08. New Friends
Di dalam ruang Kepala Sekolah, suasana sangat sunyi. Harvey duduk dengan wajah bosan, sementara Thea sibuk mengamati seluruh ruangan dengan tatapan penasaran. Kepala Sekolah tampak fokus pada berkas yang ada di tangannya, mencari kelas untuk murid baru, sementara Ayanna duduk dengan kepala tertunduk, terus meremas roknya, seakan mencari sesuatu di bawah.
"Kalian berdua masuk di kelas yang sama," ucap Kepala Sekolah, sambil menunjuk Harvey dan Thea.
"Kalau kamu di kelas yang berbeda dengan mereka," lanjutnya, sambil membereskan beberapa berkas yang ada di mejanya. "Kalau begitu, mari saya antar mereka berdua terlebih dahulu, karena kelas mereka dekat. Setelah itu baru kamu."
Ayanna yang sejak tadi diam akhirnya mengangkat suara, meski pelan. "Pak... apa boleh kalau antar saya ke kelas terlebih dahulu?" katanya, masih menundukkan kepalanya.
Harvey mendecakkan lidah, merasa kesal dengan sikap Ayanna, namun memilih untuk tetap diam dan menunggu melihat sejauh mana gadis itu bertindak.
Kepala Sekolah yang mendengar permintaan Ayanna menoleh ke arah Harvey dan Thea, mencari persetujuan. Harvey yang melihat hal itu hanya menghela napas pelan.
Saat Thea membuka mulut untuk berbicara, Harvey lebih dulu menyahut. "Kami kelas mana, Pak?" tanyanya, langsung mengalihkan perhatian.
"Kalian berada di kelas XI IPA 1," jawab Kepala Sekolah, tanpa mengalihkan pandangannya dari berkas.
Harvey mengangguk. "Kami ke kelas sendiri dan Bapak antar orang itu ke kelas. Kalau begitu, kami permisi."
Setelah mengatakan itu, Harvey dan Thea segera berdiri dan berjalan keluar, dengan Harvey yang sedikit menyeret Thea agar cepat-cepat keluar dari ruang Kepala Sekolah, menuju ruang kelas yang akan menjadi tempat mereka belajar selama setengah tahun ke depan.
"Why did you do that? We don’t know where the class is, why did the girl ask first when we got there first! I hate that girl!" gerutu Thea dalam bahasa Inggris, mengungkapkan kekesalannya tanpa sadar. Meskipun Thea bisa berbahasa Indonesia, ia cenderung menggunakan bahasa Inggris saat sedang kesal.
Harvey hanya menggelengkan kepalanya. Matanya memandang sekitar dengan sedikit senyum lega, karena ia melihat seorang siswa baru yang baru saja keluar dari toilet.
"Permisi," sapa Harvey, sambil menepuk pundak seorang gadis berambut biru sepinggang yang baru keluar dari toilet.
Gadis itu terlonjak kaget dan langsung menoleh, menatap Harvey dengan bingung. "Ya?" tanyanya, heran.
"Lo tau kelas XI IPA 1?" tanya Harvey, memastikan.
Gadis itu mengangguk cepat. "Ohh, kebetulan kelas gue juga di sana. Lo murid baru yang bikin rame tadi, ya?" tanya gadis itu dengan ekspresi penuh rasa ingin tahu.
Thea mengangguk, setuju dengan ucapan gadis itu. "Jadi, kita bakalan sekelas?"
Gadis itu mengangguk lagi. "Iya, btw kenalin gue, Shen Xiaoting. Lo pada bisa panggil gue Xiao."
"Nice to meet you, Xiao! Kalau gue Anthea Rasella Valley, terus yang ini Harvey Grace Madeline Davies," ucap Thea sambil memperkenalkan dirinya dan juga Harvey.
"Jadi, lo yang namanya Harvey? Kasus lo emang terkenal, sih. Apalagi di sekolah sini banyak alumni dari SMP lo," jelas Xiaoting, sambil tersenyum.
"Tapi Harvey udah gak bully lagi, don’t believe what they say. Because I’ve always been beside Harvey all this time, not them, okay?" kata Thea, sambil memegang bahu Xiaoting dengan serius.
Xiaoting terkekeh pelan, menepuk tangan Thea yang ada di bahunya. "Santai, gue juga baru denger kasus Harvey setahun yang lalu. Soalnya, gue juga bukan anak sini. Gue pindahan juga dari luar, walaupun emang gue mulai sekolah di sini dari kelas sepuluh."
"Nanti lagi ngobrolnya, kita gak jadi masuk kelas? Keburu bel istirahat," sela Harvey, sambil melihat jam tangannya.
Xiaoting langsung menepuk dahinya. "Iya, anjir, gue lupa! Ayo, sini ikut gue."
Dengan cepat, mereka bertiga berjalan menuju kelas, sambil terus ngobrol. Hanya Thea dan Xiaoting yang banyak bicara, sementara Harvey lebih banyak menyimak, sesekali tersenyum mendengar percakapan mereka.
***
Tok! Tok!
Xiaoting mengetuk pintu kelas dengan sedikit ragu. Pintu pun terbuka, memperlihatkan seorang wanita paruh baya yang mengenakan kacamata, dengan tatapan tajam mengarah ke Xiaoting.
"Kemana aja kamu? Udah mau bel istirahat baru datang ke kelas, sengaja kan kamu mau bolos?" tanya guru tersebut dengan nada tegas.
Xiaoting langsung tersenyum canggung, "Ibu ini fitnah banget, saya tadi disuruh sama Pak Kepsek buat anter murid baru. Jadinya telat."
"Terus, mana murid barunya?" tanya guru tersebut, sambil mengedarkan pandangannya ke sekeliling.
"Ini mereka berdua," kata Xiaoting sambil menunjuk ke arah Harvey dan Thea yang berdiri di belakangnya.
Guru itu mengangguk dengan sedikit menghela napas. "Yaudah, mari masuk."
Segera setelah itu, suasana kelas yang tadinya riuh menjadi sunyi begitu Harvey dan Thea memasuki ruang kelas. Xiaoting sudah duduk di tempatnya, sementara murid lainnya memperhatikan dengan penasaran.
"Baik, ini ada murid baru, silakan perkenalkan diri kalian," ujar guru tersebut dengan senyuman di bibirnya.
Thea mengangkat tangannya, dengan semangat memulai perkenalannya. "Hi, everyone! Kenalin nama gue Anthea Rasella Valley, kalian bisa panggil gue Thea, terus ini bestie gue namanya—"
"Harvey Grace Madeline Davies, panggil aja Harvey. Salam kenal," sahut Harvey dengan tegas, sedikit memotong ucapan Thea dan tersenyum tipis.
Begitu mendengar nama Harvey, kelas pun langsung ramai dengan bisikan dan tatapan heran. Sebagian besar hanya mendengar cerita tentang Harvey dan tidak tahu wajah asli Harvey yang kini tampak sangat cantik. Mereka terkejut, meskipun rumor yang beredar tentangnya adalah seorang pembuli, tetapi penampilan Harvey membuat banyak dari mereka berpikir sebaliknya.
"Ssstt!" suara keras dari guru tersebut membuat kelas kembali hening. "Tenang dulu. Kalau nama Ibu, Sukijah. Kamu bisa panggil saya—"
"Busuk!" teriak salah satu siswa yang membuat kelas meledak dengan tawa.
"Heh! Mau dihukum kamu?" ancam Ibu Sukijah, dengan tatapan tajam.
"Bukannya nama Ibu itu Sukijah? Jadi panggilnya Bu Suk dong!" jawab salah satu murid yang disambut sorakan setuju dari sebagian besar kelas.
"Bukan! Jangan didengerin, ya, nak Harvey dan nak Thea. Panggil Ibu Kijah saja, oke?" ucap Ibu Sukijah, mencoba meluruskan suasana.
"Siap, Ibu Kijah," jawab Thea dengan senyum lebar, sementara Harvey hanya mengangguk tanpa berbicara.
"Ya sudah, kalian bisa duduk di belakang Fanya, karena kursi kosong cuma ada di sana. Fanya, angkat tanganmu," lanjut Ibu Sukijah.
Seorang gadis dengan rambut hitam panjang mengangkat tangannya. "Nah, di situ, silakan duduk."
"Happy ending for antagonist, huh?" batin Harvey, merasa sedikit terkejut mengetahui bahwa Fanya adalah gadis yang sama dengan tokoh antagonis dalam cerita Destiny. Fanya memiliki ciri-ciri yang sangat mirip dengan yang digambarkan dalam novel, membuat Harvey sedikit penasaran.
Setelah duduk, pelajaran pun dimulai, dengan Ibu Kijah yang memadukan candaan dan keseriusan dalam mengajar. Thea ikut tertawa menikmati suasana kelas yang ringan, sementara Harvey hanya terkekeh, terkadang menggelengkan kepalanya. Ibu Kijah memang guru yang unik, sangat berbeda dengan guru lainnya, dan bisa dibilang sangat menyenangkan.
♡♡♡
Bakalan up sampe page 10 [mmbri spoiler]
Hope u like it!
Thank you buat yang udah baca sampai page ini dan kasih vomment ^^
See you di next page ♡
Revised, 12/11/24
KAMU SEDANG MEMBACA
Gue Figuran? | END
Teen Fiction⚠️ Warning 18+ | in revision Grace Aradina Diandra adalah seorang mahasiswa yang mengalami transmigrasi ke dalam dunia novel dan menjadi seorang figuran yang namanya hanya disebutkan untuk menjadi pelengkap cerita. Figuran yang menyebalkan dan membu...