Page Three

41.2K 2.4K 24
                                    

03. Kembali

Setelah kejadian berpelukan dan saling memaafkan, Harvey dan Thea menghabiskan sepanjang hari dengan mengobrol. Bagi Harvey, berbicara dengan Thea sangat membantunya. Bahkan, ia rela menghabiskan malam yang panjang hanya untuk menggali informasi darinya. Namun, ia melakukannya dengan cara yang tidak membuat Thea curiga, seakan-akan obrolan mereka hanyalah percakapan biasa tanpa maksud tertentu. Pada akhirnya, Thea memutuskan untuk menginap.

Keesokan harinya, mereka pergi ke mall untuk berbelanja bersama setelah sekian lama tidak melakukannya. Thea sangat senang bisa menghabiskan waktu dengan Harvey, apalagi dia tahu Harvey yang dulu hanya akan mengajaknya untuk pergi ke club untuk minum alkohol. Itu adalah hal yang biasa bagi Harvey, tetapi sekarang berbelanja bersama adalah sesuatu yang istimewa bagi mereka berdua.

Thea pertama kali bertemu dengan Harvey ketika mereka baru saja naik ke Senior High School. Saat itu, Harvey terlihat kebingungan dan Thea yang merasa iba memutuskan untuk membantu, meskipun Harvey sempat menolak karena gengsi. Namun, lama kelamaan, Harvey menerima bantuan Thea. 

Sejak saat itu, Thea berinisiatif untuk mempelajari Bahasa Indonesia secara otodidak karena dia tahu Harvey tidak akan mau repot-repot mengajarinya. Thea belajar bahasa itu hanya karena Harvey sering berbicara menggunakan Bahasa Indonesia yang membuatnya bingung karena tidak mengerti artinya. Sekarang, Thea sudah cukup lancar berbicara dalam Bahasa Indonesia, bahkan menggunakan bahasa gaul, meskipun logat baratnya masih terdengar jelas.

Thea adalah definisi sahabat sejati. Siapa yang tidak ingin berteman dengan Thea? Hanya orang bodoh yang tidak mau bersahabat dengannya.

Seiring berjalannya waktu, Harvey menjalani kehidupan barunya dengan damai. Hubungan dengan keluarganya pun membaik dan mereka senang karena Harvey sudah mulai membuka diri. Harvey juga memiliki teman selain Thea, meskipun Thea tetap menjadi satu-satunya sahabat sejatinya. Sekolah berjalan lancar berkat bantuan Thea dan dukungan dari keluarganya. Bahkan hubungan Harvey dengan Kevan semakin membaik.

Akhirnya, Harvey sampai di titik akhir dalam hidupnya, di mana Erlang dan Ayanna menikah. Keluarga Davies, yang merupakan teman bisnis keluarga Vaden, diundang ke acara pernikahan tersebut. Harvey pun akhirnya menginjakkan kaki di Indonesia. Sebelumnya, dia selalu menghindar untuk pergi ke Indonesia, karena dia takut kehadirannya akan mengganggu plot hidupnya yang selama ini terasa damai dan bebas.

Di pesta pernikahan itu, Harvey merasa ada seseorang yang menatapnya dengan tajam. Tatapan itu cukup membuatnya canggung, tetapi Harvey berusaha untuk tetap tenang dan menyembunyikan rasa tidak nyamannya. Dia mulai mencari siapa orang tersebut, tetapi tak berhasil menemukannya hingga acara selesai. Setelah pesta berakhir, Harvey kembali ke kamar hotel tempatnya menginap. Merasa lelah, dia memutuskan untuk membersihkan diri dan bersiap tidur, mencoba melupakan tatapan aneh yang ia rasakan saat itu.

***

"Ini masih mimpi," gumam seorang gadis yang baru saja terbangun. Siapa lagi kalau bukan Harvey?

Harvey terbangun dari tidur nyenyaknya, hanya untuk menemukan dekorasi kamarnya yang berbeda. Saat melihat sekitar, ia terkejut—dekorasi kamar yang ada sekarang persis seperti kamarnya di Manchester, tempat ia tinggal sejak pertama kali datang ke dunia novel. Harvey, yang masih bingung, memutuskan untuk tidur lagi, berpikir ini semua hanya mimpi.

"Shit!" umpatan keluar dari bibirnya setelah mimpi yang menurutnya sangat menyebalkan.

