"Apa?! Berani-beraninya mereka membuat upacara kematian untuk Duke Alaric Wilton sementara orangnya masih jelas-jelas hidup dengan keadaan sehat dan bugar seperti ini! Tidak bisa dibiarkan! Kita harus segera mengusut masalah ini!" Dave berkata dengan menggebu-gebu.
Tampak jelas pria itu tidak terima ketika ia pergi keluar dan berjalan-jalan tetapi malah mendapatkan berita seperti ini. Ia ingin mencak-mencak di tengah jalan, meski sadar bahwa itu tidak akan memberikan manfaat apa-apa. Ia terus menggerutu dan berusaha bersabar hingga ia berhasil sampai di penginapan tanpa membuat kerusakan di sepanjang jalan meski tangan dan kakinya gatal ingin menghancurkan sesuatu.
"Putra mahkota, sejak awal aku sudah sangat membencinya. Dia tidak pantas menjadi pemimpin negeri ini. Sekarang, bukan lagi masalah perebutan kekuasaan, takhta, atau sekadar gejolak politik. Namun, sekarang mereka sedang terang-terangan bertindak tiran pada rakyat sendiri! Kita tidak bisa tinggal diam! Kita tidak ada pilihan lain kecuali menjatuhkan putra mahkota, meski itu akan menjadi perang saudara."
Dan kini keluhan Dave pun pecah. Arletta dan Alaric juga tampak memilih diam, seraya berpikir mengenai jalan keluar terbaik untuk masalah mereka. Hanya Dave yang dampak kelebihan energi sehingga berjalan ke sana kemari seperti piringan hitam ketika semua orang sedang pusing memikirkan jalan keluar atas masalah ini.
Alaric, pria itu duduk dengan tenang sembari mengetukkan jari di atas meja. Matanya menyorot pada permukaan meja kayu, tetapi kerutan di keningnya menggambarkan dengan jelas bagaimana ia sedang berpikir keras. Sampai pria itu mendongakkan wajah, membuat Dave berhenti mondar-mandir dengan tatapan antusias menunggu perintah atasannya.
"Kita harus segera menuju ke istana dan menggerakkan pasukan utama."
***
Di tengah perjalanan menuju markas rahasia yang dimiliki oleh Alaric. Rombongan mereka tidak sengaja bertemu dengan sekelompok pelajar akademik yang melakukan protes di depan bangunan pemerintahan. Mereka tampak berbaris rapi seraya menyuarakan keresahan yang terjadi di masyarakat.
"Kami ini pribumi, lahir di tanah Imaginary, tumbuh dan besar di tanah Imaginary yang penuh berkah ini. Namun, mengapa kami dijajah negeri kami sendiri? Rakyat dicekik oleh pajak yang tidak masuk akal dan mengada-ada. Tapi para bangsawan hidup bergelimang harta. Wahai bangsawan perut buncit! Tidakkah kalian malu melihat kami yang kurus kering tinggal tulang, sementara kalian kelebihan lemak!" ucap si pelajar yang berada di barisan paling depan. Dia sepertinya adalah pemimpin barisan.
Sementara itu, maju 'lah seorang pelajar memberikan suara lagi.
"Rakyat dilanda krisis pangan karena gagal panen besar-besaran! Teror sihir merajalela, menimbulkan keresahan. Seolah belum puas membebani rakyat, kalian wahai para penguasa, malah menaikkan pajak hanya demi menutupi biaya kehidupan bermewah-mewahan kalian! Di mana nurani kalian?! Kakek dan nenek kami yang tua, tidak memiliki tenaga lebih untuk bekerja, tetapi malah dipaksa menanam berbagai tanaman yang kalian paksakan dengan modal sendiri atas alasan bakti pada kerajaan! Sungguh kejam kalian!"
Alih-alih disambut dengan tangan terbuka, para pelajar itu justru ditangkap oleh para prajurit yang datang dari balik gerbang istana dan melakukan kekerasan. Salah seorang pemimpin prajurit datang dan langsung menghajar beberapa pelajar sehingga membuat anak-anak muda itu tidak berdaya.
"Tangkap semuanya dan jebloskan mereka ke penjara karena telah berusaha memberontak!"
Begitulah akhirnya para pelajar itu dijebloskan ke bandara sebagai bagian dari orang yang mereka sebut pemberontak. Miris, Padahal mereka baru meninggalkan kerajaan tidak sampai setengah tahun. Namun, keadaan berubah begitu drastis.
Kerajaan Imaginary memang bukan tempat yang sedamai itu. Namun, setidaknya kehidupan rakyatnya mayoritas sejahtera dengan mata pencaharian petani dan hasil kelautan. Tambang emas dan bijih besi juga membentang di seluruh penjuru kerajaan. Andai pun memang ada gagal panen dan terjadi krisis pangan, seharusnya persediaan mereka sudah jauh lebih dari cukup untuk memenuhi seluruh kebutuhan pangan rakyat.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Choose The Villain Duke
FantasyArletta Davies kembali terbangun setelah dibunuh dengan keji oleh suami dan keluarganya. Demi membalaskan dendam pada kekejaman keluarga dan mantan suami di kehidupan sebelumnya, Arletta rela menjadi istri kontrak Duke Alaric Wilton, pria kejam dan...