Dibuat:Minggu, 8 Januari 2023. 21:35.
Hai hai haii👋
Udah senyum? Senyum dulu ya sebelum baca😊
Jangan lupa vote dan komennya ⭐⭐⭐
Siapin hati yaaa, soalnya saya ga tanggung jawab kalau kalian kenapa-kenapa😁😁
Part ini lumayan panjang loh yaa🙌
Cuss langsung aja!🧞🧞
🦋 HAPPY READING 🦋
🌼🌼🌼
"Dari mana jam segini baru pulang?"
Damar menghentikan langkahnya yang hendak menaiki tangga yang menghubungkan dengan kamarnya ketika Erik-papanya mengajukan pertanyaan yang sudah jelas ditujukan untuknya.
Damar membalikkan tubuhnya dan langsung bertatapan dengan Erik. "Abis tawuran," jawabnya jujur dan berani.
Erik berdiri dari duduknya dan menatap anaknya dengan tajam. Anaknya itu selalu saja membuatnya emosi dengan segala kelakuan nakalnya selama ini. "Kamu nggak bisa gitu mencontoh kakak kamu ini? Kalau nggak pintar, minimal jangan buat onar terus, Damar!"
Damar memejamkan matanya dengan kedua tangannya yang mengepal erat di samping tubuhnya untuk menetralkan perasaan sesak dan amarahnya selama beberapa detik. Selalu seperti ini. Semenjak kehadiran orang itu, kedua orang tuanya jadi lebih sering membanding-bandingkan dirinya dengan orang itu.
Setelah di rasa lebih tenang dia kembali memberanikan diri untuk menatap Erik. "Maka dari itu, jangan minta Damar buat belajar tentang bisnis Papa itu. Karena otak Damar nggak akan nyampe."
"Terus kamu mau jadi apa?" tanya Erik dengan nada tingginya. Tatapannya masih menghunus Damar dengan tajam.
"Damar udah bilang, Damar mau jadi pembalap terkenal," balas Damar mantap.
Tari— mamanya ikut berdiri dan menatap Damar tidak setuju. "Mama nggak suka kamu jadi pembalap, Damar. Kamu tau itu resikonya besar, kan?"
"Damar tau, Ma. Tapi, tekad Damar udah bulat," ujar Damar dengan menatap Tari.
"Nggak bisa. Kamu harus tetap jadi penerus bisnis Papa," sanggah Erik tetap kekeuh dengan ambisinya.
"Kenapa sih Papa selalu maksain kehendak Papa terus? Apa dia aja nggak cukup buat ngurus perusahaan Papa?" tanya Damar dengan menunjuk seseorang yang kini berdiri dari duduknya. Setelah itu, dia kembali menatap kedua orang tuanya secara bergantian. "Pokoknya Damar tetap nggak mau," pungkas Damar.
"DAMAR!" hardik Erik sudah tak tertahankan lagi.
"Pa... Pa, udah," kata Tari berusaha menenangkan Erik dengan mengelus-elus kedua bahu Erik.
Erik menganggukkan kepalanya. Pandangannya masih tertuju pada Damar. "Oke. Kalau kamu nggak mau jadi penerus bisnis Papa. Setidaknya besok malam kamu harus ikut ke acara perusahaan Papa."
"Papa tau kalau Damar nggak suka acara begituan, Pa," bantah Damar. Lagi-lagi dia tidak habis pikir dengan jalan pikiran orang tuanya.
"Kalau kamu nggak mau ikut, jangan panggil Papa dengan sebutan papa lagi," ancam Erik tidak main-main.
"Pa?!" Damar berdecak sembari mengusap wajahnya dengan gusar. "Terserah Papa. Damar capek. Mau istirahat." Setelah mengatakan itu, dia melangkahkan kakinya menaiki anak tangga untuk menuju kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HUSBAND ABLE(?)
RomanceMenikah dengan pria tampan yang memimpin sebuah perusahaan? Itu tidak pernah terpikir sekalipun oleh wanita dengan kehidupannya yang sederhana. Anne menerima lamaran dari seorang bosnya, meski dia tahu bosnya melamar dirinya bukan karena atas dasar...