"Maka dari itu, perang saudara pun pecah. Dan Jenderal kami, Jenderal Herold gugur dalam pertempuran dan kini digantikan oleh putra beliau, Demian Herold. Meskipun masih berusia tujuh belas tahun, tetapi Demian telah terlatih sejak kecil di medan perang. Di bawah kepemimpinannya, pasukan istana memutuskan mundur dan akhirnya kami berhasil mempertahankan benteng agung Cordova."
Setelah mendengar lanjutan penjelasan yang disampaikan Levin, Alaric pun segera membuat keputusan.
"Tindakanmu sudah benar, Jenderal Levin. Seandainya saat itu aku di sini, aku juga akan melakukan hal yang sama."
Alaric mencerna semua berita yang ia dengar dan dari yang ia lihat secara langsung selama perjalanan pulang. Intinya, semua masalah ini berawal dari ketika Raja Valius yang jatuh sakit secara tiba-tiba yang sampai saat ini belum diketahui penyebabnya karena Putra Mahkota sangat merahasiakannya. Dan sumber masalah besar ini adalah Putra Mahkota. William Martinus, dia sangat keterlaluan jika memang benar apa yang dikatakan oleh Levin.
"Untuk saat ini, sembunyikan kepulanganku. Kita datang bersama pasukan bayangan di hari istana membuat upacara penghormatan atas kematianku."
***
Pasukan Bayangan adalah salah satu pasukan elit yang terdiri dari empat devisi militer dengan masing-masing anggota terdiri dari dua puluh ribu hingga lima puluh ribu pasukan. Plakat militer pemegang kendali atas pasukan bayangan berada di tangan Alaric. Secara diam-diam, ia mengirimkan pesan kepada pasukan bayangan.
Pasukan bayangan sendiri adalah sekumpulan para prajurit pilihan yang jelas terverifikasi kesetiaannya kepada negara. Dalam hal ini, Raja Valius memberikan kekuasaan sebesar ini kepada Alaric. Di mana pria itu memegang hampir tujuh puluh persen seluruh pasukan yang ada di Kerajaan Imaginary. Bisa dibilang, Alaric adalah penguasa dalam bidang militer.
Alasan lain mengapa pihak istana begitu berambisi menembus lapisan dari benteng Cordova adalah untuk merebut plakat militer pasukan bayangan. Di mana di bagian markas-markas mereka yang dikelilingi benteng itu, terkunci rapat ketika datang surat dari istana yang memerintahkan mereka untuk menyerang Cordova. Hal itu semata-mata mereka lakukan selain karena Alaric adalah yang berwenang memerintah mereka, hal itu juga dikarenakan tidak adanya plakat militer yang dibawa untuk memberikan perintah.
Padahal cara kerja pasukan bayangan itu sendiri adalah sesuai dengan perintah Raja Valius yang telah ditetapkan dalam undang-undang kerajaan di mana di sana tertulis bahwa Pasukan Elit Bayangan tidak boleh disalahgunakan oleh orang-orang mana pun yang berkuasa. Satu-satunya orang yang diberi wewenang kekuasaan tersebut adalah Duke Alaric Wilton sebagai pemimpin tertinggi militer di Kerajaan Imaginary.
Maka dari itu, keempat devisi pasukan elit bayangan secara kompak menutup pintu gerbang rapat-rapat. Tidak peduli utusan istana telah mengantarkan surat titah bertanda putra mahkota berkali-kali. Bahkan, telah disebut juga memberi ancaman sebagai tuduhan atas pemberontakan, Pasukan Elit Bayangan tetap diam dan menunggu perintah dari sang pemilik plakat militer.
Pagi ini ketika datang surat yang bertanda Alaric Wilton, juga dengan cap dari plakat militer pasukan elit bayangan, mereka tidak langsung percaya. Secara kompak, masing-masing utusan dari pasukan bayangan diutus untuk pergi ke Cordova untuk melihat sendiri apakah Duke Alaric Wilton benar-benar masih hidup.
Kedatangan mereka langsung disambut oleh Jenderal Levin. Ada sekitar dua puluh orang, masing-masing lima utusan dari masing-masing divisi. Dan orang itu langsung berlutut di hadapan Duke Alaric yang menyambut kedatangan mereka.
"Hormat kami dan kedamaian bersama sang Duke!"
Alaric bertindak cepat dengan menggiring para utusan masuk ke dalam ruang pertemuan.
"Langsung saja, aku ingin memberikan titah." Alaric mengeluarkan plakat militer berbentuk naga, plakat militer pasukan elit bayangan. "Aku memerintahkan agar seluruh pasukan elit bayangan dari semua devisi untuk melakukan pengepungan ke istana di hari di mana upacara kematianku diadakan."
"Maka dari itu, jaga baik-baik bahwa aku telah kembali. Kita buat orang-orang yang terlibat dalam kejahatan menjadi kocar-kacir. Selama ada waktu sehari sebelum kita berkumpul di titik yang telah disepakati, perintahkan beberapa informan untuk menyelidiki berbagai penyelewengan dana yang dilakukan banyak pejabat istana."
