Bab 27

22.2K 1.8K 155
                                    

⚠Cerita yang aku tulis ini murni karya aku sendiri, kalau misalkan ada terdapat kesamaan nama tokoh, kejadian dan lainnya, itu hanya ketidak sengajaan semata. Jadi tolong, bijak dalam membaca dan berkomentar⚠

Bagi yang gak suka, silahkan skip aja ya. Jangan sibuk menyamakan cerita aku degan cerita orang. Enjoy gais<3

Sini, absen dulu ayangnya Kahfi, haikal dan Khalil.

Typo bertebaran di mana-mana, tandai yang typo.

Jangan lupa follow, vote dan komen

(HAPPY READING)

Sesudah selesai melaksanakan sholat maghrib, kini Kahfi berdiri di depan masjid Pesantren menunggu Huda. Semua santri dan santriwati tidak ada yang berani melangkah melalui Gus mereka, mereka semua lebih memilih diam menunggu sang Gus dan Ning mereka pulang dengan menundukkan kepala mereka.

Lumayan lama Kahfi menunggu, sampai akhirnya Huda datang sambil melingkarkan tangannya di lengan kekar sang suami. Menyadari kedatangan istrinya, Kahfi tersenyum tipis dan mengajak Huda langsung pulang ke rumah mereka.

Keduanya berjalan beriringan menuju rumah, dan Huda menyadari jika pergerakan mereka dilihat oleh Kayla. Tapi Huda semakin mengeratkan pelukannya di lengan Kahfi, seolah mengatakan jika Kahfi adalah miliknya.

Kahfi yang sedikit terheran pun melihat kearah sekitar, saat mendapati Kayla yang memperhatikan mereka berdua, barulah Kahfi sadar. Ia hanya tersenyum tipis melihat perlakuan istrinya itu. Inilah yang Kahfi suka dari Huda, istrinya ini gadis yang manja, tapi tidak akan diam jika rumah tangganya ingin di hancurkan.

"Gak usah di liatin, mending kita cepat pulang, Afi udah lapar," bisik Kahfi sambil mencuri kecupan di pipi Huda.

Huda tersenyum manis kepada sang suami, ia pun menganggukkan kepalanya dan kembali berjalan menuju rumah mereka.

Sesampainya di rumah, Huda segera naik menuju kamar dan menganti baju. Gadis itu lebih memilih memakai daster selutut, walaupun belum terbiasa. Setelah itu ia kembali turun menuju dapur untuk memasak makan malam untuk dirinya dan sang suami.

"Masak apa ya?" gumam Huda sambil melihat-lihat isi kulkas.

"Masak sup ayam aja, Sayang," bisik Kahfi.

"Astaghfirullah, Afi! Ngagetin aja deh," kesal Huda seraya memukul lengan suaminya itu.

"Lagian Kamu bengong kok di depan kulkas, nanti beku tau rasa," ujar Kahfi seraya terkekeh pelan.

"Huda tu bingung mau masak apa, soalnya bahan masakan banyak banget, kan jadi bingung."

"Sup ayam aja, kan enak dingin-dingin makan yang berkuah."

Huda menganggukkan kepalanya pelan dan berkata, "iya juga ya. Yaudah deh, Afi tunggu bentar ya, Huda mau bikin sup ayamnya dulu."

Bukan Kahfi nanya jika laki-laki itu langsung menurut, ia memilih ikut memasak dari pada harus menunggu.

Kini mereka berdua tengah menyiapkan untuk makan malam mereka, Kahfi yang membantu memotong sayur dan Huda yang memasak. Suasana dapur terlihat begitu ramai, padahal hanya ada mereka berdua.

Ruangan itu dipenuhi canda dan tawa, seolah mereka berdua melupakan kejadian yang pagi tadi mereka alami. Huda pun memutuskan untuk tidak pulang ke rumah orang tuanya, karena merasa sangat bersalah jika meninggalkan suaminya sendiri.

Tak butuh waktu lama, akhirnya masakan mereka pun jadi. Kini Kahfi dan Huda sudah duduk manis di kursi meja makan, Huda dengan telaten menyiapkan makanan untuk sang suami. Mulai mengambilkan nasi, sup ayam yang tadi mereka buat, dan air minum.

PILIHANKU KAMU (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang