Ada yang tidak beres. Meski telah sepakat Arletta membungkus makanan untuk Alaric dan akan diantar oleh Dave. Namun, Arletta tidak ingin tinggal diam. Entahlah, ia merasa ada sesuatu yang tidak beres. Tidak biasanya Arletta berani senekat ini.
Wanita itu berpegangan pada bagasi sempit di belakang kereta kuda. Tidak ingin ditinggal sendirian di penginapan. Meski ada beberapa penjaga dan dua pelayannya. Namun, entah mengapa ia terus berpikir untuk segera menyusul Alaric.
Arletta menyibak kain yang menutup tubuhnya, dari tempatnya bersembunyi, Arletta dibuat semakin keheranan karena kini dirinya tidak berada di jalanan menuju pelabuhan. Ini adalah jalan kecil yang diapit oleh pepohonan tinggi. Malam telah menelan, kegelapan menyelimuti pandang, bahkan sinar rembulan tidak sampai menembus rindangnya pepohonan. Membuat Arletta yakin, mereka sekarang tengah menuju tengah hutan.
"Apa yang Alaric lakukan di tengah hutan? Bukankah dia ingin memeriksa pelabuhan?"
Pertanyaan itu terus bersemayam di benaknya. Arletta menunggu dengan sabar dalam ruangan sempit yang hanya bisa menampung tubuhnya dalam posisi menekuk lutut seraya memeluknya.
Kurang lebih lima belas menit berlalu, Archelia merasakan pergerakan kereta kuda melamban sebelum akhirnya berhenti. Tidak langsung turun, Arletta menunggu beberapa menit sampai pergerakan dalam kereta kuda benar-benar senyap.
Barulah ketika telah memastikan tak ada lagi pergerakan dari atas kereta kuda, pun keadaan menjadi sunyi, Arletta mengeluarkan kepalanya lebih dulu, menelisik sekeliling yang memang hanya dikelilingi pepohonan dan semak belukar.
Di sana Arletta berjalan mengendap. Tidak ada apa pun, orang-orang juga tidak ada di sekitar kereta kuda. Bahkan, dari tempatnya berdiri, Arletta hanya melihat kereta kuda dan beberapa kuda yang ditali di dekat pohon.
Namun, matanya tertarik ke satu arah di mana ia mendapati cahaya kemerahan menguar dari balik batuan besar. Merasa yakin jika orang-orang itu berada di sana, Arletta segera mendekat dan terus mengendap.
Tiba 'lah ia di balik batuan besar itu. Arletta sengaja bersembunyi di sana, seraya dengan penuh kehati-hatian, ia menyembulkan kepala untuk mengintip apa yang terjadi di sana.
Kedua kelopak matanya dibuat melebar saat ia melihat ada kurang lebih lima orang berlutut dengan kain hitam sengaja membungkus kepala mereka. Pakaian mereka juga tampak kumuh, seolah habis terkena tanah. Dari lengan mereka yang tampak kekar, Arletta berkeyakinan bahwa mereka adalah seorang pria. Tangan mereka diikat ke belakang, sehingga Arletta bisa melihat dengan jelas.
Ada lima pengawal yang menjaga kelima orang-orang itu. Namun, di antara kelima orang itu, Arletta dibuat keheranan karena tidak menemukan keberadaan Alaric maupun Dave yang jelas-jelas pergi ke sana bersama dengannya.
"Di mana mereka?" gumam Archelia menengok ke kanan dan ke kiri, berharap bisa menemukan orang yang ia cari. Namun, tetap saja nihil. Orang-orang itu lenyap seolah tidak pernah kemari.
Sampai tiba-tiba ada seorang penjaga yang datang dari arah semak-semak. Penjaga itu datang ke pada teman-temannya seraya membisikkan sesuatu yang langsung diangguki.
"Kau, berdiri!" perintah orang yang tadi datang.
Kening Arletta dibuat mengernyit keheranan saat ia menyadari bahwa pakaian orang itu tampak cukup kotor. Bukan hanya dengan noda tanah, tetapi juga oleh sebuah carian berwarna gelap, tetapi samar-samar mampu Arletta tangkap sebagai warna merah.
Lantas, detik kemudian, sang penjaga menggiring orang dengan penutup kepala kembali ke arah semak-semak. Merasa penasaran, Arletta segera mengikutinya dengan mengendap-endap.
Wanita itu harus bersusah payah menembus tebalnya semak belukar karena ia lewat bukan pada jalan yang telah dibuat. Hal itu membuat kaki dan tangannya terkena duri tajam dari tanaman yang tidak ia ketahui.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Choose The Villain Duke
FantasyArletta Davies kembali terbangun setelah dibunuh dengan keji oleh suami dan keluarganya. Demi membalaskan dendam pada kekejaman keluarga dan mantan suami di kehidupan sebelumnya, Arletta rela menjadi istri kontrak Duke Alaric Wilton, pria kejam dan...