"Aku? Jelas ini aku," kekeh Alaric melihat wajah Arletta yang tampak begitu lemas.
Sepasang kelopak mata sayu itu tampak tak bertenaga. Karena suhu tubuhnya yang tinggi, membuat daerah di sekitar matanya tampak sedikit lebih gelap dan cekung. Sungguh, Alaric menjadi sedih melihat penampilan Arletta yang begitu menyedihkan.
Wanita itu telah berusaha sangat keras menolong Raja Valius. Sungguh gadis lugu yang sangat baik hati. Meski Alaric tidak paham bagaimana cara berpikir Arletta yang begitu tulus dengan menganggap semua orang yang ada di hidupnya adalah orang-orang baik dan pantas untuk ditolong terlepas dari latar belakang mereka. Arletta bahkan tidak peduli jika orang yang ia tolong adalah golongan orang yang membencinya bahkan berniat buruk kepadanya.
Begitupun dengan Raja Valius. Arletta yang tidak terlalu mengenal rajabarius langsung menyelamatkan nyawa sang Raja dengan mengerahkan semua kekuatan yang ia miliki. Padahal sudah jelas-jelas di kali pertama mereka bertemu Raja Valius tampak begitu tidak menyukai keberadaan Arletta dengan terang-terangan.
Setelah hari ini seharusnya pria itu harus belajar bahwa tidak seharusnya menganggap orang lain sebelah mata. Meskipun Arletta tidak melakukan hal heroik terhadap sang raja, pria itu akan tetap membanggakan Arletta seperti apa adanya ia. Tentang kesederhanaan dan keluguannya yang begitu jernih. Tidak ada wanita yang mampu bersikap seperti Arletta. Alaric berani menjamin, bahwa hanya Arletta satu-satunya wanita yang begitu sempurna di hatinya dengan segala keluguannya.
"Kau mau minum?" tawar Alaric saat ia menatap wajah Arletta yang masih tampak kebingungan.
Dengan lemas, wanita itu mengangguk. Menarik pun segera mengambil segelas air putih yang ada di atas meja nakal selalu membantu Arletta meminumnya seteguk demi seteguk. Setelah dirasa cukup Alaric mengembalikan gelas itu ke atas meja.
Wajah Arletta masih tampak begitu pucat. Kedua matanya berkedip sayu tak bertenaga. Kondisinya tampak begitu lemah membuat Alaric semakin khawatir.
"Apakah ada sesuatu yang bisa aku lakukan untuk membantumu pulih?"
Arletta tersenyum di antara bibir pucatnya. "Aku baik-baik saja Duke. Anda sangat lucu saat mengkhawatirkan keadaan saya."
Arletta terkekeh geli. Hal itu membuat Alaric gemas sehingga mengusap puncak kepalanya penuh sayang.
"Baiklah, kalau begitu, beristirahatlah agar esok segera pulih. Lain kali jangan memaksakan diri untuk menyelamatkan orang lain jika itu berarti harus mengorbankan kesehatanmu sendiri. Coba hidup dengan baik untuk orang-orang yang mencintaimu."
"Orang-orang yang mencintaiku?"
Arletta terhenyak dengan ucapan Alaric. Sejujurnya cukup sulit baginya untuk mencerna ucapan yang dikatakan Alaric karena selama ini ia hidup untuk melakukan semua yang orang-orang inginkan darinya. Memberikan keuntungan sebanyak mungkin bagi orang-orang agar dia bisa tetap hidup. Ya, hanya sekedar bertahan hidup. Karena kehidupan Arletta tidak pernah dianggap oleh orang lain.
Sampai detik ini pun Arletta tidak pernah melakukan segala sesuatu hanya untuk diakui keberadaannya. Sekali lagi bertahan hidup adalah tujuan utamanya. Termasuk awal dari pertemuannya dengan Alaric dan segala kenekadannya. Siapa sangka Dewi keberuntungan berpihak kepadanya kali ini di kehidupan ke dua.
Barangkali cara Arletta memaknai kehidupan memang sangat berbeda dengan orang lain. Asalkan bisa hidup dengan baik, tidak perlu berkecukupan yang penting kebutuhannya tersedia meski dengan harus bersusah payah pun Arletta sangat bersyukur. Agaknya ia bisa disebut anjing peliharaan karena prinsip hidupnya yang terus-menerus menurut kepada orang lain.
Wanita itu sangat suka menolong orang lain. Bukan karena merasa dirinya baik atau mampu, melainkan karena Arletta pernah berada di posisi yang sangat membutuhkan tetapi tak ada seorangpun yang menolongnya. Arleta masih ingat jelas bagaimana perasaan waktu itu. Trauma terbesar dalam hidupnya ketika ia diseret paksa atas tuduhan tidak berdasar hingga membuatnya harus tersiksa begitu pedih dan berakhir mati mengenaskan di tangan suaminya sendiri.
Menjalani kehidupan yang sangat mengerikan seperti itu membuat Arletta tidak ingin menyia-nyiakan kehidupannya untuk orang-orang yang telah berlaku kejam kepadanya. Meski tidak semua orang baik, tetapi Arletta hanya ingin membantu sebisanya.
Oh, ya, mengenai mimpinya barusan. Barangkali itu hanya bunga tidur. Toh Arletta sendiri juga tidak memiliki ingatan tentang masa kecilnya. Agaknya itu semua terjadi setelah Arletta mengalami kecelakaan yang membuatnya kehilangan sebagian ingatan.
"Kenapa malah melamun?"
Suara Alaric menyadarkan Arletta. Membuat wanita itu menatap Alaric begitu dalam. Sungguh sampai detik ini Arleta merasa kehidupan keduanya ini seperti mimpi. Rasanya begitu jauh tak tergapai tetapi entah mengapa ketidaknyataan itu justru ada di depan matanya.
Jika memutar waktu dalam ingatan, arleta dahulu hanya bisa mengagumi Alaric dari kejauhan. Nama Alaric Wilton terlalu jauh untuk digapai. Rasanya bagai langit dan bumi. Hingga entah bagaimana takdir mempermainkan kehidupan Arletta sehingga dirinya bisa jatuh ke dalam pelukan Alaric.
Arletta selalu bersyukur di setiap hembus nafasnya. Ia tidak pernah mencoba setiap hari-hari yang ia lalui baik suka maupun duka. Sungguh ia tidak memaki takdir kejam yang mempermainkannya. Hanya saja Arletta tidak ingin merasakan sakit yang teramat begitu dalam yang pernah ia rasakan di kehidupan sebelumnya.
Dan kini keberadaan Alaric seperti matahari yang menyinari kehidupannya yang begitu dingin dan gelap. Membawa kehangatan tersendiri sehingga membuat hari-hari Arletta dipenuhi rasa syukur dan penuh terima kasih.
Tidak ada yang Arletta harapkan lagi di dunia ini kecuali tetap bisa menemani hari-hari bersama Alaric hingga mereka menua. Yang jelas kebaikan Alaric begitu besar sehingga membuat Arletta akan mengabdikan seluruh kehidupannya untuk pria itu. Arletta akan belajar menjadi kuat untuk melindungi orang-orang di sekitarnya. Khususnya Alaric.
"Duke, saya sangat beruntung bisa bertemu dengan Anda," ucap Arletta dengan bibir pucat yang bergetar.
Jika terus memikirkan makna kehidupan serta bagaimana hari-harinya berlalu membuat Arletta tidak akan pernah menyesali keputusannya. Meskipun sangat berat menjadi pendamping seorang Alaric. Dan kini ia mau tidak mau harus bergabung dengan hiruk pikuk istana yang begitu kejam. Apapun resikonya ahli tak akan tetap berjuang bersama Alaric.
"Apakah kau masih mengigau?" tanya Alaric menangkup kedua pipi Arletta hingga membuat pipinya menggembung.
Melihat ekspresi arleta yang baginya sangat lucu, membuat Alaric jadi semakin gemas. Andai tidak mengingat bahwa wanita itu kini sedang sakit mungkin Alaric sudah mencubit pipinya.
"Duke, saya tidak sedang mengigau. Apakah kedua mata saya kurang lebar sehingga membuat anda berpikir saya masih mengigau?"
Kedua telapak Arletta mendarat di punggung tangan Alaric. Ditatapnya pria itu begitu dalam hingga membuat senyum Arletta tanpa sadar tercipta begitu saja.
"Sudah, cepat tidur sana! Aku akan menemanimu. Pokoknya besok kau harus sembuh. Titik."
Alaric memutuskan sepihak. Tanpa permisi pria itu langsung membungkus arlita dengan selimut tebal lalu memberikan wanita itu dengan paksa. Melihat tingkah laku Alaric membuat artetap tertawa lepas. Wanita itu merasa lucu karena kini bentuk tubuhnya seperti ulat. Ia tidak bisa bergerak karena semua serba terbatas.
Melihat bentuk Arletta, Alaric menjadi tertawa lagi. Sungguh menggemaskan nian istrinya ini. Ya, istri. Pokoknya Alaric sudah menganggap antara dirinya dan Arletta sudah menjadi suami istri.
Pria itu sangat tidak sabar untuk menikahi Arletta untuk yang kedua kalinya dengan adat kerajaan mereka. Sayang sekali semua niatnya itu harus sedikit tertunda karena ulah putra mahkota yang cukup mengesalkan.
Andai pria itu tidak membuat ulah mungkin Alaric sudah langsung menggelar acara pernikahan dengan Arletta. Sayangnya ia tidak bisa menggelar pernikahan begitu saja di saat kerajaan sedang berada dalam krisis pangan yang cukup mengkhawatirkan. Semoga esok takdir segera berpihak kepadanya.
"Arletta, jika keadaan sudah cukup membaik. Mari kita melakukan upacara pernikahan sesuai dengan adat kerajaan secepatnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
I Choose The Villain Duke
FantasyArletta Davies kembali terbangun setelah dibunuh dengan keji oleh suami dan keluarganya. Demi membalaskan dendam pada kekejaman keluarga dan mantan suami di kehidupan sebelumnya, Arletta rela menjadi istri kontrak Duke Alaric Wilton, pria kejam dan...