Page Six - Seven

37.6K 2.2K 19
                                    

06-07. New School

Sinar matahari pagi masuk ke dalam kamar seorang gadis melalui celah-celah gorden. Namun, gadis yang sedang tertidur lelap itu tak merasa terganggu sama sekali. Udara pagi yang sejuk justru membuatnya menarik selimut lebih erat, mencari kehangatan di baliknya. Tak lama, bunyi jam beker di nakas terdengar nyaring, membuatnya refleks membuka mata perlahan sambil menggapai jam beker untuk segera mematikannya.

Gadis itu adalah Harvey, yang perlahan mulai bangun dari tidurnya. Setelah berhasil sepenuhnya membuka mata dan mengumpulkan kesadarannya, ia melangkah menuju kamar mandi untuk bersiap-siap ke sekolah, hari pertamanya memulai "misi" di tempat yang baru.

Beberapa saat kemudian, Harvey sudah siap dengan seragam sekolahnya yang rapi. Tas hitam disampirkan di bahu kanannya, melengkapi penampilannya yang terlihat bersemangat meskipun raut wajahnya tampak tetap tenang. Ia pun turun ke lantai bawah untuk sarapan bersama keluarga.

"Good morning," sapa Harvey ketika sampai di meja makan.

"Good morning too," jawab mereka semua dengan senyum hangat melihat Harvey yang akhirnya bergabung di meja makan.

"Semangat banget, ya, mau pergi ke sekolah baru," goda Della sambil tersenyum melihat putrinya yang sudah siap rapi.

"Bukan aku," sanggah Harvey sambil duduk di kursinya. "Thea tuh, yang semangat. Dari tadi kayaknya senyum terus. Gak pegel, ya, bibir lo?" tanya Harvey sambil melirik Thea.

Thea langsung menggeleng antusias. "Nope! Soalnya Thea gak sabar mau lihat sekolah baru dan pakai seragam ini. Cantik banget!" jawabnya sambil tersenyum lebar.

Della terkekeh. "Ya sudah, yuk sarapan dulu, biar nanti di sekolah kamu bisa keliling dengan nyaman."

Thea mengangguk penuh semangat, dan mereka semua mulai sarapan bersama. Suasana di meja makan terasa hangat dan tenang seperti biasanya, namun kali ini terasa lebih lengkap dengan kehadiran Kevan yang kini ikut bergabung bersama keluarga Davies.

***

"Aduh, I'm so nervous!" ungkap Thea saat mobil yang dikendarai Harvey mulai bergerak, mengikuti Kevan yang melaju di depan mereka dengan motornya.

"Jangan terlalu tinggi berharap. Kalau nanti gak sesuai ekspektasi lo, gimana?" peringat Harvey sambil tetap fokus menatap jalan di depannya.

Thea mendengus, namun masih percaya diri. "Pasti sesuai ekspektasi, kok," jawabnya mantap.

"Lo lupa siapa gue sebelumnya? Gue gak yakin bakalan disambut baik," gumam Harvey mengingat kembali cerita Della tentang masa lalu Harvey asli yang penuh masalah.

Waktu di masa SMP, Harvey yang asli dikenal sangat nakal. Surat panggilan orang tua sudah tak terhitung jumlahnya. Della bilang Harvey sering membully teman sekelas, sering pamer kekayaan keluarganya, dan bahkan ada beberapa siswa yang dibully hingga harus dirawat di rumah sakit atau pindah sekolah untuk menghindarinya. Tak sedikit juga yang akhirnya mengalami gangguan mental. Karena itu, keluarga Davies memutuskan untuk pindah ke luar negeri, berharap bisa memulai lembaran baru.

Namun, bukannya menjadi lebih baik, masalah Harvey asli malah semakin parah. Ia mulai sering clubbing dan minum alkohol. Beruntung di luar negeri ada Thea yang selalu setia mendampinginya. Sejak itu, menghapus citra buruk Harvey asli menjadi tugas yang sangat sulit.

Maka dari itu, Harvey yang sekarang hanya bisa berharap kehidupan ketiga atau kedua di dunia novel ini memberinya kesempatan untuk menjalankan misinya dengan baik, demi kebahagiaan Kevan dan dirinya sendiri.

"It's okay, Vey. Gue ada di sini. Kalau mereka macem-macem, tinggal tonjok, beres," ucap Thea sambil tersenyum menenangkan.

Sedikit informasi, Thea memang jago bela diri. Jangan sampai ada yang macam-macam dengannya!

Gue Figuran? | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang