"Belajar dari siapa kata-kata seperti itu?" tanya Alaric ketika ia sedang berjalan bersama Arletta menyusuri koridor menuju kamar rawat Raja.
Wanita itu meringis hingga membuat kedua matanya menyipit. "Belajar dari Ratu Amaya."
Alaric manggut-manggut setelah mendengar jawaban Arletta. "Uhm ... untuk permulaan, sudah cukup baik."
"Tentu saja," jawab Arletta memamerkan senyumnya yang lebar. "Setelah melalui pasang surut kehidupan bersama membuat saya sadar bahwa kita memang boleh berbuat baik kepada seseorang. Namun kita tidak boleh lupa bahwa ada orang yang mencintai kita dan tidak ingin kita terluka. Maka dari itu saya akan berjuang untuk orang yang mencintai saya agar tidak terluka lagi."
Mendengar perkataan Arletta, kedua sudut bibir Alaric tidak tahan untuk tertarik ke atas. Selama bersama arleta ia selalu tersenyum. Memang ada kalanya ia merasakan emosi yang bercampur aduk, dan hanya Arletta yang berhasil membuatnya merasa perubahan musim dalam dirinya dengan begitu cepat.
Kini kedua orang itu masuk ke dalam kamar Raja. Ketika memasuki ruangan luas itu, sang raja tampak masih begitu lemah. Tadi Alaric dan Arletta bahwa Raja sempat siuman. Namun ketika mereka sampai sang raja tampak memejamkan mata. Barangkali sedang beristirahat.
Pandangan Alaric dan Arletta, terinterupsi ketika mereka mendengar suara untuk dibuka. Masuklah seorang tabib dan beberapa perawat yang memang bertanggung jawab memantau kesehatan raja. Dia adalah tapi Tuhan dengan rambut yang sudah dipenuhi dengan uban. Bersamanya ada beberapa perawat yang masih muda membawa berbagai macam alat medis.
"Keadaan Raja memang sangat memburuk belakangan hari ini. Bahkan kami secara pribadi dengan rahasia telah memprediksi bahwa mungkin Raja tidak akan hidup lebih dari tiga hari. Tidak disangka barangkali kepulangan Duke Alaric dan Lady Arletta menjadi penyemangat tak sendiri bagi Yang Mulia raja."
Arletta melirik ke arah Di mana pria terbaik itu hanya bisa terbaring lemah di atas ranjang. Melihat keadaannya saat pertama kali membuat mereka berpikir bahwa memangnya ia pergi berapa lama hingga ketika ia kembali malah mendapati sang Raja terbaring separah ini.
Perlahan kedua kelopak mata sang raja tampak bergerak hingga benar-benar terbuka sempurna. Bola matanya bergerak, melirik ke sekeliling. Begitu menyadari keberadaan Alaric dan Arletta, pria itu seolah ingin mengatakan sesuatu. Namun, tubuh Raja Valius terasa kaku, tidak bisa digerakkan. Seperti urat-urat dan syarat dalam tubuhnya dipotong sehingga membuatnya tumbuh seratus persen.
Perlahan Arletta mendekat dengan langkah ragu. Berpikir apakah benar sesuai dugaannya dan Alaric bahwa Putra Mahkota William bisa benar-benar setega ini kepada ayahnya. Bahkan, sekali pun William memiliki alasan kuat untuk membalaskan dendam atas sakit hatinya selama ini pada sengaja karena kecenderungan Raja kepada Alaric, Arletta bahkan tidak terpikirkan bahwa pria itu sampai hati membuat Raja Valius tersiksa dalam penyakit yang tidak mampu didekteksi ini.
"Nona Arletta, kami harap Anda mampu membantu kami," ucap sang Tabib tua mendampingi Arletta untuk memeriksa keadaan Raja Valius.
"Baiklah, tetapi untuk pemeriksaan saya berharap diberikan waktu dan tempat hanya dengan Duke Wilton saja. Apakah bisa?" tanya Arletta.
Sebelumnya sang tapi tampak aku tetapi akhirnya ia undur diri. Para perawat meletakkan berbagai peralatan medis di atas meja sebelum mereka turut keluar dari ruang perawatan.
Mata Arletta terpaku pada sekujur tubuh pria paruh baya itu. Arletta menghidupkan kekuatan pengendalinya. Ketika ia menatap sekujur tubuh raja Valius, aneka makin dibuat keheranan dengan apa yang dilihatnya. Bahwa tubuh Raja Valius seperti keluar asap hitam, tetapi di sisi lain ia juga melihat seperti cahaya aneh seperti bercak di tubuhnya.
Arletta jelas dibuat gaya renang karena sebelumnya Arletta tidak melihat ada asap hitam seperti ini.
Jika tidak salah mengidentifikasi, asap hitam yang ia lihat di sekujur tubuh Raja Darius adalah racun. Dalam buku medis yang sempat ia pelajari bersama sang guru pertama di hidupnya, Amaya.
Bahwa dari Amaya, Arletta belajar bahwa seorang penyihir mampu melakukan penerawangan pada suatu penyakit. Bukan hanya penyihir, tetapi seorang pengendali juga bisa. Hanya saja dengan cara yang berbeda.
Dari analisisnya, Arletta melihat sihir ini adalah sihir tingkat sedang, sedikit berbeda dengan menerawang masa depan seseorang yang dikategorikan sihir tingkat tinggi.
Meski yakin jika Raja Valius telah diracun, tetapi di sekujur tubuh pria itu pula, Arletta melihat seperti aliran cairan hitam yang mengalir. Hal itu membuat Arletta keheranan karena pasalnya, wanita itu sudah berusaha mendetoksifikasi tubuh Raja kemarin dan memastikan bahwa racun di dalam tubuhnya sudah jauh berkurang. Mungkin hanya tinggal sedikit, berpikir akan ia lanjutkan nanti atau esok jika tenaganya telah pulih.
Namun, jika hanya racun, tentu yang dilihat matanya hanya aliran hitam yang larut dalam darah pria itu. Kenyataannya, ini berbeda, jika dilihat dari asap hitam yang mengepul itu sendiri, entah mengapa pikirannya langsung tertuju pada satu orang. Penyihir. Hanya penyihir yang bisa membuat penyakit yang tidak bisa dideteksi oleh para tabib.
"Duke, menurut Anda, apa yang terjadi pada Raja Valius?"
Pilihan terbaik adalah menelaah secara keseluruhan. Padahal Arletta dan Alaric belum lama menghilang. Kurang dari tiga bulan, bukan waktu yang sebentar, tetapi juga terlalu cepat bagi seorang raja bisa terbujur kaku seperti ini.
"Jika ditelaah secara medis, Tabib tidak bisa mendeteksi penyebab sakit Raja Valius. Namun, seperti perkataanmu, bahwa ada yang tidak beres dengan anti sihir di kerajaan kita. Makanya, sekarang aku sendiri sedikit merasakan aura yang tidak biasa dalam diri Raja Valius. Jika ingin mengatakan itu sihir, tetapi sangat tidak mungkin alat anti sihir kita yang mampu menangkal sihir tingkat tinggi bisa ditembus sampai membuat Raja celaka seperti ini."
Jika tidak salah menebak, Arletta mulai menerka-nerka barang kali sesuatu yang ia lihat seperti aliran hitam yang larut dalam darah adalah sebuah ramuan sihir. Jadi, tidak heran bila itu tidak bisa didekteksi secara medis. Lantas, jika itu memang benar sebuah sihir, mengapa energi sihir bisa masuk ke dalam istana? Jawabannya sederhana, karena ada penyihir yang sudah berhasil menyusup ke dalam pertahanan Kerajaan Imaginary.
"Duke, setelah memikirkan dengan sungguh-sungguh, saya yakin seratus persen jika penyakit Raja Valius disebabkan sihir. Satu-satunya penyihir hitam yang sulit kita deteksi keberadaan sihirnya adalah Falcon, tetapi sepertinya tidak mungkin Falcon yang ada di Kerajaan Gloria bersusah payah kemari. Meski tidak memiliki bukti kuat, tetapi dugaan saya adalah ada penyihir lain yang telah masuk ke dalam sini. Dugaan ini paling masuk akal, bahwa ada seseorang di istana yang sudah membuat ... kontrak dengan penyihir hitam?"
Rahang Alaric langsung mengeras. "Tidak salah lagi. Jika memang benar seperti itu dan kau bisa berpendapat sama denganku dan Dave, maka kita harus segera mengusut masalah ini sebelum terjadi hal yang lebih buruk."
Arletta mengangguk setuju. Kini kecurigaannya pada William semakin menguat. Karena dalam keadaan Raja Valius yang lemah tak berdaya seperti ini, William 'lah orang yang paling diuntungkan. Namun, William tidak mungkin meracuni Raja, meski dia termasuk tega memanfaatkan keadaan di saat ayahnya sendiri sedang sakit parah.
"Jadi, apa yang harus kita lakukan sekarang? Apakah kau bisa membuat obat untuk menyembuhkan Raja?" tanya Alaric.
"Tentu. Saya akan berusaha," jawab Arletta lalu melirik iba pada Raja Valius yang hanya bisa terbaring pasrah tak berdaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Choose The Villain Duke
FantasyArletta Davies kembali terbangun setelah dibunuh dengan keji oleh suami dan keluarganya. Demi membalaskan dendam pada kekejaman keluarga dan mantan suami di kehidupan sebelumnya, Arletta rela menjadi istri kontrak Duke Alaric Wilton, pria kejam dan...