Dalam mimpi itu, ada seseorang yang berkata, "Tindakanmu selama ini salah. Seharusnya, kamu tidak membiarkan Kevan begitu saja hingga akhirnya dia memutuskan untuk bunuh diri. Perubahan dirimu yang lebih baik malah membuat Kevan semakin jatuh cinta pada Ayanna dan tak bisa move on. Saat pesta berakhir, Kevan akan bunuh diri dengan melompat dari atas gedung tempat pesta pernikahan diadakan. Seharusnya kamu bisa mencegah itu. Bukankah dengan adanya dirimu, Kevan tidak akan terpesona oleh Ayanna? Kamu harus membuat Kevan bahagia dan tidak membiarkannya menderita. Setelah ini, kamu akan kembali dari awal. Jalanilah takdirmu ini, dan selamat mencapai kebebasan jika kamu bisa membuat Kevan bahagia atau bertemu seseorang yang ditakdirkan untukmu."

Mendengar itu, Harvey mengumpat lagi, sambil mengusap wajahnya dengan kasar.

"Gue beneran kembali dari awal?" gumamnya, masih tak percaya dengan kenyataan yang baru saja ia alami.

Tiba-tiba, suara lembut terdengar dari balik pintu. "Avey, sayang?" 

Tak lama, pintu terbuka, dan seorang wanita paruh baya yang cantik, Della, muncul sambil membawa nampan. Harvey merasakan deja vu yang kuat.

"Gimana kondisi kamu? Udah enakan, belum?" tanya Della dengan nada khawatir, sambil duduk di pinggir kasur.

"Masih pusing nggak kepalanya? Ini makan sup hangat dulu biar perut kamu enakan," lanjut Della, memperhatikan Harvey dengan penuh perhatian.

"Mom... ini tanggal berapa?" tanya Harvey dengan jantung yang berdegup kencang karena gugup.

"Tanggal tiga Januari, ada apa emangnya? Kamu ada janji sama teman? Kalau iya, batalin dulu, ya? Kamu semalam habis pergi. Lusa aja biar tubuh kamu fit," jelas Della sembari mengusap kepala putrinya dengan lembut.

Gue beneran kembali, batin Harvey seraya meraup wajahnya dan menghela napas berat.

"Gak, Mom. Avey mau di rumah aja," jawab Harvey dan seketika wajah Della menjadi cerah, senyum lebar terukir di bibirnya.

"Good girl, kalau gitu makan ini dulu. Mommy suapin, ya?" pinta Della dengan penuh harap.

Harvey menganggukkan kepalanya, merasa lemas dan masih syok dengan apa yang baru terjadi. Della yang melihat reaksinya cukup terkejut. Setelahnya, Della menyuapi Harvey dengan penuh kasih sayang.

"Nah, udah abis. Kamu mau tiduran lagi atau mau mandi?" tanya Della lembut setelah Harvey selesai makan sup.

"Mandi, Mom. Bau badan Avey udah nggak enak," jawab Harvey yang kali ini membuat Della terkejut lagi. Harvey hanya diam, berjanji akan meminta maaf nanti sambil memperbaiki hubungannya dengan keluarga Davies, seperti dulu.

Melelahkan memang, tapi Harvey bisa apa? Jika hidupnya berlanjut seperti dulu, dipastikan hidupnya tidak akan tenang karena Kevan akan bunuh diri. Itu akan membuat seluruh keluarga Davies menjadi suram dan kehilangan kehangatannya. Harvey merasa beruntung diberi kesempatan untuk memperbaiki semuanya, dan dia semakin penasaran dengan seseorang yang disebutkan dalam mimpinya—takdirnya yang akan mengubah segala sesuatunya.

"Yaudah, Mommy bantu siapin air hangat, ya?" tanya Della, yang langsung disetujui dengan anggukan Harvey.

Della tersenyum senang, mengecup puncak kepala Harvey sebelum beranjak untuk menyiapkan air hangat. Setelah itu, Harvey berendam untuk menenangkan pikirannya, menyusun rencana untuk membantu Kevan.

"Yang artinya gue harus pulang ke Indo dan ikut campur urusan plot," gumam Harvey.

Sigh... Harvey menghela napas lagi. Dia menenggelamkan kepalanya ke dalam air, mencoba menyegarkan pikirannya meski tahu tidak akan sepenuhnya segar. Namun, itu memberikan ketenangan sejenak sebelum memulai hidupnya kembali, kali ini dari awal.

Semangat, Harvey! You can do it!

♡♡♡

Aaaa maafkan aku untuk prolog sampai page dua aku terus-terusan revisi soalnya baru tau kalau ada beberapa penulisan aku yang salah T____T

Tapi abis ini bakal aman kok, soalnya aku udah recheck terus lakuin searching ke internet biar gak ganggu dan kalian bacanya jadi enak :D

Thank you so much udah baca sampai page tiga dan kasih vomment. See you besok pagi lagi yaa!

Revised, 11/11/24

Gue Figuran? | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang