Page Fourty Six

19.2K 1.2K 15
                                    

46. Begin

Menutup pintu mobil dengan malas, Fanya berjalan beriringan dengan Thea memasuki koridor sekolah. As expected, para murid masih sibuk berdiskusi dan bergosip tentang masalah yang terjadi pagi tadi.

Pagi tadi, ada bantahan dari pihak lawan yang mengklaim bahwa Ayanna dipaksa melakukan tindakan itu oleh Fanya. Mereka yang mendukung Ayanna pun langsung angkat suara, menegaskan bahwa tidak masuk akal jika Ayanna melakukan hal tersebut dan direkam oleh Fanya. Terlebih lagi, POV video itu jelas-jelas diambil dari tubuh Fanya yang mulai dibela dengan alasan bahwa tindakan Fanya hanya bagian dari akting.

Berita yang beredar hanya fokus pada satu masalah: adegan Ayanna menyakiti dirinya sendiri, seolah melupakan adanya bukti lain. Di sisi lain, pihak yang membela Fanya mulai mengungkit bukti-bukti lain dan berkomentar bahwa video POV itu menggunakan kamera kecil yang sudah mulai dijual kemarin sore.

Tentu saja, hal itu baru dimulai karena Harvey dan Kevan adalah orang-orang di balik pembuatan video tersebut yang setelah diuji coba pada Fanya secara diam-diam, kini dijual dengan bantuan ayah mereka. Masih banyak pro dan kontra, tapi sebagian besar murid di sekolahnya cenderung mendukung Ayanna. Sebaliknya, dukungan untuk Fanya lebih banyak datang dari fans di sekolah-sekolah lain dan media sosial.

Fanya berdecak malas. "Padahal ada bukti lainnya, tapi malah fokus sama video itu."

"Biasalah netizen," jawab Xiaoting sambil menumpu dagunya.

Mereka sedang berkumpul di taman belakang setelah membeli cemilan dan minuman di kafe. Jam istirahat sudah tiba.

"Oh iya! Itu website pasti lo yang sebar, kan?" tanya Fanya kepada Harvey yang duduk di depannya.

"Thanks, Vey! Walaupun masih ada yang kontra, gue tetap mau ngucapin big thanks to you!" lanjut Fanya dengan tulus.

"Anytime," jawab Harvey sambil mengangguk.

"Gue baru nyadar setelah nonton video POV itu, terus gue inget lo ngedorong Fanya waktu itu," kata Xiaoting mengenang kejadian tersebut.

"Wah, keren banget bestie gue!" seru Haruka dengan antusias sambil merangkul Harvey.

"Kalau begini, cewek itu bakal semakin berulah," gerutu Thea.

"Lo harus hati-hati, firasat gue nggak enak. Pasti itu cewek bakal mulai bertindak lagi," peringat Harvey kepada Fanya.

"Kuat banget itu cewek dendamnya," keluh Haruka.

"Lagian, itu hama semakin keliatan sifat jeleknya. Sekarang malah berasa tingkah lo yang dulu jadi balik ke lo," sahut Xiaoting.

Haruka terkekeh. "Bener juga, ya?"

"Huft, yang penting lo jangan pergi sendiri," kata Thea dan Fanya hanya mengangguk tanda setuju.

***

Sinar rembulan memancarkan cahaya lembut, menerangi perjalanan seorang gadis yang berjalan menuju minimarket. Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, tetapi dirinya tetap keluar rumah untuk membeli cemilan yang sedang diinginkannya.

Fanya hanya mengenakan jaket rajut dengan hot pants dan baju crop ketat yang melilit tubuhnya. Rambutnya yang diikat cepol dengan poni yang tergerai di wajah cantiknya. Dia tampak santai, tapi hatinya gelisah.

Tiba-tiba terdengar suara motor di belakangnya, membuat Fanya teringat pesan dari teman-temannya tadi. Lingkungan sekitar terasa sepi dan ketegangan mulai menyelimuti dirinya.

"Itu bener cewek sesuai target," ucap salah satu pria yang terdengar seperti preman.

Fanya menoleh dan matanya membelalak lebar saat melihat bahwa pria itu tidak sendirian. Dia bersama beberapa orang lainnya.

Gue Figuran? | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang