39. As Usual
Hari ini adalah hari Sabtu, hari di mana Harvey dan Thea menjalankan latihan rutinnya. Pukul delapan pagi ini, Harvey dan Thea telah sampai di mansion Sean.
"Gue duluan," pamit Thea dan membelokkan dirinya ke arah kiri.
Harvey bergumam dan menuju ke arah kanan. Tempat latihan mereka memang berbeda supaya mereka bisa fokus dan memang Sean saja yang ingin berduaan dengan gadisnya, Harvey.
"Accepted, welcome Mrs. Harvey." Terdengar suara dari sistem setelah Harvey melakukan scan pada alat di samping pintu.
Pintu terbuka memperlihatkan Sean tengah melakukan peregangan dengan kaos singlet atau kaos tanpa lengannya dan celana pendeknya. Sean yang melihat gadisnya telah datang menghampiri Harvey.
(Visualisasi kaos Sean ada di atas)
"Good morning, sweetheart," sapa Sean dengan menarik pinggang Harvey lalu mencium pelipis Harvey.
Harvey tersenyum. "Good morning too. Agenda hari ini?"
Sean menjauhkan dirinya karena Harvey yang akan melepas hoodienya. Dibalik hoodienya, Harvey sudah memakai tanktop dipadukan dengan celana legging bewarna hitam.
(Visualisasi pakaian Harvey ada di atas)
"Pagi ini bela diri, siangnya kita latihan menembak," jawab Sean dibalas anggukan oleh Harvey.
Setelahnya, Harvey dan Sean melakukan peregangan bersama supaya tidak mengalami cidera. Pelatihan di awali dengan basic bela diri hingga mereka saling menjatuhkan atau melawan satu sama lain.
"Sean," desis Harvey dibalas kekehan oleh Sean.
Sean melepaskan tangan Harvey dan tersenyum geli karena melihat raut muka masam Harvey setelah berdiri. Tadi itu, Sean mengunci Harvey dengan teknik armbar. Sean yang menarik lengan Harvey dengan kedua kaki yang berada di antara lengan Harvey dan di atas dada Harvey.
Sean akhirnya berdiri dan mengacak rambut Harvey. "You're better than yesterday."
Harvey tetap memasang muka masamnya. "Still, gue kalah dari lo."
Padahal Harvey sudah optimis saat tadi akan melakukan teknik penguncian dan ternyata malah dirinya yang terkunci. Melawan Sean memang sangat sulit. Harvey juga telah berkali-kali melakukan pukulan telak. Namun, Sean ini memang tidak mudah dikalahkan, ujungnya Harvey selalu kalah. Yah, dirinya juga tidak berharap lebih akan menang dari Sean. Hanya saja setidaknya ia berharap menang sekali saja, tetapi dasarnya Sean yang tak suka dikalahkan membuat Harvey merasa kesal walaupun disatu sisi ia merasa bersyukur.
Sean mengikuti Harvey dari belakang. Harvey meminum air putih dengan bersandar pada dinding yang otomatis berhadapan langsung dengan Sean.
Mereka berdua saling bertatap hingga Harvey menyodorkan botol air minum kepada Sean dan Sean menerimanya lalu meminum air tersebut.
"Sigh, seenggaknya gue udah mukulin lo," ucap Harvey memecah keheningan.
Sean hanya menganggukkan kepalanya sembari meletakkan minuman di lantai dan mendudukkan dirinya di salah satu kursi. Mereka berdua sama-sama menatap ke adah depan dengan pikiran masing-masing, istilahnya mengistirahatkan tubuh.
"Gimana sama rencana kamu?" tanya Sean memecah keheningan.
"Tinggal nyebarin," jawab Harvey saat paham apa yang ditanyakan oleh Sean.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gue Figuran? | END
Genç Kurgu⚠️ Warning 18+ | in revision Grace Aradina Diandra adalah seorang mahasiswa yang mengalami transmigrasi ke dalam dunia novel dan menjadi seorang figuran yang namanya hanya disebutkan untuk menjadi pelengkap cerita. Figuran yang menyebalkan dan membu...