"Baik, Duke!"
Setelah perintah diluncurkan, Alaric bersiap dengan baju zirahnya. Keesokan hari, dia benar-benar berangkat menuju istana dengan pasukan besar. Pasukan terbesar yang mungkin pernah ada di dunia.
***
Orang-orang tengah sibuk menyiapkan berbagai keperluan terkait pelaksanaan upacara kematian Duke Alaric Wilton. Wajah-wajah palsu yang entah dipoles air apa untuk menyempurnakan akting abal-abal itu, tampak sangat menyedihkan. Semua orang berkumpul di aula utama, dengan berbagai persembahan di depan lukisan besar Duke Alaric Wilton.
Satu-satunya orang yang tampak bersedih di antara para pejabat itu adalah Whitney. Sang putri tampak begitu terpukul. Bahkan, berat badannya turun drastis. Wajahnya tampak begitu kurus menunjukkan tulang pipi yang semakin menonjol keluar.
Bahkan, ketika para wanita bangsawan lain kebanyakan masih memakai polesan di wajah mereka. Whitney malah tampak begitu kalut dengan penampilannya. Wajahnya tampak polosan, menunjukkan kulit wajahnya yang merah seperti mulai iritasi karena kebanyakan menangis.
Putra Mahkota, William Martinus naik ke podium untuk memimpin doa-doa. Ia memasang wajah sedih. Agaknya, agar terlihat sedikit berempati. Meski ya, dalam hatinya sedang bersorak gembira.
"Selamat pagi! Salam untuk semua orang. Kedamaian atas semuanya. Di hari yang dibalut rasa sedih ini, kita akan melakukan upacara penghormatan terakhir pada pahlawan kebanggaan kita. Duke Alaric Wilton, yang menjabat sebagai panglima militer tertinggi sekaligus gubernur Provinsi Cordova. Sosok kepercayaan Yang Mulia Raja Valius Martinus. Maka, untuk mengenang segala jasa-jasanya, marilah kita mengheningkan cipta-"
"Putra Mahkota, saya tahu bahwa Anda begitu menyayangi saya. Namun, sayang sekali, wajah saya belum pantas dipajang di antara para tokoh pahlawan yang telah gugur."
Suara berat yang terdengar familiar itu membuat beberapa orang langsung menoleh dengan tatapan horor. Bagaimana tidak? Pria yang lukisannya telah ditaruh di depan dengan ukuran raksasa itu dikira telah mati. Namun, lihatlah kini. Sosok itu malah berdiri tegak di tengah pintu dengan kedua tangan terlipat di depan dada.
"Duke!" pekik Whitney diserang rasa tidak percaya dan bahagia karena mendapati sosok yang begitu ia cintai ternyata belum mati. Pria itu masih hidup. Bahkan kini berdiri dengan betutu kokohnya. Whitney begitu bahagia dengan kenyataan ini, ketika ia hendak bangkit, Ratu langsung menarik tangannya untuk kembali duduk.
Semua orang dibuat terkejut bukan main. Apalagi ketika mereka masih terdiam membatu, tiba-tiba pintu utama dibuka dengan kasar. Terdengar suara pekikan beberapa orang ketika pasukan menyelinap masuk ke dalam ruang doa. Pasukan itu adalah pasukan bayangan, tampak jelas dari seragam yang mereka kenakan juga lambang naga di dada kiri mereka.
Jelas, kedatangan pasukan elit itu membuat orang-orang jadi panik. Takut bukan main karena di saat mereka ingin merayakan kematian Duke Alaric Wilton dengan embel-embel penghormatan terakhir, kini sosok yang mereka pikir telah ditaklukkan dengan mudah itu muncul begitu mngejutkan dengan pasukan yang digadang-gadang sebagai pasukan paling mematikan dan berbahaya di seluruh daratan Cordova.
"Duke Alaric, apa yang Anda lakukan?" desis William merasa sangat tersinggung dengan sikap Alaric yang begitu lancang.
"Lancang! Duke Alaric, bagaimana bisa Anda bisa melakukan hal selancang ini?!" bentak Marquess Allen Burton yang berdiri tegas dengan wajah merah.
Mata Alaric melirik tajam. "Siapa yang lancang di sini? Membuat acara kematian pada orang yang masih hidup. Anda bisa dikenai pasal pembohongan publik, penghinaan bangsawan, bahkan bisa dikenai hukuman penggal karena telah membohongi Raja."
***
Setuju gak kalau ak bilang Duke Alaric jadi cowok fiksi paling ijo neon? Wkwkwk ...
With luv, Luluk Layalie.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Choose The Villain Duke
FantasyArletta Davies kembali terbangun setelah dibunuh dengan keji oleh suami dan keluarganya. Demi membalaskan dendam pada kekejaman keluarga dan mantan suami di kehidupan sebelumnya, Arletta rela menjadi istri kontrak Duke Alaric Wilton, pria kejam dan...