Rencana licik Putra Mahkota benar-benar dilakukan secara matang. Di mana pria itu sengaja menculik Arletta saat pengawasan Alaric mengendur dikarenakan pria itu harus pergi selama beberapa hari untuk menumpas kejahatan keluarga Davies.
Katakan saja, Alaric pergi membalaskan dendam Arletta pada keluarga yang telah memperlakukan wanita itu dengan buruk dengan berlindung di balik hukum harus ditegakkan.
Selama kepergian Alaric itu ‘lah jelas membuat pria itu tidak sadar bahwa Arletta ini bukan sepenuhnya Arletta. Dengan wajah pucatnya, Arletta berjalan gontai menuju kediaman Alaric yang ada di ibu kota. Wajahnya bengkak karena tangis hebat setelah apa yang ia lakukan barusan. Kenyataan bahwa dia telah membunuh raja dengan kedua tangannya yang bersimbah darah membuat Arletta gemetaran.
“Aku membunuh Raja,” cicit wanita itu lirih dengan bibir bergetar disusul isakan yang menyesakkan dada. “Aku pembunuh."
Setelah kepulangannya, berita kematian Raja pun menyebar. Namun, kematian Raja bukan diumumkan karena pembunuhan yang dilakukan olehnya, melainkan karena penyakit yang diderita sang Raja. Begitu hebatnya para penguasa mengarang sebuah peristiwa, membuat Arletta benar-benar makin sadar jika dia sudah tercebur terlalu dalam ke kubangan lumpur menjijikkan.
Setelah membersihkan diri, Arletta duduk termenung di depan meja rias. Dipandanginya pantulan wajah pucat, memikirkan apa yang harus ia katakan pada Alaric. Jika berkata jujur, bukankah Alaric akan langsung menghukumnya?
“Jika kau tidak memutuskan hubunganmu dengan Duke Alaric, maka aku akan membongkar kejahatanmu dan membunuh Alaric. Sebagai sampah yang telah dibuang, seharusnya kau bisa memikirkan cara berterima kasih pada orang yang pernah memungutmu,” pesan William begitu menusuk sebelum kepulangan Arletta.
Sungguh licik dan picik. Memanfaatkan Arletta seperti ini demi menghancurkan Alaric, seharusnya William banyak intopeksi diri bahwa dirinya memang tidak pantas dengan gelarnya sebagai Putra Mahkota.Kriet ....
Suara derit pintu membuat pandangan Arletta tersapu ke arah asal suara, di mana kedua matanya dibuat membulat ketika menangkap keberadaan sosok pria bertubuh jakung yang berdirir di tengah pintu. Itu Alaric. Melihat pria itu, dada Arletta bagai dihantam gada besi begitu telak hingga membuat ia kesulitan bernapas.
“Kau pasti sangat terpukul mendengar berita ini.” Suara berat Alaric memecah keheningan.
Ketukan sepatu pantofel dari kulit premium itu terdengar begitu berat berirama. Hanya suara ketukan sepatu, tetapi mampu mendominasi keadaan. Sosok tinggi menjulang itu berdiri tepat di belakang Arletta. Mata elang itu beradu pada pantulan cermin dengan sepasang mata sayu Arletta.
“Arletta, kematian Raja mungkin akan menciptakan badai besar di pemerintahan. Kau harus mempersiapkan diri untuk kemungkinan terburuk.”
Kemungkinan terburuk? Adakah yang lebih buruk dari peristiwa yang telah terjadi di mana dirinya ‘lah yang telah membunuh Raja? Atau kemungkinan yang lebih gila di mana ada monster dalam diri Arletta.
Bukan naif, tetapi dengan berbagai rangkaian peristiwa dan perjalanan supranatural yang telah ia lalui bersama Alaric membuat Arletta semakin meragukan eksistensinya sebagai manusia. Dia memiliki kekuatan yang tidak dimiliki kebanyakan orang di Kerajaan Imaginary, membuatnya sudah terlihat seperti makhluk mengerikan seperti para penyihir. Tidak peduli bahwa kekuatan yang ia miliki bukan sihir, tetap saja ia menguasai sesuatu yang seharusnya tidak dimiliki manusia biasa.
Kira-kira bagaimana reaksi Alaric jika mengetahui bahwa dirinya yang telah membunuh Raja? Mungkin pedang tajam di sarungnya akan langsung memenggal kepalanya.
Tidak masalah jika hanya dia yang mati di tangan Alaric. Namun, bagaimana jika seperti apa yang dikatakan Putra Mahkota, bahwa kemungkinan besar Alaric akan dicurigai sebagai pemberontak karena tunangannya telah membunuh Raja. Maka bukan tidak mungkin juga Alaric akan dibunuh dan dihukum atas pemberontakan yang tidak pernah ia lakukan.
Sungguh manusia begitu mengerikan jika berurusan dengan kekuasaan. Dahulu, Arletta pikir, Alaricadalah manusia paling tidak manusiawi. Namun, setelah mengenal Wiliam dan kelicikannya, Arletta yakin posisi para iblis dan monster sebagai makhluk paling mengerikan akan segera digantikan oleh William.
“Berita baiknya, keluargamu juga akan segera dieksekusi karena telah terbukti melakukan korupsi dan kau akan selamat karena tidak memiliki kaitan apa pun,” lanjut Alaric membuat Arletta langsung mendongakkan wajah dengan kedua mata membelalak tak percaya.
Alaric tersenyum, tetapi itu mirip dengan seringai yang mengerikan. Arletta yang memang sedang dalam jeratan rasa berdosa dilanda ketakutan jika Alaric sudah mengetahui bahwa dirinya ‘lah yang membunuh Raja, membuat Arletta bingung harus bersikap seperti apa.
Melihat reaksi Arletta, Alaric berdeham, berpikir dirinya mungkin terlihat berlebihan dimana mimik wajahnya seperti psikopat saat ia tersenyum di hadapan wanita yang tengah kehilangan keluarganya akibat ulahnya.
“Maaf, tidak seharusnya aku tersenyum pada situasi yang penuh duka ini.”
Mengerjap cepat, Arletta menggelengkan kepala tegas. Diraihnya jemari Alaric dengan ragu, tetapi pria itu langsung sigap menangkap kedua tangan Arletta. Pria itu duduk bersimpuh, membawa kedua punggung Arletta ke dalam genggaman tangan besarnya lalu mengecupnya ringan.
“Aku ... sangat berterima kasih pada Duke.”
“Arletta, aku telah membayar janjiku padamu. Dan kau, juga harus membayar janjimu padaku.”
Pandangan Alaric jatuh pada perut rata Arletta lalu tersenyum. “Kau harus mengandung putra-putriku di rahimmu.”
Deg! Jantung Arletta seketika bertalu kencang bak berada di tengah pacuan kuda. Kedua pipinya memanas. Bukan karena salah tingkah khas orang kasmaran, tetapi karena menahan gejolak rasa ingin menangis dalam dirinya.
Andai Alaric tahu, apa yang pria itu pikirkan tentangnya. Membayangkan bagaimana kecewanya pria itu padanya membuat Arletta ingin menenggelamkan diri ke dalam bumi saja. Atau bisakah dia kembali ke alam sebelum ia dimasukkan ke dalam rahim ibunya. Sungguh, semenyakitkan apa pun yang pernah Arletta alami, entah mengapa mengkhianati orang yang menyayangi kita rasanya lebih menyesakkan hati.
"Arletta? Kau melamun?"
Wanita itu tersentak kaget saat Alaric memanggilnya. Mustahil memang jika Arletta bisa menyembunyikan hal besar dari Alaric. Berbohong bukanlah salah satu keahliannya. Apalagi pada posisi di mana dirinya seolah mengkhianati Alaric.
"Arletta? Apakah ada masalah?"
Sekali lagi Arletta tersentak. Ia pun segera menggelengkan kepala dengan senyum masam.
"Saya baik-baik saja, Yang Mulia."
"Baiklah, kalau begitu, sebaiknya kita bergegas menuju pemakaman Raja."
Keduanya pun berangkat bersama menuju ruang pemakaman di mana sosok sang raja telah ditidurkan dalam sebuah peti. Biasanya peti mati akan dibuka agar para bangsawan dan peziarah bisa melihat sosok raja mereka untuk terakhir kali.
Anehnya, peti mati sang Raja ditutup. Seolah sengaja agar peziarah tidak melihat bagaimana jasad sang Raja. Hal itu jelas membuat Alaric langsung merasakan kejanggalan. Terlebih, sedari tadi, jelas pria itu menangkap kerisauan dari sosok wanita di sebelahnya.
Bohong jika Alaric tidak menyadari bahwa Arletta seolah sedang menutupi sesuatu darinya. Namun, Alaric memilih seolah tidak menyadari, menunggu Arletta mengatakan sendiri apa yang menjadi kerisauannya.
"Mengapa peti mati Raja tidak dibuka sebagaimana semestinya?" tanya Alaric saat berhadapan dengan William.
Alih-alih segera menjawab, sang putra mahkota justru mendaratkan tatapan sekilas pada Arletta, membuat wanita itu langsung menunduk dalam. William baru membalas tatapan Alaric dengan tatapan dingin.
"Ini untuk menjaga wibawa Raja. Jasad Raja tampak cukup mengerikan karena penyakit serius yang dideritanya."
Mendengar jawaban William, Alaric mendekati sang putra mahkota lalu berbisik padanya.
"Menutupi jasad raja yang mengerikan atau kejahatanmu yang menjijikkan?"
Namun, yang justru tersinggung di sini adalah Arletta. Jantungnya berdegup kencang. Tak bisa menyembunyikan ketegangan akan debaran jantungnya yang menggila.***
Publish: 19 Agustus 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
I Choose The Villain Duke
FantasyArletta Davies kembali terbangun setelah dibunuh dengan keji oleh suami dan keluarganya. Demi membalaskan dendam pada kekejaman keluarga dan mantan suami di kehidupan sebelumnya, Arletta rela menjadi istri kontrak Duke Alaric Wilton, pria kejam dan...