"Oh, ya, omong-omong di mana Yang Mulia Raja? Mengapa Raja bisa tidak hadir di sini. Seharusnya kalian berhati-hati jika berada dalam keadaan seperti ini. Takutnya, ada orang yang berpura-pura menjadi raja," cibir Alaric terang-terangan melirik ke arah William.
"Apa maksudmu melakukan itu kepada Yang Mulia?!" bentak Marquess Allen Burton begitu tersinggung.
Sementara William, dia tampak mengepalkan kedua tangan di sisi tubuh penuh emosi yang meluap-luap. Namun, sebisa mungkin ia memendam emosi semacam itu.
"Sudahlah, lanjutkan drama kalian. Itu cukup menghibur. Aku akan datang kepada Raja untuk melaporkan hasil tugasku. Sampai jumpa!"
Alaric membalikkan badan. Baru dua langkah berjalan, pria itu kembali berhenti.
"Oh, ya, hari ini aku akan menangkap beberapa pejabat yang terbukti memeras rakyat. Jadi, silakan hancurkan barang bukti sebisa kalian secepatnya. Eh, tapi pasukanku sudah di sini membawa anggota keluarga mereka." Alaric menoleh dengan senyum mengejek. "Sangat menyedihkan."
Sontak saja ucapan Alaric itu membuat beberapa pejabat langsung bangkit dan berjalan keluar untuk memeriksa. Betapa terkejutnya mereka kala mendapati keluarga mereka, istri, anak, orang tua hingga para pelayan mereka surat duduk bersimpuh dengan tragis yang tertahan karena mulut mereka yang diikat oleh kain. Mereka tak bisa mengelak, hanya bisa menangis tanpa suara dan menggigil ketakutan karena dikelilingi oleh para prajurit.
"Anakku!"
"Ayah!"
"Istriku!"
Keadaan yang sebelumnya digadang-gadang akan menjadi pesta itu kini berubah. Berbanding terbalik dengan apa yang telah mereka pikirkan. Kemenangan yang mereka bayangkan itu kini hancur menjadi serpihan kesedihan dengan ancaman hukuman mati.
Keluar lah beberapa makian kepada Alaric. Namun, pria itu tidak terpengaruh sama sekali. Terus melangkah pergi menyusuri lorong istana yang telah didominasi oleh pasukan elit bayangan.
Pria itu menuju kamar Raja, begitu memasuki ruangan yang dijaga barisan para prajurit elit bayangan itu, Alaric dibuat terhenyak melihat keadaan Raja Valius. Bagaimana tidak? Dilihatnya sosok pria tanpa balutan pakaian hanya menyisakan kulit yang membalut tulang. Pipinya sangat tirus, tulang pipinya begitu timbul. Sosok Raja Valius yang perkasa, dalam hitungan bulan berubah menjadi layaknya mumi yang telah diawetkan selama dibuat tahun.
Dengan wajah panik, Alaric mendekat. Pria itu semakin terhenyak ketika menyadari Arletta mampu menggunakan kekuatan pengendali elemennya di sana. Untung saja, ruangan ini sepi. Hanya ada mereka berdua. Takutnya jika orang lain mengetahui, aka terjadi kekacauan yang tidak diharapkan.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Alaric menatap panik kepada Arletta.
Wanita itu diam, mengulurkan tangan, telapak tangannya masih mengeluarkan air yang mengalir masuk melalui kedua lubang hidung Raja Valius. Kedua mata Alaric dibuat heran ketika melihat ada air berwarna hitam keruh yang sudah menumpuk satu ember.
Arletta tidak langsung menjawab karena masih fokus dengan kegiatannya. Lambat laun, air berwarna bening yang mengalir dari telapak tangan, memutar ke kedua hidung Raja Valius brubah menjadi warna hitam keruh. Lantas, setelah warnanya menjadi pekat, Arletta membuang air itu ke ember.
Napas Arletta tersenggal-senggal bersamaan dengan keringat yang membasahi kening dan sekujur tubuhnya begitu deras. Tenaga wanita itu terasa terkuras banyak hingga rasanya sudah nyaris habis.
Melihat Arletta yang begitu lemes hingga membuat tubuhnya sedikit limbung membuat Alaric khawatir sehingga pria itu langsung berlari menangkap tubuh Arletta. Untung saja tindakannya itu cukup sigap sehingga tak sampai tubuh Arletta jatuh ke lantai.
Ditatapnya wanita itu panik.
"Apakah kau baik-baik saja? Aku antarkan ke tabib," putus Alaric hendak membawa Arletta ke dalam gendongannya.
Namun, wanita itu menggeleng lemah. Masih bersikeras untuk duduk sendiri.
"Ada sesuatu yang tidak beres pada Kerajaan ini," ucap Arletta menyuarakan keresahannya.
Apa yang dikatakan wanita itu bukan hanya asal bicara saja melainkan karena kondisi tubuh Sang Raja tampak sangat berbeda dari penyakit yang ada pada umumnya. Arletta telah berbincang dengan tabib terakhir yang merawat Raja semenjak pria itu sakit. Karena tapi tabib sebelumnya telah dihukum penggal atas dasar tidak mampu menyembuhkan raja.
Mendengar hukuman yang tidak masuk akal itu jelas terlihat tidak habis pikir. Karena tidak mungkin ada hukuman seperti itu. Apalagi dilakukan oleh seorang petinggi kerajaan kepada seorang tabib kecuali sang tabib memiliki kesalahan fatal dalam melakukan pengobatan dan itu atas dasar kelalaiannya sendiri. Namun jika dengan alasan tidak bisa menyembuhkan itu rasanya terlalu mengada-ngada. Seolah hukuman itu menjadi sesuatu untuk membungkam mulut orang agar tidak membicarakan hal tersembunyi apa yang sebenarnya berusaha ditutup-tutupi.
Seolah memang ada konspirasi yang mencoba dilakukan seseorang untuk menguasai kekuasaan di pemerintahan. Tentu dengan cara utama yaitu melakukan sang pemimpin kerajaan itu sendiri. Entah atas dasar ambisi apa yang membuat mereka berani sepanjang itu untuk merekayasa kesehatan sang raja. Yang jelas, tindakan si berani itu tentu tidak akan pernah dilakukan oleh orang yang tidak memiliki posisi.
Karena tidak mungkin konspirasi sebesar itu dilakukan oleh orang-orang lemah yang tidak memiliki posisi apa pun. Emangnya siapa mereka berenangnya menantang kekuasaan seorang raja. Apalagi otoritas seorang raja memiliki kekuatan yang sangat besar meliputi seluruh bagian negeri. Tidak mungkin hanya satu orang yang berkuasa, karena aku sebesar apa kekuasaannya pasti jauh di bawah raja. Tidak mungkin pula hanya segelintir orang, karena kejahatannya tampak begitu sangat terorganisir dan sangat rapi.
Ini adalah kejahatan yang dilakukan oleh kelompok besar dan telah terorganisasi dengan baik. Atas keberanian itu mereka tentu memiliki kunci dan pelindung yang kuat sehingga membuat mereka berani bertindak sejauh ini.
Pasalnya keberanian mereka sudah keterlaluan. Selain berani mengusik keselamatan raja, mereka juga dengan lancang membuat berbagai kebijakan yang dirasa sangat memberatkan rakyat hingga membuat mereka berteriak karena kelaparan yang menimpa ke seluruh penjuru negeri. Permainan mereka tampak begitu jelas seolah tidak ada yang perlu mereka khawatirkan. Berpikir bahwa Raja telah berada di bawah kekuasaan mereka. Sementara Duke Alaric yang menghilang tanpa kabar selama beberapa bulan membuat mereka semakin terasa di atas awan.
"Aku merasakan hawa iblis yang sama seperti sihir hitam yang kita temui di kerajaan Gloria. Sihir ini terasa mirip. Sehingga aku langsung melakukan pengobatan dengan cara pengendalian elemen untuk mengeluarkan racun dalam tubuhnya. Dan ternyata benar, selain diberikan racun yang berbahaya, Raja juga sengaja dikenai sihir."
Mendengar penjelasan Arletta, Alaric dibuat membelalakkan mata tak percaya. Betapa picik orang-orang yang haus akan kekuasaan itu. Tidak puas setelah mendapatkan raja di bawah genggaman mereka ini dengan congkaknya mereka menjarah harta rakyat yang seharusnya mereka kelola dengan baik.
"Ini sudah keterlaluan!" Alaric mengeram marah.
Wajah pria itu sontak juga merah padam.
"Aku akan menyeret mereka semua ke penjara dan memenggal kepala mereka dengan tanganku sendiri!" geram Alaric.
"Tunggu, Duke. Anda jangan gegabah karena kejahatan sebesar ini tentu tidak mungkin dilakukan oleh sekelompok orang tanpa kekuasaan. Jika mereka berani melakukan hal sebesar ini tentu ada hal yang memang menjadi pelindung sehingga membuat mereka begitu angkuh melakukan kejahatan keji itu. Anda harus berhati-hati. Jangan sampai mereka merasa terusik dan semakin terang-terangan dalam melakukan tindakan."
"Kau benar. Dan untuk mengerjakan hal ini kita harus menyembuhkan raja terlebih dahulu tidak paling tidak, Raja harus bangun terlebih dahulu."
"Anda benar. Tanda tanya saja saya akan berusaha menyelamatkan raja."
***
Ditunggu terus boom update setiap 1 jam hari ini yaps!
KAMU SEDANG MEMBACA
I Choose The Villain Duke
FantasyArletta Davies kembali terbangun setelah dibunuh dengan keji oleh suami dan keluarganya. Demi membalaskan dendam pada kekejaman keluarga dan mantan suami di kehidupan sebelumnya, Arletta rela menjadi istri kontrak Duke Alaric Wilton, pria kejam dan...