48. Kacau
Seorang lelaki tengah bersantai di kamar, menonton film kesukaannya di televisi. Getaran pada ponsel yang tergeletak di atas nakas mengalihkan perhatiannya.
"Tumben?" gumamnya agak heran. Pasalnya, seminggu terakhir, dialah yang selalu menelepon terlebih dahulu.
Tak ingin terlalu mempermasalahkan, ia menggeser ikon hijau di layar ponsel dan menekan tombol loudspeaker, kemudian meletakkan ponselnya kembali di nakas. Ia berniat untuk tetap menonton film tanpa gangguan.
"Halo?" sapanya dengan mata tetap tertuju pada layar film, suara lembutnya seolah tak mengindahkan apa yang terjadi di sekelilingnya.
"Sakit, anjing!" Suara yang terdengar melalui ponsel itu membuat lelaki itu mengernyitkan dahi. Suara tersebut terasa jauh, tetapi cukup jelas untuk didengar.
"Diem atau gue bikin pingsan kayak temen lo?" Suara berat yang terdengar kasar dan penuh ancaman membuat lelaki itu tertegun.
Ada yang aneh. Dengan ragu, ia mengambil remote dan mem-pause filmnya sambil tetap fokus menatap ponsel yang tergeletak di atas nakas.
"Hebat juga lo pada bisa bikin bodyguard gue tumbang," ujar suara yang terdengar lebih dalam dari sebelumnya.
"Bodyguard lo nggak ada apa-apanya sama bos gue," jawab suara lain yang lebih keras, seolah menantang.
"Minggir!" Suara marah itu bersahutan disertai suara kesulitan bernapas.
"Lepwasihnn, mmmhh." Terdengar suara lain yang tak bisa dipahami dengan jelas, disusul teriakan nama "Fanya" yang memecah ketegangan.
Telepon mati dengan suara "beep" yang terdengar di telinga lelaki itu. Ponsel di atas nakas menampilkan layar kosong.
"Shit!" umpatnya keras. Tak ada waktu lagi untuk berpikir panjang. Ia segera bangkit dari tempat duduknya, menyambar jaket dan kunci motor yang tergantung di dekat pintu. Tanpa membuang waktu, ia bergegas menuju ruang kerjanya, menyalakan komputer, dan mulai mengetik cepat di keyboard.
Layar komputer menyala dengan kilatan cahaya biru dan dalam hitungan detik, sebuah peta muncul. Lokasi terakhir ponsel Fanya terlihat jelas di layar. "Bingo," bisiknya dengan ekspresi serius.
Setelah tiga menit penuh ketegangan, akhirnya lokasi itu berhasil ditemukan.
Tanpa menunggu lebih lama, ia melangkah keluar dari ruangan dan mengambil jaketnya. Begitu pintu ruangan tertutup, ia langsung menuju garasi, menyalakan motornya, dan menggeber gas hingga hampir tidak menghiraukan lampu lalu lintas yang menyala merah. Kecepatan motornya menembus malam yang sunyi, tanpa peduli dengan keselamatan di jalan. Tujuannya sudah jelas dan waktu sudah sangat mendesak.
"Fuck!" serunya keras ketika ia tiba di lokasi yang dituju. Mobil Fanya terparkir di situ, bersama para bodyguard yang tergeletak tak berdaya di tanah. Tidak ada tanda-tanda Fanya di sekitar sana.
Jantungnya berdegup kencang, rasa frustasi menyelimuti pikirannya. "Gue harus cepet nemuin lo, Nya," desahnya dalam hati sambil mencari-cari petunjuk lebih lanjut di sekitar lokasi yang hening itu.
***
Harvey mengabaikan notifikasi spam yang terus bermunculan di ponselnya. Raut wajahnya tak bisa disembunyikan; kebingungannya meningkat ketika menyadari nomernya telah tersebar entah oleh siapa. Pastinya Harvey sudah bisa menebak siapa pelakunya. Dengan cepat, ia memutuskan untuk mematikan ponselnya dan menuruni tangga menuju meja makan. Malam itu seperti biasa, mereka makan bersama.
![](https://img.wattpad.com/cover/323463816-288-k188855.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Gue Figuran? | END
Novela Juvenil⚠️ Warning 18+ Grace Aradina Diandra, seorang mahasiswa biasa, tiba-tiba terjebak dalam dunia novel dan menjadi figuran yang hanya disebut-sebut untuk melengkapi cerita. Di dunia baru ini, ia menempati tubuh seorang gadis bernama, yang sepertinya d...