46. Mencabut Tuntutan

4.4K 309 34
                                    

Dibuat:Sab, 1 Juli 2023. 21:40.

Hai hai apa kabar?

Udah masuk awal bulan Juli aja nih. Apa doa dan harapan kalian di bulan ini? Biar saya ikut aamiin🤲

Banyakin senyumnya ya!

Vote dan komen dulu!

Baiklah ini dia yang kalian tunggu, let's go!

🦋 HAPPY READING 🦋

🌼🌼🌼

Sudah satu minggu setelah kejadian itu dan kini kamar Pangeran berada di lantai bawah karena inisiatif Anne sendiri yang meminta Rafi, Zeon, dan Gerry untuk memindahkan barang-barang Pangeran ke kamar yang ada di lantai bawah. Karena Anne tahu setiap kali Pangeran menginjakkan kakinya di tangga, dia melihat wajah Pangeran yang panik. Dan karena hal itu, Anne tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk kepada Pangeran.

Anne berdiri di samping Pangeran yang sedang duduk di atas ranjang dengan menatap sebuah bingkai foto dirinya dengan Dara, Deru, dan Alex semasa kecil.

Pangeran merasa waktu begitu cepat membuat mereka menjadi dewasa. Mereka yang dulu saling menyayangi bahkan berjanji untuk sama-sama menjaga Dara, kini berusaha untuk menghancurkan. "Kalau bisa, gue mau balik ke masa kecil aja. Gue mau mengubah semuanya biar kejadian kayak sekarang nggak pernah terjadi."

Tangan Anne terulur untuk memberikan usapan lembut di kepala Pangeran. "Hei, udah ya? Ikhlasin aja Dara. Kamu jangan berlarut-larut sedihnya. Kasihan nanti Dara di atas sana jadi nggak tenang."

Pangeran mendongakkan kepalanya dengan air matanya yang berhasil luruh. "Gue gagal, Ne. Kenapa gue selalu gagal buat melindungi orang-orang yang gue sayang? Apa gue juga akan gagal buat melindungi lo?"

"Sssttt! Hei, kamu nggak boleh ngomong gitu. Kamu udah berusaha semampu kamu," balas Anne sedikit tidak suka dengan apa yang Pangeran ucapkan.

Pangeran mendekap tubuh Anne lalu menumpahkan tangisnya di sana dengan Anne yang mengelus-elus kepala Pangeran. "Gue cuma takut kalau nantinya gue nggak becus juga jagain lo. Gue ngomong gitu bukan tanpa alasan. Lo tau sendiri gue punya banyak musuh. Gue takut lo selalu dalam bahaya."

"Nggak akan. Kamu nggak usah khawatir berlebihan, oke?" Anne menangkup wajah Pangeran agar menatapnya. Kemudian menghapus air mata yang membasahi pipi Pangeran. "Aku bisa jaga diri aku sendiri. Lihat kamu berhasil melewati ini semua aja, aku udah bangga banget. Kamu hebat. Kamu kuat. Makasih udah bertahan."

Pangeran menganggukkan kepalanya. Kemudian dia semakin mengeratkan dekapannya dengan menyembunyikan wajahnya. Sial. Pangeran merasa malu sekarang karena menangis di hadapan Anne.

"Nggak apa-apa. Nangis nggak bikin galak kamu luntur kok," ujar Anne dengan bermaksud menggodai Pangeran.

Pangeran tersenyum. Dalam hati dia berkata, "Lo punya Anne. Jangan buat dia sedih dan sakit lagi, Ran!"

"Kamu mau temenin aku makan nggak?" tanya Anne yang membuat Pangeran menguraikan dekapannya dan mendongakkan kepalanya menatap dirinya.

Pangeran menganggukkan kepalanya dengan mengusap sisa air matanya. "Ayo. Perut lo nggak boleh kosong. Nanti debaynya kelaparan." Pangeran cepat menggenggam tangan Anne dan membawanya ke ruang makan.

"Debay apaan sih? Nggak ada isinya perut aku ini," balas Anne dengan langkah kakinya yang sedikit dipercepat untuk menyamakan langkah Pangeran.

Pangeran menghentikan langkahnya ketika sudah berada di ruang makan. "Belum jadi?" tanyanya dengan matanya yang menatap perut Anne. Dengan sigap dia mengangkat tubuh Anne di atas meja, lalu dirinya membungkukkan tubuhnya dan menempel telinganya di perut Anne. "Masa gagal sih? Kalau gitu kita harus buat lagi nanti malam."

HUSBAND ABLE(?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang