Bab 13

24.3K 2K 348
                                    

⚠DILARANG BAWA-BAWA CERITA LAIN DI CERITA INI, JANGAN SAMAKAN CERITA INI DENGAN CERITA LAIN. INI MURNI HASIL PEMIKIRAN SAYA, JIKA ADA KESAMAAN NAMA TOKOH ATAU YANG LAIN, ITU HANYA KETIDAKSENGAJAAN SEMATA. TOLONG BIJAK DALAM MEMBACA, JIKA TIDAK SUDAH SILAHKAN SKIP!⚠

Hai aku up lagi nih, gimana chapter kemarin? Apakah seru?

Share cerita ini ketemen-temen kalian ya, supaya rame🙃

Note : typo bertebaran di mana-mana, tandai yang typo.

{HAPPY READING}

(❁´◡'❁)

Jam sudah menunjukkan pukul 21:00, kedua keluarga yang sedang berbahagia itu masih asik mengobrol. Entah membicarakan tentang masa sekolah mereka, perusahaan dan angan-angan mereka yang ingin menjodohkan Kahfi dan Huda, padahal kedua anaknya itu sudah resmi menikah.

Huda sedari tadi hanya diam saja mendengarkan cerita orang tuanya, ia juga hanya diam saat mendengarkan angan-angan kedua orang tuanya. Sejujurnya Huda malu, sebab Kahfi pun mengiyakan perkataan kedua orang tuanya, seolah-olah Kahfi ingin mereka menjadi sepasang suami istri.

Sedari tadi juga gerak gerik Huda tak luput dari pandangan Kahfi, laki-laki itu masih nyaman menatap istrinya. Tapi kali ini tidak secara terang-terangan, dirinya harus bersabar agar semuanya tidak terbongkar karena kecerobohannya sendiri.

Di ruang keluarga hanya ada Kahfi, Huda, Haikal dan kedua orang tua Kahfi dan Huda. Sedangkan Maulana dan Hilmah sudah tidur terlebih dahulu, sudah satu jam lebih mereka mengobrol seperti tidak habis pembahasan, sampai Huda bosan.

"Ummi masih banyak ya ceritanya?" tanya Huda dengan berbisik.

"Kenapa? Huda ngantuk?" tanya Dinda sambil mengusap lembut pipi chubby anaknya itu.

Huda menganggukkan kepalanya sebagai jawaban, Dinda tersenyum tipis saat melihat wajah lelah putrinya itu. Ia pun menatap sang suami, seolah memberi kode supaya menyudahi acara tukar cerita ini. Muhsin yang mengerti langsung menganggukkan kepalanya dan berpamitan kepada Hasan untuk beristirahat terlebih dahulu.

"Huda tidur di kamar atas aja, ada satu kamar kosong," ujar Latifah, padahal yang ia maksud adalah kamar anak laki-laki nya, yaitu Kahfi.

"Emang gak papa, Ummi?" tanya Huda, sebenarnya ia tidak enak.

"Gak papa, ayo Ummi antar." Latifah langsung mengajak Huda menuju kamar Kahfi, sedangkan Kahfi memilih tidur bersama Maulana untuk malam ini.

Huda mengikuti langkah Latifah, gadis itu sudah sangat mengantuk. Bahkan tadi ia sempat tertidur, tapi tidak di sadari oleh yang lain.

Keduanya sudah sampai di depan pintu kamar Kahfi, Latifah membuka pintu kamar itu dan mengajak Huda masuk. Gadis itu masih belum menyadari jika kamar yang masuki adalah kamar Kahfi, mungkin karena matanya yang sudah mengantuk dan badannya yang lelah akibat mengejar ayam tadi sore.

"Yasudah sekarang Huda bersih-bersih dulu gih, jangan lupa wudhu juga," ujar Latifah seraya tersenyum manis.

Huda hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban dengan senyum manis di bibirnya, Latifah meninggalkan Huda yang duduk di kasur Kahfi. Setelah kepergian Latifah tadi, Huda segera menuju kamar mandi untuk bersih-bersih. Hanya butuh lima belas menit, Huda sudah selesai dan langsung merebahkan tubuhnya.

"Ya Allah, enak banget rebahan," gumam Huda sambil menutup matanya sejenak.

"Ternyata ngejar ayam capek juga ya, mana kaki aku pegel banget lagi, pinggang juga sakit karena kelamaan duduk. Dasar aku, remaja jompo," ujarnya sambil terkekeh pelan.

PILIHANKU KAMU (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang