Page Fourteen - Fiveteen

32.2K 2K 39
                                    

14-15. Problems

"Vey, ayo pulang!" teriak Kevan begitu melihat Harvey yang berjalan bersama Sean untuk menghampiri dirinya.

"Nggak mau!" jawab Harvey tegas.

Kevan menatapnya dengan tatapan tak percaya, merasa tersentak oleh penolakan itu. "Gue udah bilang jangan ketemu dia, Vey! Lo pasti diculik, kan?!"

Suara Kevan bergetar. Ia benar-benar tak habis pikir kenapa Harvey bisa begitu keras kepala.

Harvey menghentikan langkahnya dan menatap Kevan dengan pandangan kesal. "Gue yang minta ikut sama Sean," balasnya.

"Lo nggak usah bohong! Gue tau lo dipaksa sama dia!" Kevan berteriak, suaranya menggema di ruangan besar mansion milik Sean yang penuh dengan perabotan mahal dan suasana yang terasa dingin.

Sean yang berdiri beberapa langkah di belakang Harvey akhirnya angkat bicara, nadanya tetap tenang meskipun situasinya semakin panas. "Saya tidak pernah memaksa Harvey," ujarnya sambil menatap Kevan, wajahnya tampak tak terpengaruh oleh tuduhan itu.

Kevan memutar matanya, menatap Harvey dengan tatapan kecewa yang begitu mendalam.

"Lo kenapa, sih? Masalah gue sama Sean itu udah selesai!" Harvey menekankan setiap kata dengan tegas.

Kevan terdiam sejenak, kemudian melontarkan tuduhan baru yang sudah sejak lama dipendamnya. "Tapi dia yang bikin lo lupa sama kita semua!" teriaknya, suaranya bergetar karena emosi. Napasnya mulai terengah-engah seolah telah berlari jauh.

Harvey menatap Kevan dengan ekspresi sedih. "Sekarang beda, Kevan. Gue udah gede dan udah inget sama kalian semua," jawabnya dengan suara yang lebih lembut mencoba memberi pengertian.

Namun, Kevan tidak terpengaruh. "Tapi karena dia lo jadi nakal, Vey!" sergah Kevan tanpa memedulikan perkataan Harvey sebelumnya.

Harvey tersentak. Ia tidak menyangka Kevan akan menyalahkan Sean untuk setiap perubahan yang terjadi dalam dirinya. "Itu nggak ada hubungannya sama Sean! Gue sendiri yang mutusin hidup gue. Jangan lo semua salahin ke Sean!" balas Harvey, suaranya bergetar antara marah dan lelah.

"Tapi lo pasti udah diapa-apain sama dia, kan? Sampai lo bela dia daripada pilih pulang sama gue." Kevan menuduh dengan nada yang penuh kecurigaan.

Harvey mendesah panjang, lalu mengusap wajahnya dengan kedua tangan. "Cukup, Kevan. Lo keterlaluan." Ia menatap Kevan dengan mata penuh kecewa. "Gue ke sini cuma mau denger penjelasan soal gue sama Sean, sesuatu yang lo nggak pernah kasih tau sama gue dan nggak akan pernah."

"Itu karena gue takut lo bakal inget semuanya dan lo sakit lagi." Kevan memalingkan wajahnya, suaranya berubah menjadi lebih lembut, seakan ada rasa bersalah yang tiba-tiba muncul.

Kata-kata Kevan membuat Harvey terdiam. Kini ia memahami sebagian dari kekhawatiran Kevan.

"Gue nggak bisa inget apa pun sejak kecelakaan itu," kata Harvey dengan suara yang hampir berbisik, "dan gue nggak akan sakit lagi, Kev." Ia mencoba meyakinkan Kevan, tetapi tampak jelas ada sesuatu dalam dirinya yang juga ragu.

Kevan menatapnya dengan pandangan yang sulit terbaca, seolah sedang menimbang-nimbang apakah ia harus mempercayai Harvey atau tidak.

Gue Figuran? | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang