Prolog

27K 1.1K 18
                                    

"Menikahlah dengan saya."

Semua karyawan di kantor tercengang melihat seorang Pangeran Kharisma yang tengah bertekuk lutut dengan tangan yang menggenggam tangan milik wanita di hadapannya.

Anne Cassandra. Wanita itu dibuat tak berkedip dengan perlakuan bosnya itu yang secara tiba-tiba mengajaknya untuk menikah. Padahal dia di sini termasuk karyawan baru yang bekerja dua hari yang lalu.

"Bapak gila ya, Pak?"

Pertanyaan polos yang meluncur dari bibir Anne itu mampu membuat orang-orang yang melihatnya menahan tawa.

"Saya serius," balas Pangeran dengan menatap dalam Anne.

"Pak, menikah itu bukan hal yang main-main. Lagian, saya baru beberapa hari kerja di sini. Saya juga nggak kenal betul sama Bapak. Terus tiba-tiba Bapak ngelamar saya gitu aja. Bapak bercanda nih." Anne tertawa kecil dengan menggaruk kepalanya yang tidak gatal karena merasa kikuk diperhatikan oleh semua orang di kantor.

"Saya nggak bercanda."

Anne mengerutkan keningnya saat melihat raut wajah bosnya yang memang benar nampak serius. Dia membangunkan bosnya itu agar kembali berdiri. Anne jadi merasa tidak enak sendiri. "Aduh, Pak, jangan begitu dong. Saya jadi malu."

"Kamu tinggal bilang mau atau nggak."

Anne berdecak, kemudian dia menarik tangan bosnya untuk pergi ke tempat yang tidak terlalu ramai.

"Ke ruangan saya aja." Pangeran balas menarik tangan Anne dan membawanya masuk ke dalam ruangannya.

Anne yang tidak ada persiapan saat ditarik Pangeran pun sempat terhuyung, untungnya dia bisa segera menyeimbangkan tubuhnya.

Langkah Pangeran yang besar pun membuatnya sedikit lebih cepat berjalan agar sejajar dengan Pangeran.

Pangeran mengunci pintu ruangannya, lalu kembali berhadapan dengan Anne. Dia menarik Anne dan memojokkannya ke dinding dengan kedua tangannya yang mengunci pergerakan Anne.

Anne dibuat menelan ludahnya sendiri. Kedua matanya bertatapan langsung dengan bosnya dari jarak sedekat ini. Anne baru menyadari jika bosnya setampan ini. Aroma maskulinnya pun tercium sangat menenangkan.

"Saya mengajak kamu untuk menikah bukan karena saya menyukai kamu. Tapi, saya nggak mau dijodohkan oleh pilihan orang tua saya," ucap Pangeran sangat pelan. Wajahnya benar-benar berdekatan dengan Anne, sampai-sampai dia bisa merasakan bahwa Anne sedang menahan napasnya.

"Ma-maksud Bapak?"

Pangeran menghela napasnya, lalu menjauhkan dirinya dari Anne. "Intinya, saya akan belajar mencintai kamu."

"Saya nggak mau, Pak. Bapak pikir, saya perempuan macam apa? Saya memang ingin dicintai, Pak. Tapi, dicintai dengan sepenuh hati dan setulus hati. Bukan dengan cara kayak gini. Lebih baik Bapak cari perempuan lain aja," tolak Anne dengan beraninya.

Pangeran mengalihkan pandangannya. Dia berjalan menghampiri mejanya dan mengambil kertas yang sudah dia siapkan di dalam laci, lalu memberikannya kepada Anne. "Menikah sama saya dan saya akan membantu biaya pengobatan ibu kamu. Kamu nggak perlu khawatir, karena saya akan mencoba untuk belajar mencintai kamu."

Anne menerima kertas itu dan membacanya. Matanya membulat melihat rincian biaya rumah sakit ibunya. Bagaimana bosnya itu bisa tahu?

"Kamu yakin mampu?" wajah Pangeran terlihat jelas meremehkan.

"Gimana Bapak bisa tau?" Anne berjalan mendekati Pangeran dengan memicingkan matanya.

"Saya punya banyak orang suruhan. Dan saya bisa melakukan apa aja ke mereka sesuai perintah saya," balas Pangeran dengan santainya.

Anne menundukkan kepalanya lalu menangis dan itu membuat Pangeran merasa bingung. Pangeran sungguh tidak suka melihat seorang wanita menangis, karena dia tidak hebat dalam hal menenangkan.

Pangeran memejamkan matanya karena tidak tahu harus berbuat apa. "Berhenti menangis," ujar Pangeran dengan nada geraman. Kedua tangannya sudah mengepal dengan erat di samping tubuhnya.

Anne perlahan menghentikan tangisannya, meski masih tersisa isakannya. Mengingat keadaan ibunya yang terbaring lemah karena penyakit gagal jantung yang dideritanya, membuat dirinya bersedih. Ibunya sedang dirawat di rumah sakit dan harus segera melakukan operasi. Namun, Anne tidak bisa melanjutkan pengobatan itu, karena biaya operasinya cukup mahal dan dia tidak memiliki biayanya.

Tangan Pangeran terangkat dengan ragu-ragu untuk menghapus air mata di pipi Anne. Namun, dengan cepat dia segera bersikap seperti semula dan membalikkan tubuhnya saat sadar apa yang ingin dia lakukan.

Anne menegakkan kepalanya kembali dan menatap punggung Pangeran. "Saya mau menikah sama Bapak."

*****


Halo! Selamat datang di cerita ini!

Panggil saya, Viiy👋

Gimana sama prolognya?

Sedikit aja ya, hehe.

Pangeran satset juga ya😌

Penasaran ga sama ceritanya?

Yang penasaran sini absen!

Spam yang banyak untuk next!➡️

Komen dan vote jangan lupa!


Kalo ga seru saya unpublish aja deh 😌

Babay! Sampai jumpa👋

Rabu, 6 Juli 2022. 21:22.

HUSBAND ABLE(?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang