"Secara medis dia telah meninggal. Kita sudah tidak bisa melakukan apa-apa untuknya. Bahkan sekalipun dia tidak meninggal, iblis lah yang akan menguasai tubuhnya. Jadi kita harus mengikhlaskan kepergian Lady Arletta."
Begitu mendengar apa yang dikatakan Tetua penyihir di sana, Alaric tidak bisa menahan lagi amarah yang sudah memuncak sampai ke ubun-ubun. Pria itu dengan penuh tenaga langsung berlari dan memukul pria tua itu. Karena tidak menyadari serangan dari Alaric, sang tetua pun terpental begitu saja hingga tubuhnya terjerembab ke atas lantai dengan ujung bibir yang mengeluarkan darah.
"Katakan sekali lagi atau aku 'lah yang akan membunuhmu!" teriak Alaric menatap bengis kepada pria tua yang rambutnya telah dipenuhi uban itu.
Pria itu hampir menerjang sang tetua lagi seandainya kedua lengannya tidak dicekal oleh Dave dan Devian. Lamanya yang merasa bersalah hanya bisa diam tertunduk lesu. Wanita itu merasa sangat bersalah karena langsung membunuh Arletta begitu saja.
Belum ada jalan keluar yang bisa mereka temukan. Hanya saja kemunculan Exon agaknya menjadi angin segar tersendiri bagi Alaric.
"Sepertinya, aku bisa memberikan solusi," ucap Exon menarik perhatian semua orang yang ada di ruangan itu.
Si pria bersurai merah mendekat ke arah ranjang. Sekali lagi ia memeriksa denyut nadi Arletta yang memang sudah benar-benar tidak ada. Dia itu memejamkan kedua mata, terdiam sejenak fokus pada sesuatu yang ingin ia tuju.
Semua orang dalam ruangan itu dibuat hanya ketika telapak tangan Exon yang saling bersentuhan dengan telapak tangan Arletta mengeluarkan cahaya biru dan merah secara bersamaan. Cahaya itu hanya bertahan beberapa detik, sampai kembali lenyap. Begitu cahayanya telah menghilang, Exon kembali membuka mata.
"Dia masih bisa diselamatkan." Exon berkata dengan tegas, tetapi sedetik kemudian ia menghela napas panjang karena cukup berat mengatakan lanjutannya. "Di markas kami, asalkan seorang pengendali masih memiliki inti elemen, dia masih bisa diselamatkan. Dan Arletta meskipun jiwanya telah menghilang dari jasadnya, tetapi inti elemennya masih ada."
Mendengar itu, Alaric langsung menghampiri Exon. "Lakukan sesuatu, oh tidak! Lakukan segalanya untuk menyelamatkan Arletta."
"Hanya saja, hanya markas kami yang telah memiliki prosedur dan ritual tersendiri. Namun, jika harus menuju ke markas, itu akan butuh waktu yang sangat lama memakan hingga berhari-hari. Untuk informasi saja kami para pengendali pasti terakhir di dunia dengan bawaan inti elemen yang menyatu dalam diri kami. Memang ada beberapa orang yang seolah tidak memiliki kekuatan pengendali, tetapi bukan berarti dia tidak mempunyai inti elemen. Ini hanyalah masalah kekuatan dari dalam yang dimunculkan keluar. dan fungsi inti elemen itu mirip dengan jiwa, yaitu menggerakkan tubuh. Bisa dibilang inti elemen adalah jiwa kedua bagi para pengendali seperti kami."
"Namun, inti elemen tidak bisa bertahan lama. Benda tak kasat mata itu bertahan di dalam diri orang yang telah meninggal paling lama satu hari satu malam. Jadi selama ini elemen itu masih ada di dalam diri Arletta maka dia masih bisa diselamatkan."
Exon menatap Amaya sejenak. "Ratu ini jika tidak salah Anda memiliki riwayat keturunan dari penyihir hitam. Jika kalian setuju barangkali ada sihir hitam yang bisa menghidupkan kembali orang mati."
Itu yang dilontarkan Exon itu jelas sangat bertentangan dengan prinsip yang dipegang oleh kerajaan Gloria. Di mana di kerajaan itu sangat melarang berat segala bentuk sihir hitam. Hal itu karena berefek buruk pada diri orang yang memakainya.
"Racun cinta," lanjut Exon. "Dengan racun cinta, sepertinya bisa menggantungkan hidup Arletta kepada Alaric."
Sayangnya apa yang dikatakan Exon tidak benar. Amaya langsung membantah ucapannya.
"Kau salah, racun cinta hanya menginkatkan jiwa saja. Jika yang satu mati, justru yang satu juga tidak bertahan hidup. Jika memberikan racun cinta pada Duke Wilton dan Lady Arletta, sama artinya kita membunuh Duke."
Namun, Exon tidak lantas menyerah. Bagaimanapun juga ia telah memiliki hutang nyawa kepada Arletta. Sehingga sebisa mungkin ia akan membalas hutang itu. Karena pantang bagi seorang klan api memiliki hutang tetapi tidak bisa membayarnya.
"Bagaimana jika memberikan ramuan racun cinta, tetapi menggunakan ritual dan mantra-mantra kami dari klan pengendali untuk membangkitkan jiwanya." Exon memberi pendapat.
"Bagaimana bisa kau menjadikan manusia, bahkan ini orang penting sebagai penguji coba?" Devian tampak tak setuju.
Berbeda dengan Devian, Alaric langsung menyetujui ide Exon. "Lakukan saja! Apa pun itu. Bahkan, aku rela menukar nyawaku demi Arletta."
Exon segera memberikan argumen untuk meyakinkan semua orang. "Kami klan api, sejak ratusan tahun yang lalu selalu melakukan banyak penelitian dari yang masuk akal hingga yang paling tidak masuk akal. Jadi ada banyak hal yang kami dapatkan dari pengetahuan melalui berbagai macam uji coba tersebut. Di sini saya mengatakan ide ini bukan tanpa alasan, melainkan menimbang bagaimana efek racun cinta dan ritual dari klan kami."
"Tapi aku takut jika menyatukan dua hal dari dua dunia yang berbeda akan mengakibatkan hal buruk." Amaya menyuarakan keraguannya.
"Apa pun itu, akan aku lakukan," sergah Alaric yakin.
"Baiklah, jika memang begitu. Mempertimbangkan jika aku berada di posisi Duke Wilton, aku juga akan melakukan hal yang sama untuk istriku."
Devian menatap ke arah Amaya. Mendengar itu, membuat Amaya langsung tersenyum kecut. Andai bukan karena kecerobohannya, mungkin semua masalah ini tidak akan terjadi.
"Hanya saja, ada satu hal yang harus saya pertanyakan terlebih dahulu kepada Duke Wilton mengenai ritual ini. Ritual ini disebut membangkitkan inti elemen. Namun, mengingat jiwa Lady Arletta kemungkinan masih ada, hanya berpindah tempat saja, maka penyatuan jiwa kalian akan membutuhkan tenaga yang luar biasa dan pengorbanan yang tidak main-main. Yaitu, apakah Duke Wilton mampu dan yakin untuk menjemput jiwa Lady Arletta?"
"Aku sanggup," jawab Alaric mantap.
"Baiklah, intinya, inti elemen ini adalah penghubung antara dunia kita dengan alam roh. Jika kita bisa menggunakan waktu dengan baik, maka kita bisa menjemput jiwa Lady Arletta kembali. Berhubung jiwanya telah lenyap dari badan, maka kemungkinan besar tidak akan bisa tinggal di raga yang sama. Oleh karena itu, untuk mengikatnya, kita butuh ramuan racun cinta."
Mendengar penjelasan Exon, semua orang yang ada di sana mengangguk paham. Meski tidak seratus persen yakin, tetapi mereka semua akan mengusahakan yang terbaik untuk Lady Arletta. Apalagi Amaya, yang merasa sangat bersalah karena tindakannya malah membuat seseorang patah hati teramat dalam.
"Duke Wilton, dalam ritual pembangkitan inti elemen ini terdapat bagian ritual yang agak tabu untuk sebagian orang. Yaitu, dengan melakukan penyatuan layaknya suami istri. Apakah Anda sanggup?"
Kedua mata Alaric dibuat membelalak lebar mendengar apa yang dikatakan Exon.
"Itu bukan hal yang sulit, meskipun dilakukan dengan-" Ucapan Devian menggantung saat suara pekikan Alaric terdengar lebih nyaring dari suaranya.
"Apa?! Ritual apa-apaan itu? Aku tidak mungkin menyentuh Arletta tanpa pernikahan. Aku sangat menghormatinya sebagai seorang wanita bangsawan. Aku tidak mungkin menodainya di saat dia berada di keadaan tak berdaya."
Apa yang dikatakan Alaric membuat Amaya melongo parah. Ia langsung menyenggol Devian dan berbisik, "Dengarkan itu, pria cabul! Dia adalah pria baik-baik yang sangat menghormati calon istrinya, bahkan tidak mau menyentuh kecuali adanya pernikahan."
Mendengar itu, Devian membalas. Tak mau kalah. "Setiap pria memiliki prinsip cinta yang berbeda-beda."
"Hm ... ya, begitu lah." Amaya manggut-manggut saja. Toh, dia juga bukan wanita baik-baik.
"Berhenti mengagumi pria lain, Amaya," tajam Devian membuat Amaya menyengir.
Wanita itu langsung mencairkan keadaan yang mendadak jadi tegang itu.
"Tak masalah. Duke Wilton, Anda bisa menikahi Lady Arletta dengan adat kami. Hanya saling meminum darah, kok."
"Apa?!" pekik semua orang di ruangan itu.
Kecuali Devian dan Tetua Agung tentu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Choose The Villain Duke
FantasyArletta Davies kembali terbangun setelah dibunuh dengan keji oleh suami dan keluarganya. Demi membalaskan dendam pada kekejaman keluarga dan mantan suami di kehidupan sebelumnya, Arletta rela menjadi istri kontrak Duke Alaric Wilton, pria kejam dan...