Bab 29

22.1K 1.7K 199
                                    

Cerita yang aku tulis ini murni karya aku sendiri, kalau misalkan ada terdapat kesamaan nama tokoh, kejadian dan lainnya, itu hanya ketidak sengajaan semata. Jadi tolong, bijak dalam membaca dan berkomentar⚠

Bagi yang gak suka, silahkan skip aja ya. Jangan sibuk menyamakan cerita aku degan cerita orang. Enjoy gais<3

Sini, absen dulu ayangnya Kahfi, haikal dan Khalil.

Typo bertebaran di mana-mana, tandai yang typo.

Jangan lupa follow, vote dan komen

(HAPPY READING)

Hari ini adalah tepat empat bulan rumah tangga Huda dan Kahfi, mereka berdua beliau untuk memasak bersama sebagai bentuk syukur dan kebahagiaan mereka. Pagi-pagi setelah sholat subuh, Huda memilih untuk mandi terlebih dahulu.

Lain halnya dengan sang suami, Kahfi malah tertidur karena mengeluh pusing sedari tadi. Huda sempat bingung, pasalnya tadi malam suaminya itu baik-baik saja. Dan saat ia periksa suhu tubuhnya, suaminya itu tidak demam.

Kurang lebih tiga puluh menit lamanya Huda dengan ritual mandinya, perempuan itu keluar menggunakan daster di atas lutut berwarna merah muda. Matanya tertuju ke arah sang suami yang masih setia menutup matanya, ia pun berjalan menuju meja rias untuk mengeringkan rambutnya.

Di rasa sudah mulai kering, Huda berjalan menuju kasur untuk membangunkan Kahfi. Ia duduk di tepi kasur dengan tangan yang mengusap lembut pipi tirus suaminya itu.

"Afi, bangun yuk," panggil Huda.

Merasa ada yang memanggilnya, perlahan Kahfi membuka matanya. Objek pertama yang ia lihat saat membuka mata adalah wajah cantik istrinya, bibirnya tersenyum tipis dan mendudukkan dirinya di samping Huda dengan kepala yang ia sandarkan di bahu sang istri.

"Masih pusing?" tanya Huda yang di balas anggukan oleh Kahfi.

"Kita ke rumah sakit, ya. Huda gak mau Afi kenapa-napa."

"Aku gak papa sayang, mungkin cuma kecapean aja atau masuk angin," ujar Kahfi yang masih nyaman menyandarkan kepalanya di bahu Huda.

"Gak mau tau, pokoknya kita harus ke rumah sakit," ucap Huda kekeuh.

Sedangkan Kahfi hanya menghela napas pelan kemudian mengangguk, sudah tidak bisa ia membantah perkataan istrinya itu, bisa-bisa tidak ada jatah lagi kalau ia menolak.

"Tapi nanti jadi masak bareng kan?" tanya Kahfi sedikit mendongakkan kepalanya.

"Ke rumah sakit dulu, baru nanti kita masak bareng," jawab Huda seraya mengelus rambut suaminya itu. "Untuk sarapan ini, Huda tadi minta masakin sama Mba Ndalem nanti di antar ke rumah," lanjutnya.

Kahfi tak menjawab karena asik menikmati usapan lembut yang di berikan istrinya itu, tangannya pun bergerak melingkar di pinggang ramping sang istri, bahkan posisinya kepalanya sudah tidak bersandar di bahu Huda, melainkan di dada istrinya itu.

Dari arah luar, terdengar bunyi bel. Huda pun segera turun dengan memakai abaya nya dan melilitkan sembarang pasminanya, saat membukakan pintu ternyata ada dua Mba Ndalem dan Latifah yang mengantarkan sarapan.

"Loh, Ummi," ucap Huda seraya mengambil alih makanan yang ada di tangan mertuanya itu.

Latifah tersebut tipis di balik cadar nya, lalu mengusap lembut pucuk kepala menantunya. Ia mengisyaratkan kepada dua Mba Ndalem untuk menaruh makanan tadi ke atas meja, setelah itu mereka berdua segerakan berpamitan.

"Ummi mau kemana? Kok udah rapi?" tanya Huda.

"Ummi mau ikut Abi ngisi acara, Nak. Ummi mau pamit sama kalian, mungkin sekitar dua atau tiga hari," ujar Latifah memberitahu menantunya.

PILIHANKU KAMU (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang