Bab 41

13.1K 1K 387
                                    

Hai, balik lagi sama Kahfi dan Huda. Maaf ya kemarin gak up karena lupa, gak ada yang ingetin:(

Tandai typo ya gais, jangan lupa vote dan komen sebanyak-banyaknya.

(HAPPY READING)

(⁠•⁠‿⁠•⁠)

Setelah mendapatkan satu bukti tadi dan mengantar kedua sahabatnya, Kahfi pun berpamitan kepada kedua sahabatnya untuk segera pulang. Pasalnya, Huda sedari tadi menelponnya tanpa henti. Wanita itu juga mengirimkan pesan agar dirinya cepat pulang, karena ia ingin makan bersama keluarganya.

Sesampainya di Pondok Pesantren, Kahfi langsung memasuki rumah seraya mengucapkan salam. Baru saja laki-laki itu masuk, ia sudah mendapatkan serangan dari sang istri sehingga membuat dirinya terkejut.

Bagaimana tidak, wanitanya itu berlari kencang menghampirinya dan langsung berhambur kedalam pelukannya. Untungnya Kahfi bisa menahan keseimbangannya, jika tidak sudah dipastikan dia dan Huda akan terjatuh.

"Hey, kenapa lari-lari, hm?" tanya Kahfi.

"Gak papa, soalnya kalau jalan lama." Jawaban istrinya itu membuat Kahfi mengelus dadanya sabar.

"Udah makan baksonya?" tanya Kahfi lagi.

Huda mendongakkan kepalanya melihat wajah tampan sang suami, ia menggelengkan kepalanya pelan sebagai jawaban lalu kembali menyembunyikan wajahnya di dada bidang sang suami.

"Kenapa? Tadi bukannya kamu mau bakso?"

"Huda mau makan bakso di suapin sama Mas, tapi Mas pulangnya lama," gerutu Huda dengan wajah kesalnya.

"Maaf ya, tadi Mas ada urusan penting makanya lama. Yaudah, sekarang Mas suapin, mau?"

"Mau, ayo ke dapur! Tadi ada Ummi sama Abah juga loh," ajak Huda dengan antusias.

"Kapan mereka datang?"

"Baru aja. Udah, ayo cepetan," ujar Huda sambil menarik tangan suaminya itu menuju dapur.

Latifah, Hasan, Dinda dan Muhsin yang melihat itu tersenyum tipis. Setelah Huda dan Kahfi duduk di kursi mereka masing-masing, Dinda pun menyodorkan bakso di mangkuk Huda tadi. Dengan senang hati Kahfi menerima itu dan langsung menyuapi sang istri.

Dengan lahapnya Huda memakan bakso tadi sambil menggoyangkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, pemandangan itu di saksikan oleh kedua orang tua mereka. Ucapan syukur tak henti mereka ucapkan saat melihat kebahagiaan kedua anak mereka itu.

Meskipun teror yang sedang di hadapi kedua belum terselesaikan, namun mereka semua yakin jika Huda dan Kahfi bisa melewati cobaan rumah tanggal mereka ini. Melihat begitu besarnya cinta mereka berdua, dan ketulusan Kahfi kepada Huda.

Kedua orang tua Huda sudah mengetahui semuanya, Dinda dan Muhsin sangat terkejut saat mendengar kabar ini. Tapi sebisa mungkin mereka berdua tidak melayangkan pertanyaan kepada putri semata wayang mereka itu, karena takut jika Huda kembali kepikiran.

"Enak?" tanya Kahfi.

"Enak banget, tadi ini yang bikin Huda juga," jawab Huda dengan mulutnya yang masih asik mengunyah bakso.

"Telen dulu, Nak, baru bicara, nanti kamu keselek," tegur Muhsin kepada anaknya itu.

Huda hanya cengengesan saja, ia kembali membuka mulutnya saat Kahfi menyodorkan bakso. Senyum Kahfi tak luntur sedari tadi saat melihat istrinya yang sangat lahap makan.

Bakso yang didalam mangkok pun habis, Latifah memanggil beberapa mana ndalem untuk meminta tolong membersihkan sisa makanan mereka. Tak lupa juga Latifah menyuruh mereka memakan bakso yang ia buat tadi bersama Huda.

PILIHANKU KAMU (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang