Ketika Alaric pergi bersama para pria di kerajaan untuk mengurusi kerja sama di antara mereka. Maka Arletta akan menghabiskan waktu bersama Amaya. Hanya dalam waktu singkat kedua wanita itu langsung bisa akrab.
Apalagi yang membuat mereka berdua semakin lanjut adalah karena keduanya memiliki ketertarikan yang sama kuatnya kepada dunia medis. Arletta belajar begitu banyak mengenai berbagai macam obat dan racun dari Amaya. Seperti yang dilakukan kedua wanita itu kini di laboratorium.
"Dulu saya selalu membaca buku kedokteran dan keilmuan, tapi tidak pernah membayangkan bisa menginjakkan kaki di laboratorium bersama orang hebat seperti Anda." Arletta menatap takjub pada Amaya.
Bagaimana wanita cantik dengan surai perak yang mirip dengan miliknya. Itu membuatnya takjub. Padahal mereka berbeda ras, tetapi ada ciri fisik yang sama. Mungkin rasa senangnya ini dipengaruhi oleh fakta bahwa keberadaannya selalu dipandang sebelah mata oleh mayoritas orang-orang di kerajaan asalnya yang memang memiliki ciri fisik berbeda.
"Kalau begitu, jangan membuatku kecewa dengan kemampuanmu, Lady! Aku ini seseorang yang sangat berbakat loh!" kelakar Amaya khas dirinya yang blak-blakan.
Sifat kedua wanita itu sangat kontras. Kejujuran dan keberanian Amaya beberapa kali membuat Arletta yang lemah lembut dan anggun sesekali terkekeh. Bukan menjatuhkan, melainkan tertarik karena tidak banyak wanita yang memiliki kepercayaan diri tinggi seperti Amaya, tetapi tidak pernah menyombongkan jabatan yang ia miliki. Namun, sepenuhnya untuk bercanda mengenai kemampuannya yang memang diakui.
"Saya tidak akan mengecewakan Anda, Yang Mulia."
Sejujurnya ini adalah kali pertama bagi Arletta memasuki tempat penelitian seperti ini. Dahulu di Kerajaan Imaginary, sudah paling besar yaitu mengelola barang-barang medis yang akan dikirim ke berbagai daerah.
"Yang Mulia, saya merasa penasaran dengan satu hal yang pernah saya dengar dari Kerajaan Gloria. Bisakah Anda menceritakan kepadaku mengenai racun cinta?"
"Racun cinta, ya?" Amaya menatap langit-langit lalu berjalan sedikit berjingkit-jingkit.
"Apakah kamu percaya jika aku mengatakan ada seseorang yang bisa melihat masa depan melarikan mengenai rasa cinta sehingga dia berusaha menyempurnakan racun cinta itu untuk mencegah tragedi mengerikan yang akan terjadi kepadanya?"
Ya, benar apa yang dikatakan Amaya, wanita itu sendiri 'lah yang sedang dimaksud Amaya, membuat Arletta memiringkan kepala karena heran. Entah mengapa sebagian kecil dari kalimat wanita itu seperti menyindir Arletta yang memang memiliki penglihatan lebih dahulu mengenai masa depannya yang tragis di bawah pernikahannya dengan Marquess Alen Burton. Oh, tunggu, Arletta tidak ingin mengingat masa-masa suram itu.
Apakah Ratu Amaya bisa membaca pikiranku?
Sekarang ia hanya bisa terus mengatakan syukur karena takdir berubah dengan seorang pria yang sangat baik. Pria yang membalas cintanya, tidak hanya semata-mata karena fisik. Pun mau menerima segala kekurangan dalam diri Arletta.
"Ya, aku percaya, Yang Mulia," jawab Arletta tegas. "Banyak hal ajaib yang tidak masuk akal bisa terjadi di dunia ini."
Termasuk yang terjadi pada saya.
"Amaya," potong Amaya cepat. "Ayo panggil aku Amaya saja!"
"Ah itu, rasanya tidak sopan."
Amaya memutar bola mata malas. "Aku bukan jenis orang yang peduli dengan tata krama, Arletta. Sekarang imbang, ya? Kita saling memanggil nama saja. Itu terasa lebih akrab."
"Amaya?" cicit Arletta.
Keluguan wanita di hadapannya membuat Amaya gemas. Bukan lugu yang dibalut kepalsuan untuk mencari perhatian, tetapi memang jenis gadis lemah lembut khas bangsawan.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Choose The Villain Duke
FantasyArletta Davies kembali terbangun setelah dibunuh dengan keji oleh suami dan keluarganya. Demi membalaskan dendam pada kekejaman keluarga dan mantan suami di kehidupan sebelumnya, Arletta rela menjadi istri kontrak Duke Alaric Wilton, pria kejam dan...