Bab 33

17.6K 1.4K 161
                                    

⚠Cerita yang aku tulis ini murni karya aku sendiri, kalau misalkan ada terdapat kesamaan nama tokoh, kejadian dan lainnya, itu hanya ketidak sengajaan semata. Jadi tolong, bijak dalam membaca dan berkomentar⚠

Bagi yang gak suka, silahkan skip aja ya. Jangan sibuk menyamakan cerita aku degan cerita orang. Enjoy gais<3

Sini, absen dulu ayangnya Kahfi, haikal dan Khalil.

Typo bertebaran di mana-mana, tandai yang typo.

Jangan lupa follow, vote dan komen

(HAPPY READING)

(❁´◡'❁)

Setelah mendapatkan pesan dari orang misterius waktu itu, Kahfi pun memutuskan untuk mengganti kartu yang di pakai Huda agar tidak ada lagi pesan ancaman yang di terima istrinya.

Nomor baru Huda pun hanya keluarga dan sahabat saja yang mengetahui, agar mempermudah Kahfi mengetahui siapa dalang dari pesan ancaman itu dan apa maksud mereka.

Ini juga saran dari kedua sahabatnya, Haikal dan Khalil. Mereka menyarankan agar nomor Huda hanya di miliki orang-orang terdekat saja. Mereka ingin mencurigai Kayla adalah dalang dari semua ini, namun mereka bertiga tidak mempunyai bukti yang akurat jika memang benar Kayla adalah dalangnya.

Kahfi menghela napa pelan, kini ia sedang duduk di ruang tengah sambil memejamkan matanya. Rencana ingin ke rumah mertuanya kembali gagal, karena Huda tadi mendadak demam karena kejadian yang baru ia alami.

Laki-laki itu masih belum memberitahu keluarganya akan kejadian tadi, karena tidak ingin membuat mereka cemas. Di lain sisi, Kahfi dan kedua sahabatnya ingin mencari bukti secara tenang berharap pelaku akan terjebak perangkap mereka.

"Apa yang sebenarnya mereka inginkan? Dan rencana apa yang sedang mereka susun?" gumam Kahfi yang mulai prustasi dengan masalah ini.

Padahal dia dan sang istri tidak pernah mengusik orang lain, tapi entah kenapa orang-orang seperti berlomba mengusik rumah tangga mereka berdua.

Kahfi juga tidak mempunyai lingkup pertemanan yang luas, dia hanya dekat dengan Haikal dan Khalil saja. Begitupun dengan Huda, perempuan itu hanya memiliki satu sahabat, dan itu hanya Halwa saja.

Jadi Kahfi maupun Huda merasa tidak pernah menyakiti orang sama sekali, tapi entahlah, mungkin mereka tanpa sadar pernah menyakiti orang.

"Apa masalah ini bukan berasal dari saya maupun Huda ya? Melainkan dari lawan bisnis Abi atau Abah," tebak Kahfi yang langsung menegakkan tubuhnya.

Laki-laki itu langsung mengambil ponsel miliknya yang berada di atas meja, kemudian langsung menelpon sang Abi untuk mencari informasi.

"Assalamu'alaikum Abi."

"Wa'alaikumussalam warohmatullah, kenapa?"

"Abang mau tanya, bisnis Abi aman?"

"Aman, perusahaan lagi gak ada masalah apa-apa, Abi juga lagi gak kerjasama sama perusahaan lain, kecuali perusahaan mertua kamu."

Kahfi terdiam sejenak, jika perusahaan Abi nya sedang baik-baik saja, lantas ia harus mencari tahu kemana lagi tentang masalah ini.

"Yasudah, Abang tutup ya telponnya, assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam warohmatullah."

Setelah mendengar jawaban salam dari Hasan, Kahfi pun langsung mematikan sambungan telepon mereka. Laki-laki itu mengacak-acak rambutnya, pusing memikirkan siapa pelaku ini.

PILIHANKU KAMU (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang