Bab 39

13.2K 1K 122
                                    

Hai kalian semua, jumpa lagiiii.

Minal aidin walfaidzin, mohon maaf lahir dan batin ya. Maapin aku yang jarang up ini, semoga nanti aku kembali rajin lagi.

Terimakasih buat kalian yang masih nungguin cerita ini, jangan lupa nabung buat beli novelnya nanti yaw.

(HAPPY READING)

(❁´◡'❁)

Hari demi hari Huda dan Kahfi lewati bersama, hingga tak terasa kini kehamilan Huda sudah memasuki bulan ke lima. Perutnya yang dulu datar kini sudah mulai membuncit, sifat posesif suaminya itupun semakin menjadi.

Kahfi semakin membatasi pekerjaan Huda, bahkan ia tidak mengizinkan istrinya itu keluar rumah sendiri. Untuk memasak pun, Kahfi meminta beberapa mba ndalem untuk membantu karena tidak ingin istri kesayangannya itu kecapean.

Kehamilan pertama Huda ini tidak seperti ibu hamil pada umumnya, yang dimana mereka akan mengidam dan yang lainnya, justru Huda malah sebaliknya. Perempuan itu juga bingung, ia merasakan mengidam hanya saat kehamilannya pada bulan ketiga saja, setelah itu ia merasakan tidak ingin apa-apa.

Kini Huda duduk santai di ruang tengah sambil menonton TV dengan beberapa cemilan yang ada di atas meja, sambil menunggu suaminya pulang dari rapat pondok, Huda memilih bersantai saja di rumah.

Rencana mereka nanti malam akan memeriksa kandungan Huda, jadwal di undur karena dokter kandungan Huda sedang sibuk dan kebetulan sangat suami pun juga sibuk.

"Huft, bosen deh," gumam Huda sambil mengusap perut buncit nya.

Saat ia melihat jam, ternyata jam sudah menunjukkan pukul 17:00. Sudah lumayan sore dan suaminya belum juga pulang, ia mengambil ponselnya yang berada di atas meja, mencari kontak suaminya dan segera menelpon.

Namun belum terhubung sambungan teleponnya, suara salam dari arah luar membuat Huda mengalihkan perhatiannya. Ia sangat kenal suara itu, dengan bergegas Huda berdiri dan berlari kecil menuju pintu untuk menyambut suaminya itu.

Saat tepat berada di hadapan Kahfi, Huda langsung memeluk erat tubuh suaminya itu, tanpa tahu jika mereka sedang ada tamu. Kahfi yang mendapati perlakuan tiba-tiba dari sang istri hanya bisa tersenyum kaki, pasalnya tamunya ini adalah ustadz baru yang ingin mengambil beberapa berkas santri.

"Sayang, lepas dulu ya, ada tamu," bisik Kahfi dengan tangan yang mengusap lembut pipi chubby istrinya itu.

Mendengar bisikan sang suami, sontak Huda langsung melepaskan pelukannya dan melihat kearah depan, tepat di belakang suaminya. Benar saja, ada seorang laki-laki yang berdiri sambil menundukkan kepalanya saat tak sengaja melihat mereka berpelukan.

Huda menutup wajahnya karena malu, perempuan itupun berjalan menuju kamar dengan tergesa-gesa. Kahfi yang melihat itu sedikit meringis, takut istrinya itu terjatuh karena menaiki tangga dengan cepat.

"Tunggu sebentar ya, saya ambilkan dulu berkasnya," ucap Kahfi kepada tamunya tadi.

"Baik Gus," jawabnya.

Tak lama ustadz baru itu menunggu, Kahfi pun datang dengan beberapa amplop berwarna coklat di tangannya. Ia segera memberikan amplop itu dan memberitahu apa saja yang harus is kerjaan.

Setelah itu ustadz baru tadi pun berpamitan untuk kembali ke kamarnya, setelah kepergian ustadz baru tadi Kahfi langsung menutup pintu dan tak lupa untuk menguncinya kembali.

Sebelum ke kamar, Kahfi menyempatkan untuk kedapur sebentar untuk minum. Tak lupa ia membuatkan susu untuk istrinya itu, karena tadi Huda sempat memberitahu dirinya jika dia belum meminum susu.

PILIHANKU KAMU (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang