42. Selamatkan Cintaku

2.1K 119 53
                                    

Hari di mana Alaric melakukan ritual terlarang itu, rupanya memang telah berhasil. Apa yang ia lihat dalam tempat berkumpulnya para jiwa itu memang kenyataan. Pun dengan kekuatan yang muncul dari dalam diri Arletta.

Fakta menariknya, Alaric sudah tak sadarkan diri selama tiga hari. Hari itu, tepat setelah pandangan Alaric berubah gelap, Arletta turut terbangun dari tidur sesaatnya. Ia melihat Alaric yang tak sadarkan diri di sampingnya. Sudah berusaha dipanggil, ditepuk-tepuk tetapi tidak memberikan efek apa pun.

"Duke ...? Duke, mengapa wajah Anda sangat pucat?"

Tangan mungil Arletta mengusap peluh di kening Alaric. Diperiksanya denyut nadi Alaric yang terasa cukup lemah, membuat Arleta tersentak. Ia memandang sekeliling.

"Apakah ada orang di luar? Tolong!"

Karena panik, Arletta berteriak meminta tolong. Tak lama dari teriakannya itu, pintu ruangan itu terbuka dan menampakkan orang-orang yang berlari dengan panik ke arahnya. Ada seorang wanita bersurai perak yang tampak sangat cantik hingga membuat Arletta membelalakkan mata. Berpikir bahwa sosok yang ia lihat ini adalah peri.

"Syukurlah, Lady telah bangun," ucap Amaya sangat lega.

Ucapannya itu diangguki oleh orang-orang di sekitarnya. Di antara orang-orang yang ada di ruangan itu, hanya Dave dan Exon yang ia kenal. Ada lagi seorang pria tua berjubah hitam, si wanita bersurai perak dan sosok pria bertubuh jakung dengan jubah kebesaran khas bangsawan.

Arletta jelas sedikit kebingungan dengan keberadaan orang-orang asing itu. Apalagi ia juga terbangun di tempat yang tidak ia kenali.

"Tapi mengapa Duke Wilton tidak kunjung bangun?" Dave menyuarakan kekhawatirannya.

Pria itu sungguh jeli. Ketika semua perhatian orang-orang tertuju pada Arletta, Dave masih memusatkan perhatiannya pada sang majikan. Sungguh sangat setia dan perhatian.

"Tenang saja, itu bukan hal buruk," sahut Exon santai.

Alih-alih mengamini ucapan Exon, Dave malah langsung mendelik tajam ke arah pria bersurai merah itu. "Tenang kepalamu! Kau tidak lihat, majikanku tidak sadarkan diri setelah membangkitkan calon istrinya dari kematian. Apakah menurutmu aku tidak boleh khawatir."

Mendengar keluhan Dave, Exon dibuat menoleh kesal ke arah pria itu. Selalu cari masalah. Padahal dia hanya perlu tenang sedikit.

"Itu karena dia kehabisan tenaga setelah menyeberang ke alam lain. Sementara Lady Arletta bisa terbangun dengan bugar karena inti elemennya dibangkitkan sehingga membuat energinya lebih mudah terisi dan lebih besar."

Mendengar penjelasan Exon, rasanya Dave tidak puas sama sekali sebelum majikannya itu benar-benar bangun. Meski dengan berat hati, akhirnya mereka menanti Alaric bangun. Satu hari, dua hari, masih sama saja. Pria itu masih asik terlelap dalam tidur panjangnya.

"Pasti sangat melelahkan, ya?" tanya Arletta menatap lembut wajah sang Duke lalu mengecup kening Alaric. Berharap pria itu akan lekas bangun. Sungguh, Arletta sangat merindukan pria itu.

Dan tepat di hari ke tiga, Arletta akhirnya bisa melihat pria yang dicintainya itu bangun dari tidur panjangnya. Lega. Rasanya ada sesuatu yang mencair dan menghangat begitu saja dari dalam dirinya.

Hal pertama yang dilakukan pria itu adalah tersenyum, tangannya bergerak menyentuh pipi Arletta.

"Aku mencintaimu, Arletta. Sungguh, sungguh mencintaimu."

"Saya juga, Duke. Saya juga mencintai Anda."

Beberapa saat keduanya berpelukan erat melepas kerinduan. Alaric melepas pelukannya. Kini kedua telapak tangan pria itu menangkup wajah Arletta. Pria itu tersenyum, sangat lega setelah melihat wajah dan bisa menyentuh tubuh Arletta secara nyata.

I Choose The Villain DukeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang