Bab. 56

705 40 2
                                    

Ritual panjang berakhir. Dengan berat hati, William harus merelakan tubuh Sang kekasih yang nyaris membusuk dikubur dalam tanah. Air matanya menetes, dikecupnya wajah pucat yang telah membiru nyaris berubah hitam yang telah mengeluarkan bau busuk dengan penuh cinta. Tidak ada rasa jijik sekalipun tubuh itu benar-benar tampak mengerikan.

Setelah mengucapkan kata perpisahan pada jasad Veronica, William pun merelakan tubuh sang kekasih ditimbun tanah. Bau bangkai masih melekat di tubuhnya, membuat pria itu harus mandi terlebih dahulu. Setelah bersih dan memakai jubah tidur hitam dengan hanya mengikat asal tali di pinggangnya, pria itu membuka pintu rahasia di sudut kastil miliknya.

Ruangan luas yang sama megahnya dengan kamarnya. Tampak seorang pria berjubah hitam yang tak lain adalah Diego, serta seorang wanita berambut perak yang tampak memejamkan mata di atas ranjang berukuran raksasa. Memandangi wajah wanita itu sejenak, sebenarnya wajah Arletta bisa dibilang sangat cantik di atas rata-rata. Justru, jika dipikir lebih seksama, pantas saja Alaric memilih Arletta. Karena selain wajah yang memikat, tubuh wanita itu juga menggiurkan.

Naluri sebagai seorang pria dewasa tidak bisa berbohong. Sekalipun Arletta berasal dari keturunan bangsawan rendah yang mana ayahnya sangat tamak, tetapi sifat Arletta sangat kontras dari tempat di mana dia dibesarkan. William selalu menepis pikiran ini saat awal-awal bertemu Arletta. Namun, sekarang beda cerita. Tubuh Arletta akan menjadi Veronica, kekasihnya.

"Proses penyatuan antara jiwa Nona Veronica dan tubuh Nona Arletta mungkin akan membutuhkan waktu. Jadi, harap Yang Mulia mempersiapkan diri jika sewaktu-waktu jiwa Nona Arletta sadar. Agar membuat Nona Arletta tidak membocorkan apa pun, kita harus membuatnya tunduk pada kita." Diego mewanti-wanti.

"Kau punya rencana?" tanya William.

"Keinginan terbesar Nona Veronica adalah membunuh raja. Jadi, mengapa tidak Anda kabulkan saja keinginan Nona Veronica? Nanti jika Nona Arletta bangkit, kita katakan saja dia yang membunuh Raja karena terkena efek sihir dari Kerajaan Gloria. Dengan begitu, Anda punya alasan untuk menahan Nona Arletta."

William sempat tertegun sejenak, tetapi juga tidak mengelak. Menandakan pria itu setuju-setuju saja dengan ide Diego.

"Tapi sepertinya akan jauh lebih baik jika aku menyingkirkan Alaric dengan itu."

"Eungh ...."

Tiba-tiba terdengar suara erangan samar dari mulut sosok wanita yang terbaring, bersamaan dengannya kedua kelopak matanya mengerjap lembut. Jemarinya bergerak ragu, membuat William segera mendekat.

"Veronica," panggil William ragu karena belum terbiasa dengan perwujudan Arletta sebagai Veronica.

Tepat ketika kedua kelopak mata itu terbuka sempurna, sepasang manik hazel itu membalas tatapan William sejenak sebelum kemudian mengulum senyum.

"Yang Mulia," sapa balik sosok itu yang seketika langsung membuat William merasa begitu lega.

Tanpa pikir panjang pria itu langsung berhambur memeluk tubuh ringkih itu. Wanita itu tersentak kaget, membalas serta pelukan hangat dari sosok pria di hadapannya.

"Syukurlah, aku senang kau baik-baik saja."

Melepas pelukan, Ramosha yang ada di dalam tubuh Arletta sebagai Veronica mengangguk pelan. Meski malas, tetapi sosok itu berusaha bersikap manis. Ini sungguh hal paling menjijikkan di hidupnya. Namun, tidak mengapa, karena berada di tubuh Arletta adalah sesuatu yang lebih hebat. Baru terbangun saja, Ramosha sudah bisa merasakan aliran kekuatan yang besar di dalam tubuh wanita ini.

Mendapat berlian besar nan berharga, Ramosha semakin bergairah untuk menguasai kerajaan ini. Satu langkah yang harus segera ia ambil adalah membunuh Raja.

I Choose The Villain DukeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang