29. Pertanda Apa?

5.6K 355 13
                                    

Dibuat:Rabu, 8 Maret 2023. 23:20.

Selamat malam! Ada yang belum tidur?

Gimana kabarnya, Bro?

Ada cerita apa hari ini?

Vote dan komennya mana nih? Ayo dong!

Passwordnya sebelum baca apaaa? Yaps, senyum dulu!

🦋 HAPPY READING 🦋


🌼🌼🌼

Di bawah pohon mangga yang rindang yang berada di samping rumah sakit. Anne dan Gerry duduk bersama di sebuah bangku panjang. Anne terlihat sangat pusing karena memikirkan bagaimana caranya dia memberi tahu Pangeran tentang hubungannya dengan Gerry dahulu tanpa harus membuat Pangeran kecewa ataupun merasa telah dikhianati dan dibohongi.

Anne mengacak rambutnya frustasi kemudian menundukkan kepalanya sejenak dengan wajahnya yang dia tutupi menggunakan tangan, sebelum kembali menatap Gerry dengan sorot mata yang terlihat lelah. "Gue harus gimana? Gue nggak bisa ngomong sekarang, Ger. Gue takut dan belum siap sama respon yang Pangeran kasih."

Gerry memegang bahu kiri Anne dengan menatapnya dalam. "Lo harus kasih tau Pangeran, Ne, gimanapun responnya nanti. Kalau kita nggak bilang ke dia sekarang, gue takut Pangeran tau dari orang lain atau lebih parahnya dia tau sendiri. Pangeran bukan cuma kecewa sama lo doang, tapi sama gue juga. Bahkan mungkin persahabatan gue sama Pangeran bisa rusak."

"Ya, tapi, Ger—"

"Lo takut karena ucapan om Rakka kemarin di taman?" tanya Gerry menyela.

"Lo tau?" tanya Anne balik.

"Gue sempat dengar sedikit obrolan lo berdua." Gerry merubah posisi duduknya agar menghadap Anne dengan kedua tangannya yang kini memegang bahu Anne. Dia menghela napasnya sebelum mulai berbicara. "Gimanapun respon Pangeran nanti, gue bakal bantu lo. Lo percaya sama gue, kan?"

Anne menganggukkan kepalanya, kemudian menepuk bahu Gerry satu kali. "Gue percaya, Ger. Lo emang teman yang bisa gue andalin," kata Anne dengan senyumnya yang perlahan merekah.

Teman.

Gerry melepaskan kedua tangannya dari bahu Anne dan merubah posisi duduknya menghadap ke depan dengan melipat kedua tangannya di depan dada dan tersenyum. "Iya dong. Nggak ada teman sebaik gue, kan? Harusnya lo itu beruntung punya mantan kayak gue, karena bisa lo jadiin teman yang berguna," balas Gerry dengan menjitak kepala Anne.

"Ih!" Anne merengutkan wajahnya kesal dengan tangannya yang mengelus-elus kepalanya.

"Oh, jadi lo berdua pernah pacaran. Pantesan kelihatannya kayak udah akrab banget." Rena yang berdiri di belakang keduanya berjalan mendekat dengan kedua tangannya yang dilipat di depan dada. Dia tersenyum kemenangan setelah sampai di hadapan keduanya. "Kira-kira kalau gue yang kasih tau Pangeran gimana ya?"

"Ren, lo apa-apaan sih, nguping pembicaraan kita? Nggak sopan tau nggak lo?" tanya Gerry dengan berdiri dari duduknya yang diikuti oleh Anne. Nada suaranya terdengar sedikit tinggi dengan menatap Rena tajam.

"Santai dong, Ger. Kok lo sewot banget sih? Ya, gue tau. Dari zamannya kita SMA, lo emang kelihatan nggak suka banget sama gue. Karena gue selalu nolak cinta tulusnya Rafi." Rena mendengkus sebelum melanjutkan perkataannya. "Tapi, ya, gue emang nggak suka sama Rafi. Karena dia nggak sekaya Pangeran."

HUSBAND ABLE(?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang