ini membuat Latifah sedikit emosi.

PILIHANKU KAMU (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang