Bab 30

20.9K 1.5K 107
                                    

Halo gais, apa kabar?

Aku boleh tanya gak? Alasan kalian suka sama cerita ini apa sih? Jujurly aku rada overthinking takut kalian gak suka sama ceritanya:)

Maaf ya aku lama tidak up, karena aku bingung mau nulis apa. Jadi untuk bab kali ini, maaf kalau kalian kurang suka atau gak suka.

Aku sangat pusing memikirkan alur cerita ini gais 😔

Typo bertebaran dimana-mana, tandai yang typo.

Jangan lupa vote dan komen kalian ya

{HAPPY READING}

(❁´◡'❁)

"MAS CEPETAN BANGUN IH! KATANYA TADI MAU MASAK BARENG," lengkingan suara Huda menggema di seluruh rumahnya.

Bagaimana tidak marah, sedari tadi Kahfi hanya berbaring di atas kasur sambil menonton youtube. Padahal ia sendiri yang memaksa Huda untuk masak bareng, sebagimana janji mereka kemarin. Tapi sekarang, laki-laki itu malah malas-malasan di atas kasur, seolah enggan meninggalkan kasur itu.

Saat tak ada mendapati jawaban dari suaminya, dengan perasaan yang marah dan kesal Huda menaiki anak tangga menuju kamarnya.

BRAK!

Huda membuka pintu cukup keras, lagi-lagi ia di buat kesal dengan kelakuan suaminya itu, Huda menghela napas lelah saat melihat keadaan kamarnya yang seperti kapal pecah.

Sedangkan laki-laki yang sedang berbaring di atas kasur itu, hanya menatap wanitanya dengan tatapan bingung. Ia melemparkan ponsel yang ada di tangannya kesembarang arah, lalu menghampiri sang istri yang menatapnya penuh peringatan.

Saat hendak memeluk istrinya, Huda langsung menjauh dan mengangkat spatula yang ada di tangannya, tepat di depan wajah Kahfi.

"Sayang, jangan marah-marah dong," bujuk Kahfi sambil menjauhkan spatula itu.

"Gimana gak marah?! Kamu dari tadi malas-malasan di kamar, katanya mau masak tapi apa? Ini lagi, kamar udah kaya kapal pecah, Mas, Kamu ngapain aja di kamar sampai kaya gini?" lelah sudah Huda memarahi suaminya itu, ia mendudukkan dirinya di sofa yang ada di kamar.

Kahfi yang melihat wajah lelah istrinya merasa bersalah, entah kenapa hari ini dia sangat malas beranjak dari kasur. Ia menyusul istrinya yang sedang duduk di sofa sambil menundukkan kepalanya, Kahfi hanya diam takut membuka suara.

Merasa ada pergerakan di sampingnya, Huda hanya melirik sekilas ke arah sang suami. Dirinya terlalu emosi saat ini, jika ia membuka suara, takut-takut akan membentak suaminya itu.

Huda pun memilih berdiri dan membaringkan tubuhnya yang sangat lelah itu ke atas kasur, sedangkan Kahfi di buat sedih karena Huda yang mendiamkannya. Ia ikut beranjak dari sofa lalu menghampiri Huda yang sedang menutup matanya.

Saat berada di belakang Huda, Kahfi melihat istrinya yang sudah terlelap. Ia tersenyum tipis lalu menarik selimut menutupi tubuh Huda. Perlahan ia melepaskan hijab yang di kenakan Huda, dan mengecup singkat pipi chubby istrinya itu.

"Maaf Sayang, harusnya Kamu gak boleh capek," bisik Kahfi merasa bersalah.

Perlahan ia turun dari kasur dan keluar dari kamar, entah kemana tujuan laki-laki itu. Yang pasti, Kahfi ingin membuat Huda bahagia hari ini, ya walaupun dirinya adalah sumber kekesalan sang istri.

Kakinya melangkah menuruni satu persatu anak tangga, hingga Kahfi melihat dapur yang masih bersih, ia pun melangkah menuju dapur untuk memasukkan makanan untuk sang istri.

PILIHANKU KAMU (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang