31. Pengkhianat

4.7K 386 3
                                    

Dibuat:Sabtu, 25 Maret 2023. 21:50.

Haiii!

Alhamdulilah bisa ketemu lagi di bulan Ramadhan ini🥺

Semangat selalu ya puasanya!

Bulan ini di mana awal-awal saya lancar halu buat bikin cerita ini, huhu😣 jadi keinget banget dulu habis sahur lancar jaya saya ngehalu Pangeran dan Anne. Saya sampe mikir ini dosa ga ya bikin begini, adegannya gini😌

Duh, saya jadi mikir lagi nih, ini pasti bakal ada adegan yang lebih parah lagi sih. Saya dosa ga ya bikin kalian emosi? Hampura ini mah euy😣🙏

Dahlah, senyum dulu!

Maaf kalau kemalaman, saya hampir aja lupa😣🙏

Jangan lupa vote dan komen!

Siap? Oke cuss🧞🧞

🦋 HAPPY READING 🦋

🌼🌼🌼

Anne segera mendudukkan dirinya di samping Arsen setelah sampai di kafe yang tak jauh dari rumah Pangeran. Kafe yang bernuansa alam itu menjadi kafe pilihan Anne. Karena dirinya pun menyukai hal-hal yang menyatu dengan alam.

"Ada hal penting apa, Kak? Buruan ya, soalnya Anne nggak bisa lama-lama. Kakak tau sendiri, kan, Pangeran kayak gimana? Bisa-bisa Kakak dibuat bonyok sama Pangeran," ujar Anne dengan pandangan yang masih mengedar. Takut jika diikuti oleh anak buah suruhan Pangeran.

Mendengar penuturan Anne, Arsen justru tertawa menanggapinya. "Coba aja kalau sekarang dia masih bisa nonjok Kakak," ujar Arsen bercanda.

"Ih, Kak Arsen nih. Cepet, Kak, ada apa? Anne penasaran nih jadinya," kata Anne dengan sedikit mendorong agar Arsen cepat berbicara supaya dirinya juga bisa pulang dengan cepat. Jantungnya sudah berdetak tidak karuan karena pergi tanpa seizin dari Pangeran.

Arsen berdeham kecil sebelum mulai untuk berbicara. Dia menatap lekat mata Anne dan digenggamnya kedua tangan Anne itu. "Anne, kalau nanti sampai terjadi masalah di antara kamu dan Pangeran. Jangan sungkan untuk balik ke Kakak ya? Pelukan Kakak juga terbuka lebar untuk menyambut kamu. Kakak selalu ada di belakang kamu. Kakak sayang banget sama kamu, Ne."

Anne menaikkan sebelah alisnya. Dia sedikit bingung karena Arsen tiba-tiba mengatakan hal itu. "Kak Arsen kenapa?" tanya Anne.

"Kakak nggak apa-apa. Nanti, kalau kamu butuh Kakak, hubungin Kakak ya? Kakak juga minta sama kamu untuk jangan benci sama Kakak ya? Karena Kakak udah nggak punya siapa-siapa di sini. Kakak cuma punya kamu dalam hidup Kakak," balas Arsen dengan tersenyum dan tangannya yang terulur untuk mengusap lembut kepala Anne.

"Kakak..." Anne menatap Arsen dengan matanya yang mulai berkaca-kaca. Kemudian dia segera berhambur ke dalam pelukan Arsen. "Anne nggak mungkinlah benci sama Kakak. Anne juga sayang banget kok sama Kakak. Walaupun Kak Arsen bukan kakak kandung Anne."

"Terima kasih kamu masih mau terima Kakak di hidup kamu. Meski Kakak tau kamu pasti butuh perjuangan, kan, buat ketemu sama Kakak?" tanya Arsen yang diangguki oleh Anne yang berada di pelukannya. Arsen tersenyum sembari tangannya yang mengusap-usap punggung Anne.

"Kakak nggak perlu berterima kasih, nanti Anne jadi tambah sedih tau," katanya dengan sedikit mendongakkan kepalanya untuk menatap Arsen.

"Mana sini coba Kakak mau lihat muka jeleknya." Arsen menangkup kedua pipi Anne dan menghapus air mata yang membasahi pipi Anne. "Nggak usah nangis, ah. Cengeng banget udah gede."

HUSBAND ABLE(?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang