Bab 5

23K 1.7K 67
                                    

Hai semua, maaf aku belum bisa rutin up ya. Karena bentar lagi ujian di pondok, insyaa Allah setelah ujian nanti akan rutin up lagi.

Mungkin dua atau tiga kali seminggu, tergantung aku sibuk apa engga sih.

Jangan lupa follow, vote dan komen ya.

Btw, kalian mau kapan aja up nya. Insyaa Allah nanti aku sempetin. Komen ya.

{HAPPY READING}

(❁'◡'❁)

Tepat pukul 01:00 Huda terbangun dari tidurnya, gadis itu meneguk tandas air minum yang ada di atas nakas samping tempat tidurnya. Kemudian, Huda duduk di atas kasur sambil menyandarkan punggungnya.

Entah kenapa malam ini ia sangat susah tidur, padahal suasana malam hari itu tidak terlalu panas dan juga tidak terlalu dingin. Tidak seperti biasanya, gadis itu terbangun lebih awal dan bingung untuk melakukan apa. Ingin sholat, tapi masih jauh dari waktu kebiasaanya.

Huda menghela napas pelan, "kenapa susah banget ya tidur, kan kata Abah besok berangkat pagi, terus siangnya sekolah. Kalau gak bisa tidur gini, gimana nanti ngantuk pas jam pelajaran?" gumam gadis itu.

Karena bingung ingin melakukan apa, akhirnya Huda memilih untuk turin dari tempat tidurnya dan berjalan menuju dapur untuk mengisi perutnya yang lapar. Setelah sampai di lantai bawah, gadis itu tengah berdiri di depan kulkas dan memperhatikan isi di dalamnya.

Karena tidak ingin pusing dan repot memasak, Huda lebih memilih membuat mie instan saja. Ia mengambil dua bungus mie dan satu telur, kemudia mulai memasak kedua bahan itu. Makanan yang sederhana, tapi sangat enak menurut Huda.

Setelah semuanya matang, Huda segera memindahkan mie tadi kedalam mangkok dan berjalan menuju meja makan. Namun sebelum itu ia sudah mengambil air minum, Huda sudah duduk di kursi meja makan dengan mangkok mie di hadapannya.

"Eemmm, bau nya aja menggoda banget," ucapnya saat menghirup aroma khas mie instan itu.

Ia pun segera membaca doa dan menyantap mie yang ia buat tadi, Huda memakan mie sambil mendengarkan sholawat dari ponselnya. Bahkan sesekali gadis itu melantunkan sholawat dengan suara merdunya.

"Eh, bentar lagi aku ulang tahun ya. Berarti ulang tahun ke tujuh belas kali ini, aku di pondok dong, gak bareng Ummi sama Abah," ucapnya yang sedikit sedih karena tidak bisa merayakan ulang tahunnya bersama kedua orang tuanya.

Ulang tahun pertama yang ia rasakan di pondok, entah bagaimana nanti. Setelah makanannya tadi habis, Huda langsung mencuci bekas piring dan gelas yang ia pakai, kemudian ia kembali ke kamarnya.

Langkahnya terhenti tepat di depan anak tangga pertama, Huda mendengar bel rumahnya yang berbunyi. Gadis itu melirik sebentar ke arah pintu, keningnya mengerut karena bingung, siapa yang bertamu di jam dini hari? Pikir Huda.

Bel rumah masih terus berbunyi, tapi gadis itu masih setia berdiri di tempatnya. Sedetik kemudian, ia bergidik ngeri lalu berlari ke lantai atas menuju kamarnya. Tapi saat tiba di lantai atas, Huda tak sengaja menabrak tubuh tegap sang Abah.

Gadis itu mengusap dahinya dan mendongak guna melihat siapa yang ia tabrak, Muhsin menaikan sebelah alisnya seolah bertanya kenapa. Huda hanya menggelengkan kepalanya pelan, dengan tangan yang masih setia memeluk boneka pinguin kesayangannya.

PILIHANKU KAMU (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang