22.

4K 297 3
                                    

"Perketat penjagaan dan kirim pasukan untuk mengidentifikasi serta mengurus jasad para warga di sana."

Setelah Raja Valius memberikan titah, pertemuan urgen itu pun berakhir. William keluar dari ruang pertemuan diikuti para prajuritnya. Karena tubuhnya cukup lelah setelah melakukan perjalanan panjang dari tugas yang diberikan Raja sebelumnya, William memilih untuk segera beristirahat di kamarnya.

Baru sana membuka pintu, William dibuat menghela napas panjang dengan ekspresi jenuh ketika ia melihat keberadaan seorang wanita muda di dalam kamarnya. Sosok yang begitu ia kenal dan paling malas untuk dihadapi. Ayolah, William sangat lelah. Tidak adakah orang yang menghendakinya untuk beristirahat?

William dibuat berdecak dengan bagaimana Whitney menyambutnya. Wanita itu berdiri di tengah ruangan dengan wajah angkuh dan kedua tangan terlipat di depan dada. Wajah garang wanita itu membuat beliau merasa enek.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya William langsung menutup pintu kamarnya.

Terdengar suara dengkusan keras dari hidung mancung Whitney. Wanita itu berjalan mendekat dan berdiri di sebelah William.

"Aku gagal membunuh Arletta. Ck! Wanita itu sungguh seperti belut, sangat licik dan argh! Kak, kau harus melakukan sesuatu untukku!"

Suara Whitney nyaris memekik, membuat William harus membungkam mulut adik kandungnya itu agar suaranya tidak terdengar sampai keluar dan menimbulkan persepsi buruk orang-orang. William pemandang tajam sang adik penuh peringatan.

"Kecilkan suaramu! Raja sedang pusing memikirkan serangan sihir yang telah membantai satu desa nelayan. Jika kau ketahuan membuat ulah, bahkan separah membunuh orang, Raja tidak akan memberi ampun."

Setelah memberi peringatan, William pun melepaskan ungkapannya dari mulut Whitney. Lantas dengan wajah cemberut, Whitney terpaksa diam.

"Tapi kau harus membantuku!"

"Tentu saja aku akan membantumu," tukas William cepat.

Karena tak ingin adiknya itu lebih lama di dalam kamarnya, William segera mendorong tubuh Whitney untuk keluar dari sana. Diusir demikian jelas Whitney mengelak, berkelit dengan susah payah untuk bisa masuk kembali ke dalam kamar kakaknya.

"Aku belum selesai bicara!" elak Whitney berusaha keluar dari cengkraman William yang terus mendorongnya keluar.

Namun, jelas selisih kekuatan antara Whitney dan William sangat jauh. William yang dari kecil lumayan terbiasa dengan militer dibandingkan dengan Whitney yang paling mentok hanya bisa menunggang kuda dan memanah. Dengan begitu mau tidak mau Whitney terpaksa berdiri di luar pintu kamar William. Wanita itu memasang ekspresi masam karena diusir begitu saja.

"Kau jangan mengkhawatirkan mengenai Arletta dan Alaric karena aku akan mengurusnya."

Setelah mengatakan itu William langsung membanting pintu kamarnya sehingga membuat Whitney tersentak kaget. Jelas diperlakukan demikian langsung mengomel tidak jelas. Wanita itu bahkan berani menempati seorang putra mahkota. Benar-benar gadis tidak tahu diri dan tata krama.

***

Sebelum Arletta melaporkannya, Alaric sudah mengetahui mengenai dalang yang telah melakukan kejahatan pembunuhan ini. Sungguh pria itu tidak menyangka jika seorang putri yang meskipun memang ia kenal memiliki tapi ada buruk bisa melakukan kejahatan mengerikan ini.

Karena tak kunjung mendapatkan balasan dari raja mengenai penambahan personil dalam hubungan ini. Maka Alaric dapat menimbulkan bahwa surat yang mereka kirim kemungkinan besar telah disabotase dan tidak tersampaikan kepada raja. Jika sudah seperti ini maka tidak ada jalan lain kecuali tetap berangkat dengan rombongan yang serba terbatas.

I Choose The Villain DukeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang