Bab 45

13.4K 1K 254
                                    

HALO GES SEMUAAAAAAA.

Apa kabar kalian?

Part ini sepertinya masuk konflik deh, siap-siap ya ges semua. Tahan emosi, tahan air mata, tahan mengumpat.

Jangan lupa vote duluuuuu!!!!!!

(HAPPY READING)

(⁠◔⁠‿⁠◔⁠)

"Gimana, kita udah dua bulan diam aja, apa kamu gak punya rencana lain?" tanya salah satu perempuan.

Ya, sudah dua bulan semenjak mereka hadir ke pernikahan Haikal dan Halwa, mereka hanya memantau tanpa melakukan apapun. Bahkan Kahfi dan kedua sahabatnya bingung, karena tidak bisa menebak apa yang sedang direncanakan kedua perempuan ini.

"Seperti rencana awal, setelah acara bahagia mereka, kini mereka harus menikmati kesedihan mereka," ucap sang perempuan dengan senyuman smirk nya, "dengan kehilangan salah satu dari keluarga mereka," lanjutnya.

"Siapa yang mau kamu singkirkan?"

"Naura, karena saya tidak ingin Khalil bahagia bersama dia."

"Terus gimana sama Kahfi?"

"Itu terserah kamu, apa mau kita singkirkan Huda juga? Tentunya dengan bayi yang ada di dalam perutnya."

"Tawaran yang bagus, kalau gitu ayo kita lakukan."

Salah satu perempuan itu lagi-lagi tersenyum smirk, sebentar lagi kebahagiaan akan datang kepadanya. Menyingkirkan perempuan yang merenggut kebahagiaanmu adalah suatu kesenangan baginya.

Kedua perempuan itu berjalan keluar rumah, mereka memasuki mobil dan menjalankan mobil itu entah kemana tujuan mereka berdua.

Sedangkan di Ndalem, Huda baru saja selesai melaksanakan sholat ashar sendiri di kamarnya. Kahfi tadi berpamitan karena ada rapat seluruh asatidz dan asatidzah, jadilah ia hanya sholat sendiri di rumah.

Selesai membereskan peralatan sholatnya, Huda pun memilih turun kebawah karena merasa bosan seharian berada di dalam kamar. Saat menuruni anak tangga, nasib sial menghampiri Huda.

Wanita itu tidak sengaja menginjak gamisnya dan terjatuh dari atas, ia berusaha melindungi perutnya agar tak terbentur sisi tangga. Wanita itu terus beristighfar, kepalanya pun berkali-kali terbentur tangga.

"Ya Allah, astaghfirullah," lirih Huda kesakitan.

Tubuhnya sangat lemas, untuk berdiri pun rasanya Huda tidak sanggup. Namun ia tetap berusaha untuk menelpon suaminya. Tapi tanpa Huda sadari, ada sedikit darah mengalir dari sela kakinya.

Berkali-kali Huda menelpon Kahfi namun tak ada jawaban dari laki-laki itu, ia pun mencoba untuk menelpon Haikal berharap ia masih bersama suaminya, karen Huda sudah tidak kuat dengan rasa sakit yang menyerangnya.

Tepat di panggilan ketiga akhirnya Haikal menjawab telpon dari Huda, wanita itu bisa bernapas lega saat Haikal menjawab panggilannya, dengan suara yang terbata-bata sambil menahan tasa sakit di perutnya.

"Assalamu'alaikum, kenapa dek?" tanya Haikal.

"Bang Hai, to-tolong Huda, sakit," ujar Huda meringis kesakitan.

"Dek, hey, kamu kenapa? Sakit kenapa?" tanya panik Haikal.

Huda tidak bisa lagi menjawab pertanyaan Haikal, ia meletakkan ponselnya kesembarang tempat dan memegangi perutnya yang semakin terasa sakit.

Sedangkan di ruang rapat semuanya terlihat ikut  panik, Haikal terus mencoba memanggil Huda dari panggilan mereka itu namun tidak ada jawaban samasekali padahal telpon mereka masih terhubung.

PILIHANKU KAMU (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang